○○○
Hari itu Lisa cukup terengah mengatur nafasnya, entah apa yang terjadi yang jelas lenguhan nafasnya kali ini bukan sesuatu yang bisa dikatakan sebagai sebuah 'Desahan' yang dihasilkan dari aktivitasnya bercinta seperti biasa.
Perasaanya kalut, wajah tanpa mimik dan ekspresi itu menatap datar kearah depan, kedua kakinya pun seakan melulu ia pacu untuk berlari bahkan lebih kencang dari biasanya, berat massa di badan Lisa memang tidak terlalu banyak bahkan bisa dikatakan kurus menurut indeks massa tubuh, namun tentu saja kedua kakinya katakanlah tidak mampu untuk membuatnya bertumpu terus menerus karna terlalu lelah berlari sehingga ia akhirnya terjatuh namun segera bangkit lantas berlari lagi.
"Lisaa !"
Itu Jennie, gadis itu tertinggal jauh dibelakang sana karena tak lagi sanggup mengejar Lisa yang tiba-tiba saja berlari setelah menerima telephone.
Hari itu saat Lisa baru saja mengutarakan keinginanya untuk menikahi Jennie, gadis itu sontak berlari dan membuat Jennie harus buang-buang tenaga untuk mengejarnya, entah sebab apa yang membuat Lisa berlari dengan wajah yang menurut penglihatan Jennie gundah gulana.
Katakanlah Jennie tak sanggup lagi, ia memutuskan untuk berhenti dan menenangkan dadanya yang cukup sesak serta mengatur laju nafasnya, kini kedua matanya hanya melihat Lisa berupa sebuah titik yang lama-lama menjauh lantas menghilang kemudian, sudahlah, ia akan menanyakanya nanti, begitu pikir Jennie.
Sementara itu Lisa tengah sampai di tempat tujuan, sebuah bangunan besar yang ia juluki rumah kedua setelah rumahnya.
"Dimana Kim Tae ?!" tanya Lisa, semua orang termasuk Tiff yang kini berada dihadapanya hanya menggeleng, ada beberapa air mata lainya yang lolos begitu saja kembali membasahi pipi Tiff sang mama, wanita itu memegangi lengan Lisa lantas kemudian memeluknya.
"Tiff, katakan dimana Oppa?" ulang Lisa, matanya seakan perih sekarang ini, kedua matanya itu katakanlan ingin menangis namun tak diizinkan sang empunya.
"Diatas.." begitu jawab Tiffany yang membuat Lisa langsung saja melenggangkan kakinya menaiki tangga.
Perlahan kedua kakinya memasuki kamar, disana terdapat seseorang lainya, sebut saja sang wanita yang selama ini Kim Taehyung juluki sebagai 'Ibu' meski wanita itu bisa dikatakan gagal dalam memerankan peranya, nyatanya wanita itu tengah menangis disamping Taehyung saat itu.
"Oppa.." panggil Lisa, membuat wanita itu menyadari keberadaan Lisa lantas berhenti terisak.
"Oppa, bangun.." guncang Lisa pada tubuh pria yang kini terasa kaku itu, sekujur tubuhnya dingin, wajahnya pucat lengkap dengan mata yang juga terpejam, Lisa melihat beberapa sayatan luka di tangan kiri pria yang ia juluki Oppa itu lantas mulai menangis meski ia tak ingin.
"Oppa bangun !" kukuhnya, yang membuat wanita disampingnya itu memegangi lengan Lisa lantas menggeleng pelan.
"Dasar pria bodoh ! apa yang kau lakukan ! hyak bangun !" bentak Lisa, ia masih meneriaki Taehyung disana mengatai pria itu bodoh sambil melulu menangis dan memelukinya, sampai suatu saat ia tidak sadarkan diri lantas terbangun di suatu ruangan yang adalah kamarnya, dengan seseorang disampingnya.
"Jennie?"
Jennie tengah meratapi Lisa saat gadis itu pertama kali membuka kelopak matanya, seingatnya terakhir kali ia berada dikamar Taehyung, sedang menangis, mengumpat, dan meneriaki pria itu yang meninggal mendadak akibat sayatan yang ia buat sendiri di nadinya dengan pisau.
Lantas kenapa sekarang ini ia berada dikamarnya? ayolah..itu semua terlalu nyata untuk dikatakan sebagai mimpi, bunga tidur atau semacamnya, bahkan ia merasakan matanya masih membengkak sekarang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Myself and Her
FanficAku rasa aku mengalami geger otak ringan atau semacamnya, ku harap ia, bagaimana bisa aku menyukai seseorang terlebih seorang perempuan? konyol. aku rasa aku butuh semacam zat sedatif dengan resep dokter? atau mengunjungi psikiater? tapi seseorang...