#24. Family

103 7 0
                                    

Selamat menikmati...
**

Seperti yang Bunda rencanakan nanti malam akan ada pertemuan keluarga sekaligus pengajian syukuran pembukaan butik Bunda, bukannya aku kurang suka. Tapi mungkin keluarga Azhar yang sudah terlalu mengenal Hilya terlebih dahulu daripada aku. Jadi aku sering disebut hilya bukan namaku sendiri.

Nama itu kembali mengingatkan aku betapa sangat mencintainya Azhar terhadap Hilya sampai ia merubah sikapnya untukku. Tapi segala puji bagi allah yang maha membolak balikan hati manusia, Azhar kembali menghargai hadirku.

Entah sampai kapanpun hati manusia tidak akan dapat diukur, walau selama ini Azhar belum pernah mengucapkan bahwa Ia mencintaiku tapi Aku senang bisa dihargai.

Setidaknya kita tidak harus berperang dengan masa lalu.

Pagi ini menjadi pagi yang begitu sulit, Aku dan Azhar sudah di bandara mengantar kepergiaan papah dan mamah. Mamah akan pergi meninggalkan jakarta dan ikut bersama papah ke Berlin, Jerman. Ah sangat menyedihkan.

“Mamah.” Aku memeluk mamah sangat erat seperti takut kehilangan.

“Jadi isteri yang patuh sama suami yah sayang.” Mamah  membelai kepalaku. Aku juga memeluk tubuh keduanya.

“Papah jangan lama-lama yah kerjanya,” ucapku.

“iya sayangnya papah, udah ah jangan manja udah punya suami manjanya sama suami aja.” Azhar hanya terseyum mendengar ucapan mertuanya itu.

“Azhar jaga dia yah, kalau dia manja jangan dikerasin, perempuan tidak seharusnya mendengar bentakan dari mulut kita.” Nasihat papah membuat mataku berlinang.

“Saya akan menjaga putri papah, inshaa allah.” Ucap Azhar.

“Saya yakin kamu bisa.”

Papah dan mamah sudah berada dalam pesawat dan menit berikutnya pesawat pun take off meninggalkan Bandara Soekarno Hatta.

Aku tunggu ayah dan bunda disini.
--

“Ayah cepetan nanti macet. Azhar, windara ayo nak kita harus segera berangkat.” Teriak Bunda.

“Iya bunda, kita udah siap kok.” Ucap Azhar menuruni anak tangga bersama Windara.

“Ayah kamu tuh lama banget, Zhar.” bunda yang ingin memites pala Ayah.

“Iya sayang sabar.”

“Wih ayah inget umur, Yah.” Ledek Azhar.

“Tau nih ayah, udah tua sayang- sayangan.” Bunda masih kesal.

“Emang Azhar doang yang bisa.” Ucap Ayah. Azhar dan windara hanya terkekeh.

Mereka segera masuk kedalam mobil.
Acara pun selesai, ternyata tidak seburuk yang Windara bayangkan. Keluarga azhar sudah mengenalnya lebih baik, tidak seperti awal ia bertemu.

Azhar tersenyum kepada Windara.
“Kenapa? Luntur yah?” tanya windara.

“Cantik sekali.”

“Apa?” sebenarnya Windara sudah mendengar cukup jelas namun ia hanya ingin meledek Azhar.

“Untung gak denger.” Kata Azhar. Windara hanya tersenyum melihat aksi Azhar.

“Aku denger sih.”

“Apa?”

“Cantik dong.” Over kepedean Windara memuncak.

Ya  memang harus diakui sedari tadi banyak tamu yang melihat ke arah Windara karena kecantikannya. Yang sampai membuat Azhar risih.

“Aduh kapan pulang sih?” Gerutu Azhar.

“Lah kok mau cepet cepet pulang, baru sampai” tanya Windara.

“Liat tuh, semua mata merhatiin kamu.” Ketus Azhar.

Windara hanya tersenyum seperti membalas senyuman orang yang tersenyum kepadanya.

“Gak usah sok cakep.” Ketus Azhar.

“Sensi aja, itu nenek kamu senyum ke Aku.”

Azhar dan windara menghampiri nenek itu dan menyalaminya.

DON'T FORGETTT VOTE!!

[WIND's 2] MUHASABAH CINTA WINDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang