○○○
"Jennie?"
Jennie berbalik lantas mulai menyahut panggilan kakaknya yang tak lain adalah Jisoo lantas mulai menatapnya.
"Mau kemana kau dengan pakaian seperti itu?" tanya Jisoo yang melihat Jennie memakai pakaian sebatas paha, lengkap dengan beberapa aksesoris yang menghiasi tubuhnya, sebagaimana penampilanya sehari-hari.
"Ke taman kota." jawab Jennie singkat membuat Jisoo lagi-lagi menghela nafasnya jera, bukan kali pertama Jennie berkata demikian, ia melulu mengatakan akan pergi kesana beberapa kali.
"Kita akan pergi, menemui Lisa sekarang ini hmm? ganti pakaianmu.." decak Jisoo yang kini menggenggam lengan Jennie.
○○○
Jennie dan kepalanya masih berputar-putar sekarang ini, pikiranya kosong, ia tak bergerak sama sekali, mungkin hanya kelopak matanya yang sesekali kedapatan berkedip, masih di tempat yang sama, diranjang king size miliknya, ia masih terbaring lemah, dengan pergelangan tanganya yang dililiti perban, benar, gadis bodoh itu kedapatan mencoba membunuh dirinya sendiri beberapa waktu lalu.
"Jennie..."
Suara Kim Jisoo kembali mengalun merdu diambang pintu bak sebuah lagu sendu yang sontak membuat satu tetes bulir air mata dari tempatnya keluar.
"Segeralah bergegas, Lisa kita sudah menunggu.." ucap Jisoo lemah, terlihat dari caranya bicara bercampur isakan air mata ia tak bisa memendung kesedihanya, tubuhnya seketika terjatuh dilantai lantas mulai kembali terisak menutupi sebagian wajahnya dan melulu tersedu-sedu.
"Jennie..."
Jennie masih diam termenung dalam posisinya, ia hanya melihat singkat sang kakak yang kini berpakaian serba hitam lantas mendelik setelahnya.
"Antarkan aku ke taman kota.."
"Lisa tidak ada disana, Lisa kita sudah.."
"Tidak !" pekik Jennie lengkap dengan teriakanya ia melulu meneriaki hal yang sama sekarang ini yaitu..
"Antar aku ke taman kota ! dia berjanji akan menemuiku disana ! oh atau jangan-jangan, Eonni begini karena cemburu bukan? Lisaku bukan bonekamu lagi sekarang ! kami berjanji akan bersama, kenapa Eonni menghalangiku untuk menemuinya ! Aku benci padamu Jisoo !"
"Dia berjanji untuk tetap hidup." decak Jennie yang kali ini melulu berkutat dengan handphone-nya, semacam melakukan beberapa panggilan, memanggili kontak Lisa berulang, yang tentu saja tidak diangkat, bahkan alih-alih suara Lisa, suara operator lah yang melulu ia dengar dan menjawab telponya.
"Sialan sekali pacarku satu ini, mematikan telphone-nya tanpa memberi tahuku." gerutu Jennie, yang kali ini entah mengapa tertawa terbahak, mungkin tingkat kewarasanya sedang dipertanyakan sekarang ini, tentu saja, orang gila mana yang akan tertawa ketika kekasihnya meninggal?
Hari ini atas bujuk rayu dari Kim Jisoo akhirnya Jennie datang, meski ia masih bersikukuh untuk tidak mengenakan pakaian hitamnya, setidaknya ia datang, duduk termenung seorang diri dan hanya meratapi potret Lisa yang melulu menyunggingkan senyumnya.
"Kau berbohong !" ucap Jennie.
"Kau bilang kau masih hidup bukan? kau telah berjanji Lisa, jangan membuat aku membencimu !" gerutu Jennie.
"Rencananya terlalu mulus untuk bisa dikatakan gagal, lantas kenapa kau malah mati? bahkan di detik-detik terakhir kau masih bisa keluar dari sana, lantas kendala apa yang membuatmu mati?" tanya Jennie seolah ia sedang menghakimi dan memaki potret Lisa dihadapanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me Myself and Her
FanfictionAku rasa aku mengalami geger otak ringan atau semacamnya, ku harap ia, bagaimana bisa aku menyukai seseorang terlebih seorang perempuan? konyol. aku rasa aku butuh semacam zat sedatif dengan resep dokter? atau mengunjungi psikiater? tapi seseorang...