Chapter 13

1.3K 45 0
                                    

  Malemnya iren gak sengaja lewat depan kamar kakaknya, ia mendengar suara telpon dari dalam kamar kakaknya. Ia penasaran apa yang sedang ia omongkan, iren pun mengupingnya.

   " ya ampun mah, gak usah ngurusin lah. Biarin aja dia disini kan, ada manfaatmya juga buat ngebersihin rumah. " kata kakaknya.

   " bener juga sih kata kamu, kamu adalah satu satunya anak kandung mamah yang paling pintar " memuji muji kakaknya.

" anak kandung? Satu satunya? Jadi benar kalau gue anak angkatnya? " dalam hati iren.

      " iya dong mah.. Anak angkat gak usah diakui mah. " menyombongkan diri kakaknya

      " oke oke, mamah tutup telepon dulu ya.. Masih banyak kerjaan nih. " ucap mamahnya ingin menutup panggilan teleponnya.

      " oke mah. Love you. " sambil berjalan entah kemana.

      " love you too. " balas nyokapnya.

  Telepon pun ditutup, iren tanpa mengetuk langsung membuka pintu kamar kakaknya.
" kak, jadi selama ini.. Aku bukan anak kandung mamah? " penuh kekecewaan yang berat.

" hmm.. Iyah, emang bukan. Kira loe, loe anak kandung mamah? Bukan, loe anak angkat yang nyokap gue temuin di masjid komplek sebelah. Ngerti?! Dan loe tanpa sopan santun masuk ke kamar gue, masih untung loe ya dirawat sama nyokap gue kalau enggak,loe udah mati!tau gak?! " berjalan ke arah iren yang semakin mendekat.

" kenapa dari dulu, kalian enggak bilang? " sampe mau nangis di depan wajah kakaknya yang sedang marah dengan dia.

" kalau kita bilang, nanti loe malah kabur. Kan, kalau kita gak bilang loe jadi ngurusin ini rumah. Balik loe! Ke kamar! " mengusirnya dengan kasar.

  Iren dengan cepat langsung pergi dari kamar kakaknya, ia berlari meneteskan air mata di sepanjang jalan.
" jahat, jahat,jahat! " memukul bantal gulingnya dengan penuh kekuatan yang dia punya.

    Iren merasa sangat sangat dibohongin, ia kecewa berat dengan keluarga yang ternyata mengangkatnya menjadi anak mereka. Iren sendiri bingung gak tau orang tuanya berada. Ia gak mau menelpon siapa siapa dulu, sebelum ia menemukan orang tua kandungnya..

*****
********
**********
  Pukul 7 pagi, iren berangkat menuju tempat yang dibilang kakaknya. Sekalian olahraga, ia menaiki sepeda lamanya yang bercorak pink dan hitam. Pakaiannya supaya simple ia pake celana hitam, baju kaos dan ia gak lupa rambunya ia kepang.
    Ponselnya ia sementara di silent, supaya gak ada yang menganggunya ketika ia mencarinya nanti.

    " mungkin, nanti gue bisa nanya sama pengurus masjidnya " sambil menggoes sepeda.

  Jaraknya lumayan dekat, ia memasuki komplek sebelah rumah orang tua angkatnya. Dari dalam gerbang kompleknya, terlihat nampak besar dan jelas peta kompleknya.

   " ini komplek rumah apa kebun binatang? Luas banget udah kayak lapangan bola ini mah. Di komplek gue aja kagak ada. " berhenti sejenak melihat petanya. Ia menemukan masjid terletak ditengah tengah komplek." ia langsung menggoes lagi sepedanya, keburu nanti tambah siang tambah sepi.

    Matahari bersinar terang, udara yang masih sejuk pun terasa hangat. Untungnya ia memakai topi putih dan sepatu putih kesukaan warna favorit hitam,, putih dan pink. Melewati beberapa rumah yang sudah mulai terbuka, banyak yang membersihkan halaman rumahnya dan menyirami tanaman mereka. Ia menambah kecepatan lajunya, seperti angin melesat begitu saja. Tau tau ia sudah sampe di depan masjid an-nurani nama masjid komplek situ.

    " kok sepi? " melihat depan masjidnya yang nampak sudah sepi.

     " apa udah pulang semua? Ya juga sih, salat subuh juga udah lewat banget pasti udah pada pulang. " bingung tengok sana tengok sini.

Love And Forever Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang