16. Jalan-Jalan

13.1K 577 5
                                    

"Ra, kamu telfon Zikra gih. Memangnya kamu nggak mau pulang kerumah kamu sendiri?"

"Bunda mau ngusir Zahra?" Bukannya menjawab pertanyaan Nita, Zahra malah balik bertanya.

"Bukan itu maksud bunda, sayang. Bunda pengen masalah kamu sama Zikra cepat selesai. Coba kalian bicarain masalah ini baik-baik." Saran Nita.

"Iya dek,betul kata Bunda. Kamu telfon Zikra gih," timpal Arkan.

Zahra mengangguk paham. Dia langsung mengeluarkan handphone dari dalam saku bajunya dan langsung menelepon Zikra. Kali ini hanya sekali telepon saja, Alhamdulillah langsung diangkat oleh Zikra. Apa dia sudah tidak marah lagi?

"Assalamu'alaikum, Mas. Kamu bisa kerumah bunda nggak? Zahra lagi dirumah bunda nih,"

"Wa'alaikumussalam, oke, on the way." Zikra langsung mematikan teleponnya secara sepihak.

Terlihat wajah Zahra yang masih saja murung sedari tadi. Sepertinya Zikra masih marah padanya. Buktinya saja dia selalu ingin cepat-cepat mematikan sambungan teleponnya.

***

Zikra telah tiba sejak beberapa menit yang lalu. Sekarang Zahra, Arkan dan Bunda sedang berada di ruang keluarga.

Zikra mengambil posisi duduk tepat disamping Zahra. Sedangkan Zahra berada ditengah-tengah antara Suaminya dan abangnya.

"Mau minum apa nak?" tanya Nita.

"Nggak usah bun, nggak usah repot-repot,"

"Nggak repot kok, bentar ya bunda ambilin minum,"

Seketika suasana menjadi sangat canggung. Zahra dan Zikra sama-sama diam. Tak ada yang ingin mulai berbicara. Karena merasa canggung, Arkan mencoba untuk mencairkan suasana.

"Gimana kabar kamu, Zik?" tanya Arkan membuka pembicaraan.

"Alhamdulillah baik bang,"

"Oh Alhamdulillah." Arkan mengangguk-angguk.

Suasana kembali lagi menjadi hening. Ini terasa sangat canggung. Mereka seperti orang yang baru saja kenal.

Arkan yang mengerti atas situasi yang terjadi saat ini, memutuskan untuk pergi saja agar Zahra dan Zikra bisa menyelesaikan masalah mereka. "Sepertinya kalian butuh waktu untuk bicara, kalo begitu abang ke kamar dulu ya"

Arkan telah pergi, kini tinggal mereka berdua saja di ruang tengah. Tapi, salah satu dari mereka tetap saja tak ada yang mau membuka pembicaraan lebih dulu. Mereka sama-sama diam.

'Mas Zikra kenapa diam aja sih? Masa marahnya lama banget, apa aku harus berbicara lebih dulu? Ah, tidak apa-apa, aku mengalah saja. Lebih baik aku yang memulai pembicaraan ini. -ucap Zahra membatin.

"Hmm, Mas." panggil Zahra.

"Hmm..." Zikra hanya membalasnya dengan bergumam.

"Mas masih marah sama Zahra?" Zahra berbicara tidak menghadap ke arah Zikra, tapi dia berbicara sambil menunduk. "Mas, dengerin penjelasan Zahra dulu," Kini Zahra menatap wajah Zikra.

"Oke, mas kasih kamu kesempatan untuk menjelaskan," Zikrapun juga menghadap ke Zahra.

Dan mulailah Zahra menjelaskan semuanya, mulai dari Pak Khairul yang memanggil dia keruangannya, Pak Khairul yang mohon-mohon untuk Zahra agar ikut tanding basket, walaupun Zikra melarangnya untuk ikut pertandingan itu, tetapi Zahra masih saja mengikutinya, dan sampai hingga saat ini terjadilah masalah antara Zikra dan Zahra.

Jodohku Ketua Rohis [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang