#32 Berpisah

139 8 5
                                    

Malam telah terganti oleh pagi, yang mana semua yang berlalu pasti akan berganti.

**

Dsaat windara keluar tenyata Azhar juga pas-pasan keluar. Keduanya saling salah tingkah. Windara hanya tersenyum.

Windara sudah siap dengan seragam kerjanya sebagai guru, namun yang menjadi perhatian Azhar adalah ketika perut windara yang baru kemarin ia sadari bahwa ada janin yang tertanam disana. Ternyata perut Windara sudah terlihat besar.

"Windara udah mau berangkat ke sekolah lagi, sayang." Tanya bunda.

"Iya bunda."

"Sebentar ada yang aneh, yah. Kok kamu gendutan sih, Ra." Tanya bunda.

"Eh iya bener perutnya agak buncit, upss." Ucap ayah. Azhar saling bertatapan dengan Windara seperti tatapannya itu mengatakan 'cerita atau enggak?'

"Windara hamil 3 bulan,
yah, bun. Doain yah semoga sehat selalu." Ucap Azhar tanpa permisi.

"Ya Allah, Windara. Selamat sayang." bunda memeluk Windara dan ayah memeluk Azhar sambil mengucapkan selamat.

"Makasih ayah bunda." Ucap Windara.

"Pokonya sekarang makannya harus di jaga ya sayang." Ucap bunda menasehati.

Agak terasa sakit sebenarnya di saat semua berbahagia tapi mereka berdua hanya bisa memendam rasa kebahagiannya saja.

--

"Makasih yah Fadlan, Siska udah nganterin Aku." Windara mengucap terimakasih kepada Siska dan Fadlan yang mengantarnya pulang sehabis mengajar.

"Masuk dulu yuk." Fadlan dan Siska bertatap ragu.

"Gak papa ko, ayo lah ini masih sore. Kalian bisa sholat ashar dulu disini."

"Baiklah bumil." Ucap Siska.

Saat mereka ingin masuk, mobil Azhar terparkir di depan mobil Fadlan.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

"Apa kabar, Sahabatku?" Ucap Azhar ragu kepada Fadlan.

"Alhamdulillah." Jawab Fadlan. Senyum tergores di wajah Windara melihat keduanya sudah akrab.

"Ayo silahkan masuk, anggap rumah sendiri," kata Azhar.

Mereka semua pun masuk.

Azhar dengan sigap membantu windara yang kerepotan membawa gelas yang berisi sirup.

"Sini sini Aku yang bawa." Serobot Azhar yang merebut nampan yang di pegang Windara.

"Silahkan diminum tamu tamu yang berbahagia. Oh jadi perempuan ini?" Azhar sedikit ragu.

"Ini calon isteriku, kami akan menikah bulan depan." Ucap Fadlan.

"Wah, selamat bro. Nyusul juga kau akhirnya." Perbincangan pun semakin larut.

Windara memegangi perut dan mulutnya seraya 'oek oek'

"Windara masih eneg?" Azhar mengikuti pergerakan windara.

"Eneg banget, oek,oek,..." Windara semakin tidak kuat menopang dirinya sendiri. Penglihatannya juga sedikit memburam, dan akhirnya.

"Astagfirullah aladzim, Windara bangun windara." Azhar berusaha menyadarkan Windara.

"Kenapa dia?" Siska panik.

"Cepat kita bawa ke rumah sakit, Zhar." ucap Fadlan.

--

[WIND's 2] MUHASABAH CINTA WINDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang