Chapter 14

1.2K 42 0
                                    

Sampe dirumah, iren langsung berlari ke kamar. Entah ngapain dia kali ini, iren merasa ingin memecahkan kaca rias di depannya.

" gagal lagi! Gagal! " menjatuhkan semua make upnya.

" kapan lagi, kapan bisa ketemu ibu gue? Itu kesempatan gue buat bertemu. Kesel! " menitihkan air mata.

Iren mengambil koper pinknya, ia membuka lemari dan memasukkan semua bajunya kedalam koper. Ia gak mau tinggal dirumah yang ternyata selama ini bukan keluarga kandungnya. Ia juga gak mau dibohongin untuk kedua kalinya,cukup kali ini ia merasa kesal dibohongi satu keluarga angkatnya.

" bodo! Gue mau minggat! Bodo amat! Cape! " membuka pintunya dan turun tangga yang lumayan panjang.

Sampai dibawah, ia bertemu kakak angkatnya. Ia sejenak berhenti.
" kak, aku berterima kasih sama kalian yang sudah merawat dan melindungi aku dari aku masih bayi. Terima kasih banget untuk semuanya, titip pesan terima kasih ku untuk mamah papah. Aku pengen pergi dari rumah ini kak karena aku udah cape dibohongi kalian dari dulu. Selamat
tinggal. " berjalan keluar rumah.

" e..eh.. Tunggu! " berlari menghentikan kepergian iren.

" mau kemana loe? " memegang pundak iren.

" terserah aku mau kemana, kakak gak perlu tau kemana aku bakal pergi. Udah. " melepaskan tangan dari pundaknya.

Iren keluar pager dengan perasaan gak tega meninggalkan rumah yang selama ia tinggal dari dulu. Iren berjalan keluar komplek,ia berencana untuk tinggal di rumah ana sementara waktu sampe ia mendapat kerja sampingan.

Kakaknya iren melihat kepergian iren dari luar pager.
" bagus! Keluar juga loe, tanpa gue usir! Bebas sekarang gue. " menutup pintu pager dan menguncinya rapat rapat dan ia gak mau iren sampe balik lagi.


*******
*********
Tepat didepan palang komplek ia melihat taksi menuju kearahnya.
" TAKSI! " panggil keras iren sampai taksi berhenti di depan dirinya.

Taksi itu menyadari iren memanggilnya, taksi pun berhenti kurang dari dirinya. Iren berjalan sedikit, ia masuk dengan kopernya lebih dulu baru dirinya. Sudah mendapat kenyamanan, ia baru bilang ia akan ke komplek bintang mutiara indah.
" pak, kita ke komplek bintang mutiara indah ya? " merasakan kenyamanan setelah dari tadi berjalan keluar komplek.

" baik, mba " melihat ke kaca spion tengahnya.

*********
Di kantor bu alexa yang diperkirakan iren itulah ibu kandungnya.
" ibu ini gimana!? Masa ibu seenaknya memberhentikan kerja sama kita! Ibu profesional gak sih!? Kalau kayak gini terus, ibu bakal bangkrut dengan yang lainnya nanti. " membanting amplop dokumen hijau ke meja pribadi pemimpin perusahaan bu alexa.

" kamu ini yang gimana!? Kamu telah membuat perusahaan saya hampir bangkrut tau gak?! Sadar gak? Saya pantas memberhentikan secara paksa. Gak tau malu banget perusahaan kamu, ya?! Saya akan sebarin ke semua media sosial kalau perusahaan media utama telah sering membohongi dan membuat bangkrut perusahaan yang kerja sama dengannya. KELUAR!!!! SEKARANG!!! CEPAT!!! " emosinya menjadi meningkat lagi.

Semua karyawan nya menguping di depan pintu yang terjadi keributan itu. Manajer dari perusahaan media utama keluar, semua karyawan jaya fashion ristando kaget melihat dia keluar tiba tiba. Perasaan malu yang diterima manajer itu akan membekas di pikiran dan hatinya. Bu alexa pemimpin perusahaan itu, lelah dengan keributan yang barusan terjadi. Ia kecewa berat, di hari ulang tahun anaknya ternyata ada masalah yang terjadi di hari ultah anaknya. Ia duduk di sofa dengan kecapean sudah bertengkar lumayan hebat di pagi hari itu juga.

" heh, kasih ibu minum sana. Kasian ibu, buruan. " ucap salah satu karyawannya.
" baik baik mba . " OG itu bergegas berlari ke dapur memberi bu alexa minuman teh untuk meredakan amarah yang dilontarkan tadi.

OG itu berlari secepat angin pergi ke dapur mengambil secangkir teh manis panas buat bu alexa.

******
Iren menggeret koper di trotoar dengan kekecewaan yang ia terima setelah mendengar pernyataan identitasnya. Ia membayangkan waktu ia bersama kakaknya saat di pantai memegang satu kayu bersama sama.

" kakak tega, i hate you kak. " menatap langit yang sebentar lagi turun hujan.

" aku terima aku anak angkat tapi, aku gak terima kalau aku dibohongi selama ini sampai umur 19 tahun. " berjalan melewati dedaunan yang jatuh karena angin yang berhembus kencang.

Tik.. Tik.. Tik..

Air hujan jatuh di tangan iren dengan sengaja. Iren melamun dan memandang langit.
" kenapa hujan? Apa aku salah? Kenapa selalu hujan? Aku tidak punya payung. Kenapa selalu hujan ketika aku tidak membawa payung? " melihat titik air hujan jatuh ke daun daun kering yang sudah menguning.

******
" kenapa gak diangkat? " pak daniel menelponi iren berkali kali tapi, tidak diangkat.

" selalu saja kamu membuat khawatir, saya khawatir karena ulah kamu " memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

Ia izin keluar rumah sakit mendatangi rumah kakaknya. Ia takut iren kenapa kenapa lagi karena ia tau kalau iren itu keras kepala.

Iren sementara tinggal di hotel sementara waktu sambil besok mencari kerja paruh waktu. Berharap bisa bekerja dimana pun dengan gaji secukupnya walau tidak besar.

Setelah beristirahat dengan lama, iren memutuskan untuk mencari pekerjaan esok hari karena ia terlalu lelah berjalan. Pak daniel mencari iren kemana mana tapi, hasilnya nihil. Ia mencoba menelpon iren tapi,tetap saja gak ada jawaban. Pak daniel bingung harus kemana mencarinya lagi. Ia gak mau memberitahu ana karena ia takut ana bakal panik kayak lagi itu dan menyusahlan dia mencari iren.

" ayolah iren.. Kemana sih kamu? " berada di dalam perumahan iren.

Ia juga lelah mencari dari pulang kerja. Sudah jam 9 malam, ia mencari sejak tadi. Ia terpaksa harus pulang dulu, besok ia baru mulai mencari iren lagi. Sebenarnya, ia gak bisa tenang karena teleponnya gak diangkat angkat dari tadi. Mau gak mau, ia harus istirahat supaya besok nyarinya lebih gampang.

Love And Forever Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang