" Dad, kenapa malam sekali? " Alexander tak mengucapkan salam lagi saat Minho masuk kerumahnya. Ariana pun menjadi korban cucunya karena anak itu bersikeras menunggu Minho sampai pulang. Sebenarnya anak itu sudah mengantuk, tapi demi menunggu Ayahnya ia rela sampai tidak tidur padahal jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam.
" Dari mana saja kamu , Anakmu tidak mau tidur sampai dirinya melihat kamu pulang " Ariana mengoceh sembari mendekati anaknya.
" Daddy minta maaf sayang, tadi ada yang harus Daddy urus bersama Mommy kamu " Minho membawa Alexander kedalam gendongannya.
Sulli mengizinkan anaknya menginap selama satu minggu dengan catatan tidak berbuat nakal, dan menghormati dirinya. Masalah mereka juga belum selesai karena Sulli menolak bicara dan langsung mengunci pintu saat keluar dari dapur.
Pria itu menunggu sampai Sulli benar-benar terlelap baru dirinya pulang kerumah. Jauh didalam lubuk hatinya ia khawatir. Ia takut Sulli menyerah dan benar-benar membawa anaknya pergi.
" Apa Mommy baik-baik saja? Aku sudah menghubunginya beberapa kali tapi tidak ada jawaban " Sahut anaknya, bagaimana Sulli mau mengangkatnya kalau ponselnya saja tidak ada. Minho diam-diam menyesal, pasalnya ia lah yang membuat Sulli kehilangan ponselnya. Ia tak memikirkan kalau Alexander pasti akan sulit mendapat kabarnya karena wanita itu tak memiliki ponsel.
" Kalian tidak bertengkar kan? " Tanya Ibunya, Minho tak menjawab dan langsung melangkah kearah kamarnya yang ada dilantai dua.
Tanpa ditanya pun sebenarnya Ariana sudah tahu mereka bertengkar, pasti keputusan Ayahnya sangat berat. Tapi Sulli ingin keduanya sadar kalau keegoisan sama sekali tak boleh dipakai disini. Alexander pasti akan sangat sedih kalau kedua orang tuanya tidak bersatu.
Minho menurunkan Alexander diranjang besarnya. Pria itu membuka jas yang dikenakannya sembari menatap anaknya. Hari ini wajahnya tampak serius, atau karena Alexander mengantuk?
Tapi kalau diteliti lagi sepertinya anak itu ingin menanyakan sesuatu. Setelah menyampirkan jas kerjanya di hanger dan memasukkannya kedalam walk in closet pria itu keluar dan duduk disampingnya.
" What's wrong? Kamu menatapku seperti ingin menelanku hidup-hidup " Alexander terkekeh karena ucapan Ayahnya, pria itu terlihat lelah dan pucat. Namun tak lama anaknya kembali serius dengan mata bulatnya yang terlihat lucu.
" What's wrong with my mom, ponselnya tidak aktif. Aku sangat khawatir " Tuturnya. Minho mengelus rambut anaknya. Pria itu tersenyum kecil sembari menatapnya dengan lembut, hal yang tak disangka-sangka oleh Minho benar-benar terjadi. Alexander memang anak yang luar biasa, ia sampai menyesal karena sempat tak mau mengakuinya.
Kasih sayang yang dicurahkan pada Ibunya begitu besar, ia yakin kalau dirinya pandai mengambil hatinya mereka pasti bisa jadi sangat dekat. Sedekat Alexander dengan Sulli.
" Ponselnya hilang, besok akan Daddy belikan yang baru "
" Really? Seharusnya dia mampir kesini dan memberi tahuku. Kalau seperti itu kan aku jadi tidak khawatir "
" Mommy akan aman bersama Daddy, sekarang singkirkan kekhawatiranmu itu dan mulai tidur Alex. Sekarang sudah hampir tengah malam " Anaknya mengangguk sambil berbaring bersama Minho.
Didalam pelukan Minho , Alexander merasakan kehangatan yang sama seperti yang Ibunya selalu berikan kepadanya. Namun ia bisa merasakan perbedaan yang begitu besar saat tidur bersama Ayahnya. Disaat bersama Minho ia bisa tidur dengan cepat, namun kalau dengan Sulli, ia bahkan harus memutar-mutar rambut panjang Ibunya lebih dahulu baru bisa terlelap.