29

4.5K 334 60
                                    

○○○

Hari ini Jennie menepati janji temu dengan Lisa, mereka bertemu disalah satu sudut taman kota lantas saling menyapa seperti..

"Bagaimana kabarmu orang gila?" tanya Jennie yang dibalas kekehan memuakan dari Lisa.

"Buruk, tapi kau menghiburku dengan julukan itu sialan." begitu jawab Lisa sebelum Jennie kembali mengulurkan tanganya untuk kemudian Lisa pegangi.

"Kemarilah pegang tanganku dan berjanjilah jangan menangis.." begitu tutur Jennie yang sayangnya tidak di patuhi Lisa.

Gadis itu menangis juga akhirnya, ia tak kuasa membendung tangisanya sambil memegangi erat lengan Jennie, ia melulu terisak tanpa suara, membuat siapapun yang melihatnya termasuk Jennie sesak sendiri.

Disinilah mereka berpijak, disalah satu rumah peristirahatan seorang pria yang Lisa juluki "Kakak", baru beberapa saat lalu ia memiliki seorang kakak lantas harus kehilanganya.

Oppa mungkin aku bukan adik yang baik untukmu, aku bukan kekasih yang baik, juga bukan teman yang baik untukmu, tapi kau selalu tersenyum, menarik kedua sudut bibirmu dan menatapku, tatapanmu tak penah berubah, aku merasa diberkati karena telah mengenalmu, memilikimu sebagai pria maupun sebagai seorang kakak, terimakasih..

Aku tahu penderitaanmu katakanlah terlampau banyak, karena wanita yang kau juluki ibu, karena wanita yang kau juluki kekasih yang ternyata adalah adikmu sendiri, karena semua orang yang melulu menekanmu, tak apa jika kau lelah, beristirahatlah, aku sudah mencoba menghiburmu di saat-saat terakhirmu, kau bilang itu bukan salahku tapi kenapa aku justru merasa bersalah? beristirahatlah oppa, tak apa jika kau lelah, kau sudah bekerja keras untuk bertahan, terimakasih Oppa..

Lisa mengatakan hal itu di dalam hati, rasanya ia terlampau malu untuk mengatakanya secara gamblang terlebih di hadapan Jennie, ia hanya berharap Taehyung bisa mendengarnya.

Lisa menatap Jennie setelahnya, mereka saling menyunggingkan senyumnya satu sama lain lengkap dengan jennie dan jemarinya yang menepis air mata Lisa.

"Aku punya dua pilihan, berhenti menangis atau mari kita tidur bersama?" ucap Jennie datar yang mana membuat Lisa dan matanya sontak membelalak.

"Aku mengerti." begitu jawab Lisa.

Tak butuh waktu lama bahkan terlampau cepat mereka berdua telah memijaki sebuah kamar yang biasa orang-orang sebut sebagai Motel, Jennie benar-benar tidak sabaran pikir Lisa, ia lebih memilih bersempit-sempit dalam sebuah Motel terdekat dari pada menempuh perjalanan sekitar beberapa kilo meter lagi untuk menemukan Hotel yang layak.

"Ini bukan soal tempat, melainkan soal siapa yang kau tiduri, jika seorang yang kutiduri itu adalah dirimu, baik di Motel, hotel, maupun toilet sekalipun rasanya akan sama menyenangkanya untuku." begitu decak Jennie yang kali ini sontak menanggalkan pakaianya satu persatu dan melemparkanya begitu saja.

Lisa hanya mengikuti dan meniru apa yang Jennie lakukan hingga keduanya merebahkan diri diranjang dengan kondisi tanpa busana, keduanya mulai membuat bibir mereka bertautan satu sama lain, Lisa meloloskan aksinya, kali ini tampaknya ia lebih agresif dengan menghadiahi Jennie beberapa cumbuan tepat di leher, dada, perut, hingga area sensitive nya dibawah sana membuat Jennie kim sontak terbuai, mengelijang tak tentu arah lengkap dengan deru nafasnya yang terengah-engah yang mana melulu merapalkan nama Lisa disela-sela desahanya.

Tak sampai lima belas menit Jennie melakukan pelepasan pertamanya, entahlah apa yang membuat Lisa mendelik sebal setelahnya lantas meringis, rupanya hal itu dikarenakan Jennie dan jemari cantiknya yang mana menghadiahi punggung Lisa dengan beberapa cakaran.

"Lisa aku ingin bicara.." ucap Jennie yang masih meratapi Lisa dengan bathrobe-nya.

"Tentang apa?" tanya Lisa yang kemudian menghampiri Jennie.

"Kau tahu dimana kita berpijak?" tanya Jennie yang diangguki Lisa.

"Di tempat dimana kita tidak bisa bersama? begitu maksudmu? aku sudah menduga kemana arah pembicaraanmu, aku sudah sangat tahu hal apa yang kau bicarakan tepat saat kau mengajakiku tidur bersama." celoteh Lisa yang membuat Jennie sontak menunduk.

"Kau membuatku lelah Jennie, aku tidak mau mendengarnya.." ucap Lisa yang membuat Jennie memegangi erat lengan Lisa.

"Kau marah?" tanya Jennie yang diangguki Lisa setelahnya.

"Anggap saja aku marah, lantas membencimu." ucap Lisa datar.

"Anggap saja setelah ini kita tidak perlu bertemu lagi dengan alasan karena aku membencimu." sambung Lisa lagi.

"Anggap saja kau juga membenciku dan kita selesai, itu kan yang kau inginkan? mari kita putus." ucap Lisa yang membuat Jennie lantas menangis kemudian tanpa kunjung melepaskan genggaman tanganya dari Lisa.

"Dunia kadang suka bercanda benar? tapi kita tak bisa menghadapinya dengan hanya tertawa, seperti halnya sebuah lelucon kisah kita tak berbeda dari kisah-kisah menyakitkan lainya yang tertulis di naskah drama, kita sadar dengan sangat bahwa kita tidak hidup di sebuah tempat bernama wonderland dan kau bukan alice, kenyataan memang pahit benar? tak apa jika kau lelah, aku mengerti mari kita akhiri hmm?" ucap Lisa yang tak dapat respons apapun dari Jennie selain tangisanya yang kian memekikan.

"Aku ingin menjelaskan sesuatu.." ucap Jennie yang sontak digelengi Lisa.

"Untuk apa? aku tidak ingin mendengarnya Jen, anggap saja aku menolak terluka, aku hanya akan mengganggap kau bosan dan kita putus, itu saja.." ucap Lisa yang melulu digelengi Jennie.

"Tapi aku tidak bosan..."

"Apapun itu alibi-nya, akhirnya aku harus melepaskanmu benar?" tanya Lisa yang membuat Jennie diam seketika.

Namun Jennie bersikukuh ingin mengatakanya, katakanlah ia terlampau egois karena tak mau membuat Lisa membencinya namun tetap meninggalkanya setelahnya.

"Ayahku sakit, bisa dikatakan sekarat sehingga aku tidak diposisi bisa menolak untuk permintaanya, dia ingin aku menikah, tepatnya besok, besok aku harus menikah.." teriak Jennie yang membuat Lisa dan seringaianya mencuat.

"Ah.. selamat." ucap Lisa sarkasme, yang mana melepaskan tautan tanganya dari Jennie secara paksa dan bergegas keluar dari dalam sana dengan teriakan Jennie yang melulu merapalkan nama Lisa yang perlahan menjauh.

Lisa pergi dengan wajah datarnya yang melulu mengeluarkan air mata, ia bilang ia sedang tidak ingin menangis, namun hatinya terluka, Lisa bilang ia tidak ingin mendengarnya, tapi Jennie bersikukuh tidak ingin Lisa membencinya lantas tega mengatakanya hingga membuat Lisa terlampau sakit hatinya.

Ia terus berjalan sempoyongan masih dengan bathrobe nya lantas mulai menaiki mobilnya dengan beberapa mata dari orang yang kebetulan berlalu lalang sontak memperhatikanya.

Lisa tak peduli, masa bodo ia dilihat dengan tatapan yang katakanlah memuakan diantaranya, tatapan risih, tatapan meledek atau bahkan tatapan mesum dari para lelaki hidung belang, yang ia tahu ia sakit hati dan ingin setidaknya menangis dengan tenang.

○○○

T A M A T

epilog chapter selanjutnya, tolong jangan kutuki aku dulu.

😅

😅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Me Myself and HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang