#21 Isteri Dokter

114 10 0
                                    

Assalamu'alaikum
#wajibjawab

***


Windara kini sudah sampai di rumah sakit tempat azhar bekerja. Sebenarnya Ia sangat dilarang Azhar untuk keluar rumah karena kondisinya yang masih belum fit. Tapi karena Windara terus membujuk Azhar akhirnya Ia mengizinkan.

"Pagi, Sus. Ada Dokter Azhar?" tanya Windara pada salah satu suster.

"Oh ini adik nya Dokter Azhar."

"Adik?" tanya windara heran.

"Iya, tadi Dokter Azhar bilang ada adiknya yang mau kesini. Saya yang suruh anterin katanya. Mari mbak." Windara tidak menyangka azhar benar benar menganggapnya sebagai adik padahal sudah jelas statusnya di buku nikah.

"Disini ruangannya mbak, mari masuk." Suster itu membukakan pintu untuk Windara.

Di dalam ruangan terlihat ada Azhar dan satu dokter yang usia nya sudah cukup matang.

"Siang Dokter. Ini adik anda Dokter Azhar." Ucap suster.

"ini beneran adik kamu, Zhar? Wah cantik yah. Saya husni." Dokter itu meminta berkenalan.

"Saya Windara dokter, terimakasih."

"Jangan panggil dokter kamu bukan pasien saya. Panggil om saja. " ucap dokter itu.

Kesekian kalinya Azhar bengong melihat windara, terlihat windara amat cantik dengan balutan gamis yang menempel di tubuhnya. Pasti bunda yang menyuruh windara memakai gamis, tidak akan mau seorang windara menggunakan gamis panjang seperti itu. batin azhar.

"Ini ada titipan makanan dari bunda." Azhar masih belum lepas menatap Windara. Matanya sedari tadi tidak kedip.

"Hey azhar, adik mu itu loh. Daritadi kamu malah bengong diem aja." Kata Dokter Husni.


"Mungkin lelah om dokter." Timpal windara.


Dokter husni hanya tertawa dengan panggilan windara terhadapnya.

"Oh iya, taruh saja disitu." Ucap Azhar.

"Kamu kok gak pernah bilang punya adik secantik ini. Bisa jadi menantu saya kalo kaya begini." Puji Husni.

"Oh om dokter punya anak cowo?" tanya windara. Kini azhar hanya melotot dengan pertanyaan windara.

"Punya dia juga dokter disalah satu rumah sakit swasta di Jakarta Pusat. Mau kenalan?" tanya dokter husni.

"Boleh dokter, kenalin aja. Lumayan dapet suami dokter berobat gak pernah bayar nanti, sakit terus deh." Windara hanya tertawa sendiri dengan ucapannya dan tentunya dengan tatapan aneh dari Azhar.

"Iya nanti kenalan aja, sekarang kayanya Windara mesti pulang minum obat." Ucap Azhar sembarang.

"Sakit apa Windara memangnya?" Tanya Dokter Husni.

"Sakit lupa ingatan kayanya nih dokter, duluan yah dokter." Azhar menarik tangan Windara membawa keluar ruangan.

"Bye om dokter! Kontak windara nanti minta aja ke azhar." Mulut windara terus berucap meski tangannya di tarik oleh azhar keluar ruangan.

Azhar menarik Windara ke kantin rumah sakit.


"Ngapain sih narik-narik emang kambing, eh adik deh." Windara masih kesal akibat suster tadi.

"Udah makan belom?" Azhar beralih topik.

"Gak tau."

Azhar melanjutkan makan-nya bekal yang dibawain bunda kepadanya.

"Nih rumah sakit sepi amat dah. Padahal jam istirahat." Ucap windara.

"Gimana gak sepi, orang sebelah nya ruang mayat."

"Hah? Serius? Ayok pergi dah, serem ih." Ucap Windara. Sebenarnya Azhar hanya iseng pada Windara. Lah orang ruang yang Azhar bilang ruang mayat itu ruang bayi.

"Aku mau pipis dulu, tunggu sini."

"Ah gak mau. Aku ikut."

"Masa ke kamar mandi ngikut. Tunggu sini."

"Takut azhar, ih."

Azhar berdiri dan windara juga mengikutinya berdiri.

"Gak ada apa-apa Windara. Tunggu sini sebentar yah."


"Gak mau pak dokter."


"Suster, sini sus." Azhar melambaikan tangan pada suster yang tengah berkumpul. Salah satu suster tersebut pun menghampiri Azhar.

"Ada yang bisa saya bantu, dok." Ucap suster itu.

"Temani isteri saya." Hah,demi apa suami eyke manggil eyke isterii!!

"Baik, dokter."

Azhar pun segera meninggalkan Windara bersama suster.


"Siang, Bu."


"Siang, suster saya mau nanya ruangan itu emang bener ruang mayat. Kok daritadi saya denger banyak suara bayi." Tanya Windara.

"Hah ruang mayat, itu mah emang ruang bayi bu. Kata siapa ruang mayat?" Suster itu malah tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Windara.

"Tuh kan ruang bayi, ih Azhar pasti boong."

"Di boongin suaminya yah , bu."

"Iya nih suster, kesel deh." Windara memanyunkan bibirnya tanda kesal.


10 menit berikutnya azhar datang kembali, menemui windara.

"Udah gak takut?" Azhar tersenyum ledek terhadap Windara.

"Makasih ya suster, udah nemenin di sebelah ruang mayat." Azhar dan suster malah tertawa menertawai Windara.


Windara hanya buang muka tidak suka.

"Aku mau pulang." Belum dapat respon dari azhar, windara telah melangkahkan kaki menuju gerbang rumah sakit.


Tak ada peregerakan dari azhar, Ia masih duduk di tempat yang sama. Windara pun terus melenggangkan kakinya namun dengan perasaan jengkel.

'gue kira dia bakal nganterin gue pulang.' Batin windara


'ih apaan sih, ra. Mikir begituan, yakali dia nganterin gue.' Batin nya berontak.


Perasaan windara semakin dogkol karena di depan rumah sakit benar benar tidak ada kendaraan umum yang lewat.

Windara pun duduk di bangku warung es.


Ternyata benar-benar tak ada yang lewat kendaraan umum. Windara bingung pulang naik apa?

"Belum pulang?" Azhar ternyata ada di belakang Windara.


Windara tidak menjawab justru ia terdiam saja.

"Dosa tau isteri ngediemin suaminya." Tegur Azhar.

"Iya belom pulang." Windara dengan cepat menjawabnya, Ia tak mau berdosa karena hal sepele.

"Mau dianter?"

Menurut lo?

"Mas, boleh minjem motornya?" tanya Azhar pada salah satu office boy di rumah sakit.

"Atuh boleh, dokter. Sok di pake wae."

"Makasih ya mamang nambah ganteng si mamang." Azhar tertawa.

"Cepet naik." Perintah Azhar.

"Nganter siapa emangnya dokter?"

"Nganter pacar mang." Ucap Azhar.

"Ih apaan sih, udah ayok. makasi yah mang." Windara mencubit perut Azhar.

Ini kisah cintaku yang absurd. kadang sangat miris kadang... juga pengen nampol azhar.
-WINDARA


[WIND's 2] MUHASABAH CINTA WINDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang