#29. Ku Rela

113 10 2
                                    

"Aku gak ngerti, kenapa dengan gampang dia melupakan semua yang udah terjadi. Apa ini adil?" Windara terus mengucurkan tangisnya di hadapan Siska dan Fadlan.

"Sabar, Dara. mungkin dia hanya lagi emosi." Ujar Siska.

"Aku tahu ini pasti akan sakit, tapi kita harus cara mengembalikan Azhar." Jelas Fadlan sambil mengepal tangannya seakan mencari cara.

"Aku rela Azhar bersama orang lain, tapi tidak dengannya." Windara lirih.

"Kita harus selidiki mendetail tentang Hilya dan mencari bukti yang akurat buat nunjukin Azhar perempuan licik itu." Ucap Fadlan berambisi.

Mereka sudah pergi dari tempat sebelumnya. Hari ini mereka berencana menyelidiki Hilya.

Kemarin Fadlan melihat Hilya yang sedang bertemu dengan seorang laki-laki, Hilya terlihat menangis di depan laki-laki itu dan merengek minta untuk dinikahi. Lelaki itu justru seperti lari dari tanggung jawab meninggalkan Hilya sendirian.

Lalu untuk apa Hilya datang ke Azhar? Kalau bukan hanya mempertanggung jawabkan kesalahannya bersama lelaki yang tak bertanggung jawab.

Apa Azhar hanya sebagai boneka Hilya? Itu yang sangat tidak bisa di toleransi oleh Windara saat Azhar meminta izin menikahi Hilya.

Walaupun aku juga jauh dari kata sempurna untuk berdamping denganmu, ku mohon kau harus mendapat jodoh akhiratmu. Bukan dia yang hanya mengharapkanmu hanya dengan sebuah alasan kesalahannya.

Terlihat Azhar mengantar Hilya ke rumah sakit, seperti Ia sedang check up kandungan. Sakit sekai batin Windara, padahal dirinya lah yang seharusnya berada di posisi itu. Dia yang tengah mengandung anak Azhar, tapi lihat keadaan sedang berbalik.

"Yang kuat, Ra." Siska mengelus pundak Windara yang seakan ingin ambruk ke tanah.

Windara hanya menarik nafas kuat-kuat dengan mengangguk meyakini Siska bahwa dirinya bisa.

"Bagaimana, Mas?" tanya Siska yang melihat Fadlan kembali ke dalam mobil.

"Hilya sudah hamil 4 bulan, dan Azhar sangat mengasihani hilya karena kulihat tadi Hilya sempat menangis."

"Menangis? Menangis karena apa?" tanya Windara.

"Dia melebih-lebihkan cerita kepada Azhar bahwa dirinya seakan wanita terlemah. Kurang ajar perempuan itu." Fadlan terlihat geram menceritakan kejadian tadi.

"Sudahlah, mari kita pulang. Kalian pasti lelah, makasih ya." Ucap Windara.

"Jangan cakap seperti itu Windara, kamu berhak mendapat cinta Azhar, kamu tulus mencintainya ini semua hanya cukup waktu." Ucap Siska.


Windara menaris napas panjang.

" aku terlalu banyak menghabiskan cintaku terhadap manusia, ya jelas inilah keadilan dari Sang Maha Adil." Ia kembali mengucurkan air mata.

"Jangan menangis, semua akan baik baik saja. Besok kita bantu kamu cari bukti lagi." Fadlan terus menenangkan mantan pujaannya itu. Sungguh hatinya masih tak kuasa melihat windara menangis sesegukan seperti tadi, tergores sekali hatinya.

--

Di hari kedua Fadlan berusaha menemui Azhar, ya walaupun dia akan mengetahui apa yang akan Ia dapat dari pertemuannya itu.

Pukulan mentah kembali tersasar di wajah Fadlan.

"Buat apa lo nonjok gue, Zhar? cuman buat bales dendam lo karena lo menikahi Windara."

"Gak usah ikut campur dengan masalah gue. Lo bajingan."

"Bajingan siapa, gue atau lo? lo udah beristeri tapi lo masih berhubungan dengan mantan lo. lo bajingan." Amarah Azhar kembali memuncak saat Fadlan berkata seperti itu.

"Apa? Lo mau nonjok gue lagi. Cuman itu jawaban lo, lo gak bisa jawab dan kemarahan lah yang lo tunjukin. Ternyata lo keji, Zhar. Sangat amat disayangkan gue memilih pergi di acara pernikahan gue cuma hanya ingin melihat dia bahagia dengan cintanya. Dan sekarang gue salah, gue hanya menaruh dia di tempat yang sama sekali gak bakal bisa bikin nyaman dia."


Azhar masih tergesa gesa dengan nafasnya, Ia amat marah mendengar ucapan Fadlan.

"Lo bajingan lo niggalin windara saat dia butuh lo."

"Yang dia butuhin bukan gue tapi lo, Zhar. malam sehari sebelum acara pernikahan dimulai, ibunya nelfon gue, dia selalu cerita masalah Windara yang terus menangis setiap malamnya, dia selalu meracau nama lo di setiap mimpinya hampir usai. Nama lo, bukan gue. Bukan gue yang diharapkan Windara."

"Tapi lo-"

"Tapi apa, gue bajingan. Ya gue akui gue bajingan, bajingan yang ingin melihat belahan jiwa nya bahagia melalui pilihan hatinya, pilihan doanya bukan paksaan keadaan. Gue sangat benci keadaan yang memaksa dan gue rela dihari pernikahan gue, gue pergi. Yang mana lo sebagai sahabat Windara gak akan mungkin tega melihat windara menangis, gue udah memprediksi lo yang akan menikahi Windara."

Azhar masih terus terdiam mendengar setiap kata demi kata yang terucap secara jelas dari mulut Fadlan.

"Lo boleh marah ke gue karena gue menyakiti hati windara. Tapi lo gak berhak menyalahkan Windara atas kesalahan gue, dia sahabat lo. yang mana dulu lo selalu jaga hatinya. Lo yang memperkenalkan dia ke gue, kenapa lo sekarang meng-asinginya."

"Gue mohon, Windara butuh lo. Dia hanya butuh Azhar sebagai sahabatnya bukan menjadi suami yang selalu memusuhinya. Gue balik duluan. Gue harap lo sadar, Zar." Fadlan pergi sambil memegangi pipinya yang terkena pukulan Azhar.

Azhar termenung di dalam mobilnya. Semua yang Fadlan ceritakan itulah kenyataan tapi masih berat untuk Azhar. Sekarang ada kehadiran Hilya, Hilya juga butuh dirinya.

--

"Windara, jangan melamun terus." Tegor Siska.

"Hay, udah selesai ngajarnya. Gimana ngajarnya."

"Gak usah ngalihin pembicaraan, gimana tentang suamimu." Tanya Siska.

"Semalam dia tidak pulang sepertinya dan sampai sekarang tidak bisa di hubungi." Setelah bercerita, Windara berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua cairan bening dari mulutnya.

"Astagfirullah, kamu sakit, Ra." Siska memijati leher Windara yang masih terus muntah.

Setelah menelfon Fadlan, Fadlan pun sampai di sekolah. Mereka membawa Windara ke rumah sakit terdekat.

"Ya Allah Windara, kamu hamil?" kaget Siska yang mendengar langsung dari dokter yang memeriksa Windara.

"Ya aku hamil, 2 bulan."

"Selamat yah." Ucap Siska.

"Apa Azhar mengetahui kamu hamil?" tanya Fadlan. Windara hanya menggeleng pelan.

"Sampai kapan kamu mau terus seperti ini, Ra. Kamu harus segera mengambil keputusan." Ucap Fadlan ambigu.

"Keputusan apa maksud kamu?" tanya Siska.

"Ya menurut aku kalau Windara sudah tidak kuat mending mundur, dia sedang hamil sis, keadaan ini tidak baik untuk dia dan kandungannya." Jelas Fadlan.

"Kamu memaksanya mundur?" tanya Siska mengerutkan keningnya. Siska mungkin cemburu. Bagaimana pun akan ada kesempatan bagi Windara dan Fadlan bersatu.

"Aku gak memaksa, semua keputusan Windara." Fadlan pasrah.

"Biar aku pikirkan."

"Windara berhak mendapat cinta Azhar, kamu ini apa apaan sih mas. Dengan kehamilan windara semakin mudah membuat Azhar bersimpati dengan windara." Siska menutup mulutnya sepertinya kata kata nya sedikit menyinggung perasaan Windara.

"Maaf, Windara." Ucap Siska berikutnya.

Windara hanya tersenyum," Tidak-papa. Makasih kalian terus bantu Aku."

--

Malam ini hujan membajiri daerah Jakarta dan juga daerah mata windara yang terus sembap.

Pintu seperti terbuka, Windara langsung menghapus semua tangisannya. Terlihat di balik pintu terdapat badan yang Ia rindukan setiap malamnya.

Windara menatapnya lekat dan detik berikutnya ia mengaburkan pandangannya dan berusaha sibuk dengan apapun yang berada di sekelilingnya.

"Windara?" suara itu sangat hangat di batin Windara tapi berselang sedetik panggilan itu menjadi sakit yang tak lagi dapat terasa.

Windara tak menjawab, ia hanya menatap Azhar sebentar.

"Kamu habis nangis?"


Dengan cepat Windara menggeleng pelan.

"Maaf kemarin aku tidak pulang." Windara hanya tersenyum dan mengangguk.

"Kamu marah?" tanya Azhar.

"Apa pedulimu saat aku marah?" ucap Windara datar menusuk relung hati Azhar.

"Aku sangat peduli denganmu." Apa yang azhar katakan sangat berbalik dengan perilakunya.

Mengapa sekarang sifatmu tak dapat kutebak, kau sahabatku atau bukan. Sepertinya bukan?

"Terimakasih." Ucap Windara singkat.

Azhar terus merutuki dirinya sendiri, di sisi lain Ia membenarkan kalimat Fadlan yang tadi siang Ia dengar, di sisi lain juga Ia terus memikirkan Hilya, Hilya butuh hadirnya.

--

ASSALAMUALAIKUM TEMAN, HEHE. JAWAB DONG🖤


[WIND's 2] MUHASABAH CINTA WINDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang