○○○
"Lisa.."
"Hmm?"
Entahlah apa maksud dan tujuan Jennie dan mulutnya melulu memanggili Lisa, namun ia melakukan itu bukan hanya sekali melainkan berulang, membuat Lisa yang menjawabnya sesekali menghela nafasnya jera, seperti sekarang ini misalnya.
"Lisa.."
"Hmm?"
"Lisa.."
"Wae? Why? kenapa? ada apa? katakanlah, jangan melulu memanggiliku.." keluh Lisa yang sontak merebahkan dirinya diranjang.
"Mari putus saja hmm?" celoteh Jennie sambil mencurutkan bibirnya, sementara itu Lisa hanya menghela nafasnya tanpa menoleh kearah Jennie.
"Jennie aku sudah cukup sabar untuk tidak membahas soal kau yang tidak mengakuiku sebagai pacar di depan Park Chaeyoung, mungkin kau malu atau semacamnya anggap saja aku mengerti, dan sekarang tolonglah.. aku sedang tidak ingin marah hmm?" keluh Lisa.
"Anggap saja aku tidak mendengar kata-katamu barusan." celetuk Lisa malas, Jennie akhir-akhir ini memang selalu seperti itu, minta putus mendadak, mengucapkan kata-kata perpisahan, menangis tanpa sebab, lantas bicara banyak soal berpisah, tak bisa bersama, dan merangkai kata-kata yang terdengar cukup indah yang juga bertemakan perpisahan, namun tentu saja tidak Lisa gubris, ia selalu pura-pura untuk tidak mendengarnya, seperti hal nya sekarang.
"Lisa aku ingin putus.." ucap Jennie masih bersikukuh.
"Sudahlah buka bajumu hmm?" celetuk Lisa yang lagi-lagi membuat Jennie menghembuskan nafasnya kali ini namun tetap menuruti titah gadisnya dengan menanggalkan pakaianya satu persatu.
"Sampai kapan kau melulu bersikukuh tidak mau mendengarkanku?" tanya Jennie.
"Lantas sampai kapan kau berencana meminta putus namun melulu berakhir di hotel bersamaku? katakanlah kau ingin putus, tapi bukanya mengantarku pulang kau malah memboyongku ke hotel, apa itu masuk akal?" tanya Lisa yang masih berkutat malas dengan handphone-nya.
"Bagaimana bisa aku menganggap kata-katamu itu serius?" tanya Lisa yang mana masih sibuk menatap layar handphone.
Tiba-tiba Jennie dan jemarinya sontak saja merebut handphone Lisa, lantas dengan cekatan menatap layar tujuh inci tersebut.
"Siapa yang membuatmu melulu sibuk berkutat dengan benda sialan ini?" decak Jennie.
"Astaga hanya Tiff." jelas Lisa.
"Disini tertulis nama kontaknya 'Jalangku', kau masih mau berbohong dengan mengatakan bahwa ini Tiff?" ucap Jennie.
"Dia selingkuhanmu bukan? siapa dia?" tanya Jennie.
"Memangnya ada aturan yang tidak memperbolehkan aku menamai kontak sesuai keinginanku? terlebih di handphone-ku sendiri?" tanya Lisa.
"Jangan mencari-cari kesalahanku hanya karena kau ingin putus." sambung Lisa.
"Kau tidak ingin mendengar alasanaya? kau tidak penasaran? tidak mau tahu? tentang beberapa alibi dan sebab akibat kenapa aku meminta putus?" tanya Jennie yang membuat seringaian Lisa mulai mencuat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me Myself and Her
FanfictionAku rasa aku mengalami geger otak ringan atau semacamnya, ku harap ia, bagaimana bisa aku menyukai seseorang terlebih seorang perempuan? konyol. aku rasa aku butuh semacam zat sedatif dengan resep dokter? atau mengunjungi psikiater? tapi seseorang...