○○○
Jennie mulai membuka kelopak matanya perlahan, mendapati kakinya masih menapaki lantai bandara membuatnya patut bersyukur, ia pikir Lisa benar akan menabrakinya saat itu juga, mengingat hal itu bukanlah tidak mungkin dilakukan seorang gila bernama Lalisa.
Lalisa sontak saja keluar menuruni mobil, mengabaikan setiap mata orang-orang yang masih bertumpu padanya, lantas menghampiri Jennie, mereka saling bertatap sekiranya beberapa menit tanpa satu patah katapun keluar dari mulut Lisa apalagi Jennie.
Dari arah jam tiga, terdapat dua orang pria dengan seragam Security tengah berlarian menghampiri Lisa lantas mencoba bicara denganya, perihal mobil yang ia bawa memasuki bandara, namun sialnya gadis tak kunjung waras itu tak menanggapinya, bahkan mereka tak dapat sebelah mata dari pandanganya sekalipun, kedua matanya masih bertumpu pada Jennie, lantas ia hanya mengeluarkan beberapa benda seperti kunci mobil, SIM, kartu tanda pengenal beserta kartu nama sang ayah yang ia sodorkan pada security tersebut.
Satu genggaman mulai mendarati lengan Jennie, Lisa sontak saja menarik Jennie sehingga membuat gadis itu dan langkahnya cukup tersendat-sendat, Jennie ingin menyela namun tak berani, hanya saja langkahnya berhenti membuat Lisa menoleh lantas menatapnya lagi.
"Lisa..." gelagat Jennie gugup, tatapan Lisa tajam, seakan menusuki malah nyaris mengintimidasi seorang Jennie yang kini justru menunduk.
"Wae ?" tanya Lisa datar.
"Kau mau membawaku kemana?" tanya Jennie dengan nada yang katakanlah pelan, sehingga membuat Lisa dan seringaianya mulai mencuat.
"Aku..aku harus pergi.." sambung Jennie, yang lagi-lagi membuat Lisa memincingkan bibirnya kali ini, Lisa melipat kedua lenganya di dada lantas mulai menendangi beberapa koper yang Jennie bawa.
"Tidak, jika aku tidak mengizinkan." tegas Lisa datar, lantas mulai menarik kembali lengan Jennie yang kali ini seakan terpaksa mengekorinya.
Lisa tengah menduduki halte sekarang ini, dengan Jennie yang masih setia disampingnya, penerbangan Jennie dibatalkan, seseorang dihadapanya ini benar-benar tidak mau mendengarkan Jennie sama sekali tentang perihal apapun mengenai keberangkatanya, kepala batu ! mungkin itu tepatnya julukan yang pantas disematkan pada seorang Lalisa, Lisa tidak salah hanya saja salah Jennie karena menyukainya, Lisa tidak salah hanya saja salah Jennie yang jatuh pada pelukanya.
Seperti yang dikatakanya kemarin, Seorang Jennie kim tak lagi mampu berkutik apalagi beranjak untuk meninggalkan Lisa jika sudah mendapati Lisa dan wajahnya, bahkan sekarang ini kepala dan pikiranya justru kembali dipenuhi berbagai tempat seperti Hotel, Motel, penginapan dan semacamnya, entahlah kenapa selalu seperti itu, Jennie tidak paham, tidak mengerti dan tidak mampu mencerna kenapa tempat-tempat itu melulu menjejali kepalanya sekarang ini.
Akhirnya sebuah Taxi sontak berhenti tepat di hadapan mereka, Jennie dan lenganya kembali ditariki Lisa dan mulai memasuki Taxi, lantas saat sang supir mulai menyela pertanyaan dasar seperti..
"Kemana tujuan anda nona?" Lisa dan mulutnya menganga hendak ingin menjawab sang supir namun sontak terkejut Ketika Jennie dan mulutnya menyela seperti..
"Hotel."
Sang supir mengangguki perkataan Jennie dan langsung saja membuat Taxi-nya melaju, berbeda dengan Lisa dan pandanganya yang masih bertumpu pada Jennie, katakanlah ia masih setidaknya terheran-heran, apa tadi katanya? Hotel?
Lisa tak habis pikir dengan jalan pikiran gadisnya, seolah tak terjadi apa-apa gadis menyebalkan dihadapanya ini justru menyenderkan kepalanya pada bahu Lisa saat ini, membuat Lisa berdecak lantas mulai menyela seperti..

KAMU SEDANG MEMBACA
Me Myself and Her
FanfictionAku rasa aku mengalami geger otak ringan atau semacamnya, ku harap ia, bagaimana bisa aku menyukai seseorang terlebih seorang perempuan? konyol. aku rasa aku butuh semacam zat sedatif dengan resep dokter? atau mengunjungi psikiater? tapi seseorang...