#13. Untuk Siapa, Bukan Untukku?

137 11 2
                                    

untuk apa menyirat luka, jika yang kemarin saja belum kau sembuhkan.
#MCW
**

Hari ini memang telah terukir yang mana aku denganmu menjadi satu kalimat di ijab kabul.

Yang ku pikirkan sekarang bukanlah rasa puasku karena mampu mendampingi azhar menjadi seorang isterinya. Namun pemandangan sendu dari guratan senyum yang ku tahu itulah senyum paling terpaksa yang hilya pajang sedari tadi.

Aku dan azhar masih di atas pelaminan, aku memang ditemani azhar namun tidak perasaannya sedari tadi azhar hanya duduk tanpa bertegur sapa denganku.

Apa ini salah ku?

Semua acara hari ini sudah terlewati, untung saja undangan yang disebar hanya sedikit dan hanya yang aku kenal saja. Semua memberi ucapan hangat tapi terasa dingin yang kurasa.

Aku dan azhar sudah memasuki kamarku, ralat tapi kamar kami sekarang.

Ku lihat dirinya bersandar di sofa yang bertengger tepat didepan kasur, kurasa dirinya letih. Tapi bagaimanapun semua ini harus dibicarakan malam ini.

"Zar.." panggilku tapi tidak ada sahutan yang jelas dari azhar.

"Zar.." ku panggil untuk kedua kalinya namun azhar tetap tak ingin menjawabnya.

"Untuk apa kamu menikahiku, apa kamu pikir ini main-main." Aku mengeluarkan uneg-unegku tetap azhar tak menyauti perkataanku.

"Bisa diam sedikit?" ketus azhar.


Aku hanya terdiam. Kini dia sudah berbalik muka memandangku.

"Disini bukan kamu yang terluka, tapi aku. Hilya yang menyuruhku menikahimu, puas kamu windara."

Hancur sudah pertahananku kali ini, bisa kah waktu ini diputar benar-benar aku tak ingin di waktu ini.

"Buat apa kamu lakukan ini?" tanyaku.

"Sudahlah,," azhar tidak menjawab dan lebih mementingkan ke kamar kecil.

Aku tahu cintamu tulus dengannya, tapi aku juga tulus mencintaimu. Apakah sama sekali tak ada balasan dari cintaku.

--

Malam ini adalah acara keluarga yang dibuat dadakan oleh orangtua dari windara dan azhar. Semua telah berkumpul di halaman rumah.

Sepertinya akan ada acara penyambutan untuk para menantu dari kedua keluarga.

"Sini pengantin baru, jangan ngedekem di kamar terus." Ucap salah satu tante yang diyakini itu dari keluarga azhar.

Azhar dan windara telah duduk dibangku yang sudah disiapkan.

Acara pun dimulai.

Walaupun acara ini dibuat sangat mendadak namun semua keluarga hadir cukup komplit.

"Oh ini zar yang namanya hilya. " windara hanya memasang muka bersalah, saat seseorang salah menyebut namanya.

Azhar hanya tersenyum ramah pada tantenya tanpa memperbaiki kesalahan tantenya perbuat.

Windara menyalami tangan tante azhar. "windara, tante."

"Lah, windara namanya. Kata si helmy anak tante dia bilang calonnya azhar namanya hilya."tutur nya.

Azhar tak ingin terlibat percakapan diantar mereka, dia lebih sibuk dengan minuman dan acaranya. kini windara kebingungan menjawab pertanyaan dari tante.

"Aku ke kamar mandi dulu, tante."ucap windara mengalihkan pembicaraan.

Windara menuju kamar mandi di kamarnya. Kini ia bisa meluapkan apa yang ia ingin keluarkan. Air mata kembali keluar tepat waktunya.

Dulu ia keluarkan untuk menangisi azhar karena tak bisa ia miliki. Dan air mata kedua untuk azhar yang telah ia miliki namun tidak hatinya.

Posisi Windara kini hanya seperti mengganti posisi pemeran utama yang pergi. Dan windara hanya harus menyelesaikan sebuah ceritanya dengan utuh lalu bisa pergi.

Windara terus mengusap tangisannya, dia sadar tidak baik jika ia terus menangis. Semua bisa curiga. Dengan air mata yang masih deras jatuh di pipinya.

Azhar mencari keberadaan windara yang sedari tadi tak ia lihat. Azhar mencari keseluruh ruangan rumah namun tak ia temukan.

"Windara." Panggil azhar, yang ternayta windara ada di kamarnya.

"Ya, ada apa." Windara tidak menengok ke sumber panggilan azhar. Karena kini matanya masih penuh dengan tangis.

"Ngapain disini, semua masih kumpul di bawah. Gak sopan kalo ditinggal." Ucap datar.

"Ya, nanti aku kebawah."


Bukannya pergi, azhar justru malah mendekati windara.

"Kenapa?" azhar membalikan tubuh windara agar bisa ia memandangnya.

"Kelilipan, tadi abis ngelepas softlen." Alasan windara.

"Kamu gak seharusnya nangis, disini bukan kamu yang terluka. Banyak hati yang berkorban, jangan menangis." Kata-kata azhar hanya memberi sebuah perhatian namun menyadarkan, jelas menyadarkan juga menyudutkan!

"Enggak ko, siapa juga yang nangis. Lagian mau nangis karena apa? " ucap windara.

"Yaudah lupain, nanti gak usah kebawah lagi." Suruhnya.

"Lah tadi nyuruh, labil banget sih."

"Emang mau semua nanyain kenapa tuh mata bengkak."

Windara langsung berlari kearah cermin. Melihat kondisi matanya.

"Gak bengkak ko." Ucap windara.


Azhar malah menuju ke meja belajar windara yang sekarang menjadi miliknya juga. Ia mebuka laptop miliknya.

Azhar membuka gmail yang masuk,

Hilya


Assalamuailaikum azhar, congrats yah buat pernikahannya semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahma. Aku ngirim gmail ini ke kamu supaya kamu bisa tau kondisi ku sekarang. jangan khaeatir aku baik-baik saja. Aku besok jam 8 pagi akan balik ke aussie ketemu abah disana. Katanya dia kangen denganku. Kalau kamu ingin mengantarku tentu amat boleh, kamu bagian dari sahabatku. Jangan lupa ajak isteri kamu yah, windara. Aku pasti akan merindukan kalian.🖤
21.00

Azhar hanya termangu dengan tulisan pesan yang dikirim hilya untuknya.

Seharusnya engkau yag berada disisiku, menemaniku. batin azhar.

Di sisi lain windara terlihat tidur namun tidak dengan hatinya. Hatinya masih tidak bisa beristirahat, kini jadilah ia pengganti si pemeran utama yang terpaksa pergi.



[WIND's 2] MUHASABAH CINTA WINDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang