15

2.9K 346 165
                                    

○○○

Jisoo terkapar pingsan kali ini, nyaris saja jantungnya copot mendengar penuturan beberapa pria yang adalah polisi itu memborgol kedua lengan adik semata wayangnya Jennie kim.

Ada apa ini? kenapa Jennie? Jisoo tidak bisa mengerti apalagi mencerna situasi sekarang ini, mainan kesayanganya barusaja menghilang istilah kasarnya 'mati' lantas adik tercintanya dituduh sebagai sebab dari hilangnya mainan berharga miliknya, apa yang bisa ia lakukan selain pingsan sekarang ini?

Jennie dibawa ke kantor polisi, baik Tiffany dan keluarga Lisa pun bukan main terkejutnya, apa kiranya yang dimaksud dengan 'perencanaan pembunuhan' yang dituduhkan pada Jennie.

Setelah menerima penuturan dan penjelasan dari pihak kepolisian ternyata mereka menemukan bukti yang adalah telphone genggam milik "korban" begitu mereka menjuluki Lisa, yang entah kenapa mungkin terpental atau semacamnya saat Lisa mencoba keluar, mereka tidak tahu, yang mereka tahu adalah mereka menemukanya dan memeriksa lantas menemukan percakapan Jennie dan Lisa didalamnya.

"Kenapa kau merencanakan pembunuhan ini pada Lalisa? kau mengancamnya untuk menyetujui rekayasa kecelakaan ini dan membunuhnya, oh..itu sangat keji, apa tujuanmu tersangka?"

Ya, seperti apa yang baru saja seorang jaksa penuntut ucapkan pada Jennie kim bahwa Jennie sekarang ini telah berstatus sebagai 'tersangka tunggal' ia bahkan resmi telah menggunakan baju tahanan sekarang ini.

"Bicaralah, setidaknya berekspresilah supaya kami bisa menilai !" bentak sang jaksa penuntut yang tampaknya bosan melihat Jennie hanya diam dengan wajah datarnya.

Sementara itu Jisoo sedang kewalahan mencari dan menelponi pengacara handal untuk Jennie kim sang adik, orang tuanya seakan sudah tak peduli dengan puteri pembangkang mereka, setelah sekolah tinggi-tinggi bahkan hingga keluar negeri, menjadi pengangguran kelas kakap, menolak dijodohkan, lantas menolak untuk menjadi dokter bedah plastik sesuai cita-cita orang tuanya ia justru menjelma menjadi seorang penulis naskah drama yang merealisasikan perencanaan pembunuhan pada temanya, yang fatalnya adalah seorang aktris ternama, yang mana tak lain dan tak bukan adalah Lalisa.

Otomatis berita ini sontak saja mencuat bahkan menyebar luas lebih cepat, tentu saja karena ini mengenai "Lalisa".

'Puteri seorang konglomerat merencanakan pembunuhan atas Lalisa' Kira-kira seperti itu tajuk beberapa artikel yang memenuhi surat kabar, koran, bahkan internet, mengakibatkan saham dari bisnis keluarga Kim merosot drastis bahkan nyaris tiada harganya lagi, hal ini dapat dipastikan menjadi kebangkrutan untuk keluarga Kim.

Sementara itu Jennie, ia masih diam termenung dibalik jeruji, rasanya menangispun percuma hanya buang-buang air mata, mau menyangkal pun percuma, tak ada bukti otentik yang akurat untuk membuktikan ia tidak bersalah, tamat sudah riwayatnya mungkin kali ini Jennie hanya meminta pada siapapun itu untuk mengabulkan permintaanya yaitu 'hukuman mati' ia sudah sangat pasrah dan menginginkan mati saja menyusul Lisanya, menyusul cintanya, kesayanganya, kekasihnya.

"Lisaaa.." pekik Jennie yang kini membuat tanganya melulu memukuli jeruji besi.

"Saudara Jennie, Kim Jisoo menjenguk, waktumu 15 menit." ucap salah seorang polisi wanita dengan nada galak dan tatapan tak suka yang ia lemparkan pada Jennie.

Jennie terpaksa beranjak walaupun cukup malas, katakanlah ia masih terpuruk, terkejut, tertegun atas kematian Lisa terlebih malas rasanya hanya untuk sekedar menemui sang kakak.

"Jennie..apa yang terjadi kau bisa jelaskan padaku, hmm? dan kenalkan ini pengacaramu, dia yang akan mengatasi masalahmu, katakan kalau kau tak bersalah, benar?" tanya Jisoo yang sontak digelengi Jennie.

Me Myself and HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang