Lampu Merah

1.1K 110 5
                                    

"Kyaaa.... Taka-kun!" Pekik Hinata dengan girangnya. Mengabaikan sesosok lain yang kini tengah memandangnya intens.

Naruto menatap jengah pada kekasih indigonya. Seharusnya ia bersyukur- setidaknya kali ini Hinata tak melupakan kencan mereka (dengan sengaja) hanya karena mengejar sang idola.

Si pirang kembali mengarahkan pandangannya ke depan. Kosong. Jalanan di jam segini memang lengang. Ini hampir tengah malam, dan ia masih dalam perjalanan untuk mengantar gadisnya pulang.

Namun entah mengapa, di tempat sepi seperti ini ada lampu merah yang berdurasi cukup lama. Dan mengapa pula, kali ini ia tak menerobos.

Masih cukup lama untuk lampu kembali hijau. Netra sapphirenya kembali melirik entitas di sebelahnya. Hinata terlihat masih asyik dengan live streamingnya. Sesekali ia akan terlihat tersenyum, tertawa, terkikik, menyeringai, dan-

"Wuohh.... sugoi. Kakkoiiiii!!!!" Berteriak nyaring, memuji lawan jenisnya dengan terang-terangan di hadapan sang kekasih.

Si pewaris tunggal Namikaze menghela napas berat. Maniknya lagi-lagi bergulir tak tentu arah, antara jalan- Hinata- atau sosok yang terlihat di layar ponsel kekasihnya. Suara nyanyian online dari si sosok menggema, memenuhi ruang mobil kesayangannya.

"Ne, Hime."

"Hm." Hinata hanya menyahut kecil, tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Apa bagusnya, sih? Kau mau aku cemburu?"

"Hm." Lagi. Jawaban yang keluar benar-benar tak memberikan penerangan bagi Naruto.

"Hime~" merengek, ia benar-benar tidak sanggup.

"Apa sih?! Berisik!"

'Lah, memangnya yang sedang ia tonton itu tidak apa? Teriak-teriak, lari-lari, mana bajunya kayak kain lap lagi.'

Naruto bingung, kenapa Hinata tak menggunakan earphone atau sejenisnya. Sudahlah, memangnya itu penting?

"Hime, aku mau tanya." Si pemuda kembali buka suara ketika dilihatnya sang gadis telah selesai dengan kegiatannya.

"Apa?" Hinata menoleh. Akhirnya...

"Siapa itu namanya? Taka? Taki? Atau sia-"

"Taka."

"Yah, itu. Kalau aku dan dia sama-sama hampir tenggelam, dan hanya ada satu pelampung, kau akan memberikannya pada siapa?"

Hinata menautkan alisnya, tampak berpikir serius. Sedetik kemudian- "Kalian berdua kan bisa berenang, mana mungkin akan tenggelam?"

"Kalau, sayang. Hanya kalau." Naruto mengacak surai pirangnya kasar.

"Uhm, tentu saja aku akan memberikannya padamu." Jawab Hinata dengan senyum lebar dan mata berbinar.

"Wah, benarkah? Arigatou, Hime. Aku jadi semakin mencintaimu." Naruto tersenyum lega, ternyata cinta Hinata padanya tidak diragukan lagi. Karena selama ini, ia selalu merasa menjadi nomor dua jika disandingkan dengan vokalis band rock itu.

"Aku juga mencintaimu, Naruto-kun. Setelah itu, aku akan berlari ke Taka-kun, memeluknya erat dan tenggelam bersamanya." Hinata benar-benar senang walau hanya membayangkannya saja.

Naruto melongo. Gadisnya ini sungguh- "Naruto-kun, cepat jalan! Lampunya sudah hijau."

Naruto tersentak dan menoleh ke depan. "Eh, apa kau serius-"

"Tenang saja, aku akan tetap menikah denganmu. Tapi sebelumnya, kau harus melamarku dulu dengan konser OOR." Hinata tersenyum manis, sangat manis.

'Lamarnya saja minta konser? Mahar nikahnya apa, eh???!!'

NaruHina -Always And Forever- Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang