#6. Abang Ganteng

156 9 2
                                    

Kini aku sudah berada di Bandara Soekarno-Hatta, kondisinya tidak cukup ramai. Aku bermaksud menjemput Abang Ali, dia baru pulang dari samarinda.

Di samarinda Abang Ali menyelesaikan masa koasnya, yang Alhamdulillah masa koasnya telah berakhir. Kini ia balik lagi ke jakarta untuk di lantik menjadi seorang dokter sungguhan di Universitas yang sama seperti Azhar.

Aku melangkahkan kaki masuk ke dalam bandara, menengok ke kanan- kekiri tapi tidak melihat pangkal hidung bang Ali. Ku ketik sederatan angka untuk menelponnya.
Nihil, tidak ada jawaban, panggilan justru dialihkan. Kemana sih bang Ali!

Aku hanya bisa menunggu di tempat duduk bandara, sambil terus mengutak-atik ponselku. Terus ku ulangi panggilannya tapi sama, tidak ada jawaban.

"Hmm,,"deheman itu berhasil mengagetkanku, sampai aku mengucap astagfirullah.
Setelah kulihat dari sumber suara, ternyata seseorang yang kutunggu sejak tadi. aku segera memeluknya erat. Sangat rinduu.

"Abang...." Teriakku. "Ih kangen abang." Renggekku.

"Manja banget sih." Ucapnya dengan mengelus pucuk kepalaku.
Aku baru menyadari bahwa bang ali tidak datang sendiri, melainkan ada seorang gadis yang berdiri di sampingnya.

Aku mengerutkan keningku saat melihatnya kemudian beralih pandangan ke bang ali sambil memberi kode menaikkan alisku kepada bang Ali seprti berisyarat 'ini siapa?'

"Ehem, kenalin calon istri." Hah calon istri. OMG.

"Seriusan?" ucapku.

"Intan kenalin ini adek aku yang aku ceritain bawel itu." Kata bang ali.
Intan terlebih dahulu mengulurkan tangannya.

"Assalamualakum, dara. Saya intan. Wah cantik ternyata yah windara." Oh tentu.

"Wa'alaikumussalam ka intan, ya Allah makasi banyak loh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Wa'alaikumussalam ka intan, ya Allah makasi banyak loh. Kalo cantik mah emang udah dari lahir. kakak juga cantik"

"Prett.." suara itu berasal dari mulut bang Ali, kukira dari belakang.

"Ah, abang mah. Dasar munafik, bilang aja sih kalo cantik. Untung windara kangen abang." Ucapku dan langsung memeluk pinggang bang Ali.

"Iya,iya. Udah yok cuss, balik. Ayok intan." Ajak bang Ali.

**

Kak Intan, padahal baru 4 jam lalu kita ketemu. Saat kak intan bertemu mamah pun sikapnya sangat sopan itu yang membuatku nyaman dengannya.

Rencananya Kak intan akan menginap disini selama ia mecari kost-kostan disini. Intan sama dengan bang Ali, sosoknya sangat mengagumkan. Pasti setelah mereka menikah rumah tangganya akan bahagia terus.

Obrolan kita semakin hangat, kak intan orang yang sangat bisa diajak mengobrol.

"Kak, gimana kalo misalnya kita punya perasaan suka sama seseorang." Tanyaku pada intan.

"Menurutku jika ada perasaan seperti itu..., kita hanya cukup diam." Ucapnya.

"Diam? Kenapa harus diam."

"Maksudku diam disini adalah kita ikhlaskan semua perasaan ini kepada Allah, ra. Misalnya aku menyukai Ali ya aku memilih diam sambil mengikhlaskan."
Aku hanya mengerutkan keningku tanda belum terlalu paham.

"Diam dalam berdoa, ini cara ampuh meredakan rasa suka kita. Karenakan mencintai sesuatu tanpa mengerti apa cinta yang sesungguhnya hanya akan membuat sang pemilik cinta cemburu. Aku waktu itu hanya diam mendoakan bang ali menjadi pendampingku, dan sekarang insya Allah sebentar lagi." Intan tersenyum tipis.

"Wah masyaa Allah. Apa cuman berdoa yang kak intan lakukan, terus ikhtiarnya bagaimana?" tanyaku lagi.

"Ikhtiarnya hanya ada dua, yang pertama sabar, dan yang kedua ikhlas. Karena yang aku pikir banyak diluar yang berdoa sama sepertiku.."

"Doa apa?" potongku.

"Doa untuk menjadi pendampingnya, dan pasti bakal kecewa juga kan kalau kita hanya merengek terus dihadapan Allah untuk menjadikannya pendamping kita. Jadi sabar dan ikhlas lah fondasi dari doa kita. Tanpa landasan tersebut, percuma kita berdoa. Pasti akan kecewa juga kalau tidak diizinkan. "

"MasyaaAllah banget kak Intan, gak salah pilih nih bang Ali." Pujiku.

"Bisa aja nih windara." Elaknya.

Intan memang terlihat memiliki fondasi agama yang kuat, apalagi dari yang kudengar dari cerita bang ali, kak intan berasal dari Aceh. Ya walaupun aku juga berasal dari Aceh namun aku hanya sebatas lahir disana. Jadi aku kurang mengerti agama yang mana Aceh sangat terkenal islam yang kuat.


Semua doa harus didasari dengan kesabaran dan keikhlasan. Tenanglah Allah sanagat baik jika seorang hamba selalu meminta kepadanya dan bergantung padanya dan satu, sampai kapan pun Allah tidak akan pernahmebuat kecewa hambanya. Ingat ya saat berdoa, sabar dan ikhlaslah kuncinya, rasa itu yang mengeksekusi doa kita.
-intan nabila

**

Haruskah khadijah atau Fatimah yang aku pilih? Keduanya adalah wanita sempurna yang terealisasikan cintanya di hadapan Allah.

Bunda khadijah dengan cinta tulus nya kepada rasulullah. Khadijah yang dahulu sempat menjadi seorang janda, yang harus merasakan pahitnya kehilangan terlebih dahulu yang harus merasakan sakitnya ditinggalkan. Ternyata rasulullah lah balasan dari ujian yang khadijah rasakan. Masya allah banyak sekali hal yg tak terduga dari semua kisah yang awal nya menyedihkan bagi kita namun menjadi akhir yang indah.

Atau fatimah dengan cinta diam -diamnya kepada ali. Terlalu menginspirasi sekali kisah cinta fatimah ini, cinta yang berlandaskan diam sambil berdoa kepada sang pemikik cinta. Sampai musuhnya sendiri tidak menegtahui perasaan cinta itu, setan tidak mengetahui bahwa fatimah mencintai ali, begitupun dengan ali. Semua tersimpan dengan indah seperi layaknya hadiah yang dibuka tepat pada waktunya itulah cinta mereka, cinta berlandaskan waktu yang tepat sesuai kehendakNya.

Lalu, fatimah atau khadijah?
Tak dapat aku memilih, aku hanyalah perempuan berakhlak minim. Fatimah atau khadijah hanyalah kedua wanita yang tidak dapat tergantikan atau disamakan, mereka wanita pilihan Allah untuk mendampingi pria yang tentu adalah cerminan dari diri mereka.

Sedangkan aku?
Aku hanya wanita baru setengah insyaf. Sering kuberpikir, bermuhasabah sejenak, apa yang telah aku lakukan di dunia ini. Tapi, nihil. Aku sama sekali tidak menemukan jawaban yang membuatku merasa aku telah hidup.

Selama ini aku mati dalam dunia kehidupanku. Nafasku bernafas, jantungku berdetak, jiwaku sehat, namun satu, hatiku mati.

"Semua manusia itu sama, tapi satu yang berbeda. Hati, hatilah landasan utama, jika hati bersih semua akan suci, namun berbalik jika hati kotor semua akan keji." Kata Azhar.

Kalimat tersebut yang ku dapat darinya. Sangat menyentuh sekali. Itu pun yang menyadarkanku bahwa hatilah kecantikan utama, bukan cantik wajah editan, bukan harta, bukan status sosial.


'Namun, Apa jika hatimu memilihku, akankah suci atau keji?'
-Windara-

[WIND's 2] MUHASABAH CINTA WINDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang