21

3K 357 65
                                    

○○○

Jennie masih terlelap pagi itu, ia tak terusik barang sedikitpun, meski gadis berisik di sampingnya yang adalah Lisa itu tengah menyanyi, entahlah lagu apa yang tengah ia senandungkan kali ini, yang jelas mulutnya melulu berdecak mengucap bait demi bait lirik yang bisa dikatakan cukup indah untuk didengar, namun tidak dengan suaranya.

Lisa masih betah memandangi Jennie dan wajahnya saat ini, jemarinya melulu membelai helaian demi helaian rambut Jennie yang masik asik terlelap, katakanlah jarak diantara mereka bahkan tak sampai lima inci, ada kalanya sesekali pikiran usil Lisa mulai mencuat seperti menciumi atau mungkin hanya sekedar membuat hidung mereka beradu.

Satu-satu nya hal yang Lisa bisa syukuri dari penyekapan satu tahun terakhir adalah hanya 'Merindukan Jennie'.

Entah melalui jalan paling membahagiakan atau menyakitkan sekalipun, rasanya tuhan ingin Lisa belajar, tentang seberapa besar rasa cintanya pada gadis dihadapanya ini, tentang seberapa banyak rindu yang ia rapalkan setahun belakangan ini, hal-hal semacam itu yang semula ia anggap sepele, namun tidak lagi sekarang ini.

"Hallo nona Kim." sapa Lisa saat ia mendapati kelopak mata Jennie sontak terbuka.

"Lisa.."

"Senangnya, ternyata kali ini aku tidak lagi bermimpi." ucap Jennie.

"Aku masih melulu terkejut dan tak percaya tiap aku melihatmu, dan disini, bersamaku, telebih saat ini .." ucap Jennie yang selalu betah berlama-lama menatap Lisa terlebih wajahnya.

"wah..aku cukup terkesan.." decak Lisa yang membuat Jennie sontak menatapnya heran.

"Terkesan? untuk hal apa?" tanya Jennie.

"Bagaimana tidak? kau baru saja berpuisi, di pagi hari, dan itu tertuju khusus untuku." decak Lisa terlampau percaya diri, membuat Jennie terkekeh sepertinya merupakan salah satu keahlianya.

"Haruskah aku menciumu sebagai imbalanya sekarang ini?" tanya Lisa.

"Dan haruskah kau bertanya? tutup mulut sialanmu itu dan tempelkan bibirmu sini!" decak Jennie yang membuat Lisa terkekeh.

"Hyak ! itu kata-kataku !" kekeh Lisa yang sontak mendarati bibir Jennie sekarang ini.

"Aku mencintaimu.."

"Aku bosan mendengarnya.." decak Lisa yang membuat Jennie sontak memekik cukup kesal seperti..

"Hyak !!!"

"Kecuali dari mulutmu.." sambung Lisa lagi yang membuat curutan bibir Jennie sontak lenyap seketika dan nyaris berganti menjadi sebuah kekehan nyaring lengkap dengan tanganya yang melulu menggelitiki Lisa yang kini sontak tertawa, terpingkal tak terkendali, menyebalkan memang bocah satu itu ! begitu pikir Jennie.

"Kau ingin mengantarku pulang bukan? bersiaplah, dan pakai bajumu hmm? kau tidak ingin aku berubah pikiran lantas kembali mengacaki selangkanganmu bukan?" ucap Lisa datar yang membuat Jennie kembali sibuk dengan kekehanya.

"Gendong !" decak Jennie.

"Ah..kau ingin aku melakukanya di kamar mandi rupanya." celetuk Lisa yang nyaris membuat Jennie dan matanya nyaris membelalak.

"Melakukan apa dasar mesum ! Lupakan ! aku bisa melangkah ke kamar mandi sendiri, dasar menyebalkan ! bilang saja kau malas ! tidak perlu mengancamku begitu sialan !"

"Sayangku satu ini punya hobby baru rupanya hmm? dan itu marah-marah lengkap dengan umpatan-umpatan yang memekikan, siapa orang brengsek yang mengajarimu hmm? katakan ?" celoteh Lisa yang dibalas delikan sengit dari Jennie.

"Kau !" pekik Jennie.

"Ah..aku mengakuinya, sayang.."

Jennie mulai beranjak dari ranjangnya, berniat melangkah menuju kamar mandi, ia cukup tersendat-sendat dalam langkahnya katakanlah kelangkanganya perih, lantas kembali melulu mengumpati gadis dihadapanya yang adalah Lisa di setiap kakinya mulai melangkah seperti..

"Lisa brengsek !"

"Lisa sialan !"

"Lisa biadab !"

"Belum cukupkah semalaman penuh kau mengumpatiku? dan dilanjutkan sekarang ini? begitu?"

"Ah..keinginanku untuk membungkam mulutmu mulai mecuat, mari kita lihat apa yang terjadi setelah itu hmm?" ucap Lisa, mendengar mulut menyebalkan Lisa berdecak demikian Jennie sangat hafal kemana laju arah pembicaraan kotor ini, katakanlah Lisa ingin menciumnya ! jika dibiarkan terus berlanjut maka lengkap sudah dua hari dua malam mereka melulu bergulat dikamar hotel dan tak kunjung menemui Tiff, maka dari itu Jennie sontak berlari meski seperkian detik kemudian bocah gila itu sontak mengikutinya, namun terlambat, pintu toilet sudah rapat Jennie kim kunci sekarang ini.

Lisa terkekeh, lantas kembali merebahkan dirinya di ranjang dan menunggui Jennie, hal-hal kecil seperti inilah yang setahun belakangan ia rindukan, Jennie kim dan raut wajahnya seperti minta melulu di kerjai ditiap kali Lisa melihatnya.

Disinilah mereka sekarang ini, Lisa mulai berani melepaskan tautan tanganya dari genggaman Jennie, matanya tak beralih barang sedetikpun dari bagunan yang selama ini ia juluki 'rumah', dimana wanita barbar yang sialnya adalah ibunya itu berada, Lisa melulu berkata bahwa ia sangat, dan amat merindukan Tiff sepanjang jalan, dan kali ini kakinya mulai memijaki lantai luar rumahnya lagi.

"Jennie.."

"Ya..." jawab Jennie sambil menoleh ke arah Lisa.

"Hatiku nyaris berdebar-debar." ucap Lisa yang membuat Jennie melenguhkan nafasnya jera.

"Ayolah Lisa kita tidak sedang berada dalam sebuah drama, simpan bakat sialanmu itu, dan pijit bell pintunya !" ucap Jennie yang membuat Lisa mengangguk ria.

"Aku takut.." keluh Lisa yang nyaris membuat bola mata Jennie memutar cukup jengah kali ini.

"Oh ayolah drama apalagi ini hmm? kau bukan Cinderlela dan Tiff bukan ibu tiri, apa yang kau takutkan? pijit bell pintunya !" desak Jennie yang akhirnya dituruti Lisa juga setelah beribu jam lamanya.

"Kau memiliki beberapa lembar tisyu?" tanya Lisa.

"Untuk apa?" tanya Jennie yang kali ini merogoh tasnya mecari benda bernama tisu itu.

"Hanya berjaga-jaga siapa tahu aku menangis." ucap mulut menyebalkan Lisa yang membuat Jennie kim ingin rasanya menyumpali mulut Lisa dengan tisu alih-alih dipakai untuk mengelapi tangisanya nanti.

Waktu memang tak pernah kompromi, ia sangat cermat dan hati-hati, setidaknya Lisa harus mengingat wajah Tiff yang baru saja membuka pintu sekarang ini, sepertinya perkiraan Lisa cukup akurat kali ini, Sang mama tidak mengira ia sebagai patung lilin, hantu, tiruan atau semacamnya seperti halnya Jennie kim tempo lalu, telihat dari raut wajahnya yang katakanlah terkejut, tercengang, terhentak, terkaget-kaget sekarang ini, lengkap dengan mulutnya yang mulai menganga dan berteriak seperti..

"Ma Bitches !!!!"

○○○

○○○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Me Myself and HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang