mulai III

415 42 5
                                    

   Tak sadar kah mereka semua jika sedari tadi seseorang terus mengawasi mereka dengan senyum liciknya.

“Miris sekali melihat orang yang dulunya menolak mati-matian kini berusaha mati- atian untuk diterima,hahaha” gumamnya.

“Lo bahkan lebih miris dari dia Rel” Karel langsung menegok kesamping saat mendengar ucapan orang itu.

“ck,ngapain lo di sini?” tanyanya.

“mengingatkan kalo lo sama-sama mirisnya sama mereka” jawab orang itu.

“setidaknya gue tau sedang bermain dengan siapa” ucap Karel.

“Well,gue cuman ngingetin aja sih tugas lo udah harus mulai”

“Iya gue tau,tenang aja sih.Palingan dia bakalan datang ke gue buat nanyain” katanya lagi.

“Gue balik,besok semuanya udah harus lo jalanin!”. Lalu orang itu pun pergi.

“Jangan panggil gue Karel kalau gue ngak bisa jalanin ini dengan baik” katanya dengan senyum miring dan berlalu.

Sementara itu (Namakamu) sedang berusaha menghubungin seseorang untuk bisa menolongnya dari Iqbaal yang saat ini tengah fokus mengemudi.

“sebutin alamat rumah kamu sekarang (Namakamu) atau kamu sengaja mau lama-lama sama aku? Aku sih ngak masalah” kata Iqbaal dengan santainya.

“turun gue didepan aja” jawab (Namakamu).

“aku mohon kali ini kamu nurut dulu sama aku,sekarng cepat sebutin atau aku bawah kamu ke mension aku sekarang,Pilih mana sayang?” Ancam Iqbaal.

“Brengsek lo” umpat gadis itu.

“jangan kasar ah,kamu itu cewek. Ngak baik tau” Bukannya kesal Iqbaal malah menceramahinya membuat gadis itu kesal dan memutar kedua bola matanya jenuh.

“Kejalan Belvord sekarang!” kata gadis itu. Iqbaal mengerutkan dahinya.

“kamu tinggal di apartement?” tanyanya yang tak dijawab oleh gadis itu.

“(Namakamu),aku minta alamat rumah bukan apartement kamu” kata Iqbaal.

“Ck,bisa ngak sih lo diem aja! Lagian gue emang tinggal di apartement,jadi ngak usah bacot” kata gadis itu dengan nada menghardik karena benar-benar kesal dengan Iqbaal.

“Orang tua kamu mana? Kamu kabur dari rumah kamu yah?” Tanya Iqbaal dengan segala keingin tauannya.

Tapi gadis itu hanya diam tak ingin meladeninya.

“Atau kamu emang tinggal sendiri karena orang tua kamu tinggal di luar negri?” Tanya Iqbaal lagi yang seolah-olah ingin tau semuanya tentang gadisnya itu.

“Lo diem atau gue lompat sekarang juga dari mobil lo?” akhirnya Iqbaal diam setelah mendengar ancamannya. Dasar batu,dari dulu sampai sekarang ngak pernah ilang tuh kebiasaan,batinnya.

Akhirnya setelah melalui keheningan panjang mereka sampai didepan gedung yang terlihat sangat wah dengan logo yang besar berada di puncak gedung itu. Siapa yang tidak tau tentang gedung pencakar langit itu? Dari logonya saja sudah bisa di tebak jika gedung itu milik pengusaha sukses  William Alexander. (Namakamu) yang barusaja ingin membuka pintu mobil langsung di tahan oleh Iqbaal.

“Ada hubungan apa kamu dengan Atha?” Tanya Iqbaal yang memang sudah sangat penasaran.

“kenapa lo tiba-tiba nanya itu?” bukannya jawaban tapi (Namakamu) malah bertanya balik.

“lagi pula ini bukan urusan lo” lanjutnya.

“apa ini alasan kenapa kamu malah milih Atha untuk nganterin kamu pulang waktu itu?” Iqbaal terus saja menanyainya tanpa menjawabnya juga.

KEHANCURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang