Sulli dan Minho sampai dirumah kedua orang tua Minho saat jam menunjukkan pukul enam sore. Seperti biasanya, Minho berjalan dengan bahu tegap dan tatapan penuh keyakinan. Sedangkan wanita yang dibelakangnya, ia hanya bisa terdiam sepanjang perjalanan dan sampai rumah kedua orangtua Minho pun Sulli masih saja bungkam dan tak mengatakan apapun.
Sulli juga belum menjawab permintaannya untuk jadi sekertarisnya. Ia sama sekali tak punya basic dibidang tersebut. Kalau menolak mungkin saja ia tak punya kesempatan lagi, tapi kalau ia menerima dirinya sama sekali tak yakin Minho bisa kembali baik seperti dahulu. Pasti ada niatan lain dibalik permintaan Minho. Semalam pria itu terang-terangan mengusirnya. Kenapa sekarang pria itu malah ingin dirinya berada disampingnya?
Kehadiran mereka disambut oleh seluruh anggota keluarga termasuk Alexander. Minho berhenti tepat didepan ruang keluarga , Anak itu sudah lebih dahulu berlari kearah Sulli. Sulli menyambutnya dengan tak bersemangat walaupun wanita itu tersenyum kecil untuk tak mengecewakan anaknya.
Sulli mengelus rambutnya, kalau dilihat dari tampilannya sepertinya anaknya sudah mandi. Bajunya pun sudah berganti, dan juga potongan rambut barunya. Sulli berkesempatan melirik Chanyeol, pria itu tersenyum puas saat Sulli mengacungkan jempol padanya.
Minho melirik keduanya, tak ada rasa canggung , tak ada kemarahan menggebu-gebu, dan terlebih tak ada emosi dari keduanya. Kenapa saat berada didekatnya ia selalu marah dan kesal? Apa karena Sulli selalu membuatnya kesal dan marah maka dari itu ia selalu bereaksi berlebihan terhadapnya?
" Kalian pergi hampir seharian dan tak ada yang mengangkat telfon " Ucap Ariana, Sulli berdiri dari posisinya. Wanita itu menunduk meminta maaf karena situasinya sangat tidak tepat kalau ia mengangkat telfon.
" Duduklah Sulli, ada yang ingin kami bicarakan " Sahutan Michael membuat Sulli mengangguk, ia menggenggam lengan Alexander, saat hendak melangkahnya tiba-tiba saja ia dikagetkan oleh Minho yang melepaskan tangannya dari genggaman tangan anaknya.
" Apa kamu tidak memperbolehkan ku untuk berbicara dengan anakku sendiri? " Pertanyaan dari Minho membuat Sulli tersadar. Sulli menatap Alexander yang tengah tersenyum kearah Minho, kalau sudah seperti ini mana ia tega membiarkan mereka terpisah. Padahal ia sendiri yang sudah menjanjikan Alexander untuk bertemu dengan Ayahnya.
" Mom, kami akan bicara sebentar " Ia melambaikan tangannya saat Minho menggenggamnya menaiki tangga. Ada perasaan aneh yang terselip dihatinya, Minho begitu serasi saat berdampingan dengan Alexander, namun tetap saja mereka tak akan menjadi satu kesatuan. Mereka tak akan bisa bersama menjadi satu keluarga.
Minho membawa Alexander ke dalam kamarnya. Anak itu sama sekali tak bisa menghentikan senyumanya saat dirinya bisa berdiri dan berdampingan dengan Ayahnya. Hanya perasaan senanglah yang kini meliputi diri Alexander.
Pertemuannya dengan Ayahnya adalah hal yang paling diimpikan olehnya. Ibunya selalu bertanya apa harapan terbesar didalam hidupnya, dan setiap malam Alexander selalu berdoa kepada Tuhan agar dirinya dipertemukan, tak peduli dalam keadaan apapun.
Takjub dengan isi kamar Ayahnya, anak itu langsung menurut dan mengikuti Minho yang kini mengajaknya duduk disofa yang ada diujung kamarnya. Sebenarnya ia sangat gugup karena ini kali pertamanya, sebelumnya ia hanya bisa menatap Minho dan memberi sinyal padanya kalau dirinya ada disampingnya dan ingin Minho mengenalinya.
Dan setelah kemarin akhirnya hari ini datang juga. Ia harap pembicaraan mereka berjalan dengan baik. Ia harap Ayahnya akan menyayanginya dan menerimanya sepenuh hati. Terlebih ia ingin sekali dipeluk, bayangkan saja kalau sejak lahir kalian tak pernah melihat sosok Ayah.