Prolog - REVISI

780 36 21
                                    

Wanita itu memegang sebuah kertas bertuliskan " CHANYEOL " dengan huruf besar dan juga sebuah boneka jerapah ditangannya. Ia tersenyum senang menunggu dipintu kedatangan karena hari ini merupakan hari istimewa untuknya. Hari dimana sahabatnya kembali setelah tujuh tahun lamanya.

Kepulangan mendadaknya itu membuat dirinya harus terburu-buru bangun dan berdandan semenarik mungkin, Kakaknya bahkan hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat tingkahnya.

Pria itu mungkin akan pangling setelah mengetahui dirinya yang sudah pandai menghias diri. Ia menggenggam erat kertas yang dipegangnya, akan setampan apakah dia? Apakah tubuhnya akan lebih tinggi dari yang terakhir dilihatnya? Walaupun sering melakukan panggilan video tetap saja itu tak membuatnya puas. Ia sangat merindukannya.


Saat ia melihat langkah dari kaki yang sangat panjang ia terpana. Matanya menelusuri tampilan pria yang ada dihadapannya. Dari ujung kaki sampai ujung kepala ia memakai brand ternama. Dengan senyum tampan yang ada diwajahnya pria itu menarik kopernya sembari melangkah dengan cepat kearahnya. Keduanya tak bisa menutupi rasa bahagianya karena mereka bisa dipertemukan kembali.

Tulisan ini memang tak berguna, nyatanya sama sekali tak ada yang berubah, selain potongan rambut baru juga tubuhnya yang semakin menjulang saja. Diperhatikan oleh orang-orang dipintu kedatangan pun tak membuat pelukan itu terlepas, keduanya terlihat seperti sepasang kekasih yang seakan-akan tak bertemu sekian tahun lamanya.

Namun kenyataanya mereka hanyalah seorang sahabat. Sahabat yang sudah menemani dan menghabiskan masa-masa sekolahnya bersama. Chanyeol lah yang paling awet bersahabat dengannya.


" Congrats , aku tidak tahu harus berkata apalagi atas kelulusanmu " Sulli berkaca-kaca, Chanyeol itu sangat hebat, menyelesaikan gelar paca sarjananya di Amerika, walaupun agak sedikit telat. Pria itu meraih boneka jerapah yang ada ditangan Sulli, wanita itu tersenyum simpul saat Chanyeol memeluknya sembari menghapus air matanya. Sungguh ia sangat terharu bisa bertemu lagi dengan pria yang berada dihadapannya ini.

" Ini sudah cukup, terima kasih sudah menjemputku " Pria itu berterima kasih atas boneka yang diberikan oleh Sulli. Tangannya menggenggam tangan Sulli dan mengajaknya keluar dari kerumunan orang yang semakin lama semakin padat.

" Aku membawa mobil sendiri " Chanyeol menghentikan langkahnya, ia tak percaya dengan apa yang didengar olehnya. Matanya menatap lekat wanita yang ada disampingnya.

" Really? Kamu tidak menabrak mobil orang lagi kan? " Mengingat jelas bagaimana dirinya mengajari Sulli mengendarai mobil dan malah berakhir dengan membawa mobil orang ke bengkel. Chanyeol bergidik ngeri.

" Of course not. Hari ini aku akan antar kamu pulang, aku harap kamu mau membawaku kerumahmu kali ini " Sulli menarik lengannya untuk ikut ke dalam mobilnya. 


" Kakak akan tiba malam ini " Ucapan Chanyeol membuat gerakan Sulli terhenti, wanita itu tersenyum tipis sembari meraih sabuk pengaman yang tadinya sempat terlepas. Chanyeol menatapnya dalam, seharusnya ini menjadi momen terbaik dalam hidupnya, bisa menatap Sulli sepuasnya tanpa bayang-bayang kakaknya. Namun nyatanya ia tak bisa, cinta itu masih terlihat begitu jelas dimatanya, Chanyeol akan merasa amat bersalah kalau memanfaatkan momen ini untuk keuntungannya secara pribadi.

Sulli sudah cukup menderita, begitu jelas kalau jatuh cinta memang butuh pengorbanan yang besar. Chanyeol bisa merasakan ketulusan dan penantian yang begitu besar diwajahnya, Sulli pasti sangat merindukan Kakaknya. Walaupun kecewa akan keputusan Kakaknya, nyatanya cintanya lebih besar ketimbang rasa sakit yang dirasakan olehnya.

" Aku tahu " Karena Sulli merasakan bagaimana rasanya menunggu terlalu lama untuk sebuah pertemuan. Dirinya saja tak bisa mendeskripsikan betapa besarnya rindunya pada pujaan hatinya. 

" Apa aku perlu menggantikanmu untuk menyetir? " Tentu saja perlu bagi Chanyeol, mendengar nama Kakaknya pasti membuat perasaannya tidak karuan. Setiap hari saat mereka bertukar kabar selalu terselip nama Kakaknya disela-sela pembicaraan mereka. 

Chanyeol yang tinggal didepan apartemen Kakaknya berusaha membuat Sulli tak buru-buru menutup telfon dengan berdalih tentang keadaan Minho. Saat itu juga ia tahu hanya nama kakaknya sajalah yang mampu membuatnya tersenyum, walau senyuman itu pastinya bukan untuknya.

" Aku baik-baik saja, berhenti terus-menerus khawatir " Ungkapnya. Chanyeol hanya mendesah pelan, ia mengangguk dan membiarkan Sulli mulai keluar dari parkiran bandara. 

Jauh didalam lubuk hatinya Sulli benar-benar tidak siap. Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya, kepulangan Minho memang hal yang paling ditunggu-tunggu, tapi.. apakah pria itu masih ingin menemuinya? Sudah tujuh tahun lamanya pria itu pergi, apakah Minho masih mengingatnya?


..tbc..

ellowwww gaess... i hope you well :'(

Aku gak tau udah berapa lama gak mampir kesini. Aku rindu:(((( Aku harap masih ada harapan untuk ff ini, aku udah tulis sebagian part. Sorry banget gak bisa lanjut ff yang udah-udah-___-" 

Setiap hari tuh aku mikirin kapan bisa post, kapan bisa nulis lagi dan alhamdulillah ide jalan lagi setelah kerjaan sedikit berkurang:) Untuk kali kedua ini, aku terinspirasi dari lagunya raisa. Gak jauh-jauh ff ini pasti romance, untuk sad nya??? Kita liat aja seiring jalannya cerita oke. Aku engga pandai kasih pembuka intinya vote dan comment kalo kalian suka. Thanks~ micyu:*

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang