Diusia yang menginjak tiga tahun Maura tengah aktif-aktifnya hingga membuat Sulli sedikit kualahan.
Minho sudah berjanji tak akan memakai jasa babysitter , itu semua ia lakukan karena dirinya ingin memantau langsung perkembangan anaknya. Ia tak mau kejadian seperti Alexander terulang. Itulah sebabnya ia ngotot ingin punya satu anak lagi walaupun perbedaan usianya cukup jauh dengan Alexander.
Ketakutan Sulli saat punya rumah dua lantai bukan karena hantu. Tapi karena Maura anak keduanya. Ia takut anaknya naik tangga tanpa sepengetahuannya. Dirumah sebesar ini mereka hanya punya dua pembantu. Jatah mereka bekerja pun hanya dari pukul tujuh sampai pukul satu. Untuk hari sabtu dan minggu Sulli sengaja meliburkan mereka, karena ia ingin punya peran penting dirumah ini.
Selebihnya hanya supir pribadi suaminya yang menginap di pavilium belakang.
Anak perempuannya itu sama sekali tak bisa diam. Alexander bukannya menenangkannya dan menyuruh adiknya diam malah lebih memilih bermain kejar-kejaran dan hal itu membuat Sulli pusing.
Sulli menggelengkan kepalanya dramatis. Seharian ini ia lelah sekali karena Maura juga tidak mau tidur siang. Belum lagi Alexander yang sudah ribut ingin jalan-jalan dan berkunjung kerumah neneknya, padahal Ayahnya sudah mengatakan kalau dirinya akan mengajak mereka pergi nanti malam , dengan catatan tidak mendung terlebih hujan.
Wanita itu tersentak saat seseorang menyampirkan rambutnya dibahu kanan miliknya dan menyesap lehernya dengan kuat. Siapa lagi pelakunya kalau bukan suaminya. Pria itu bahkan berani memberikan gigitan-gigitan kecil dibahunya walau dihadapan mereka ada anak-anaknya.
Sulli menjauhkan wajah suaminya. Wanita itu berbalik dan menatapnya dengan pandangan berkabut. " Ada anak-anak ".
" Kamu tidur cepat semalam " Tubuhnya meremang saat suaminya menyentuh bibirnya sedangkan sebelah tangannya digunakan untuk meremas payudaranya.
" Aku minta maaf, tapi tidak didepan anak-anak seperti ini " Pintanya memohon. Minho menurunkan lengannya, pria itu meraih pinggangnya membuat tubuh Sulli tak berjarak dengan suaminya. Wanita itu bisa merasakan suaminya begitu keras dan siap.
Ia memerah menahan malu, saat menoleh kebelakang untuk melihat apakah anaknya melihatnya, nyatanya ia melihat Alexander menggendong Maura menuju kehalaman belakang. Sulli bernafas lega karena Minho suka sekali terang-terangan menggodanya seperti ini.
" I want to spank your butt, hardly baby. Punyaku sudah sangat siap saat bokongmu mondar-mandir didepan ruang kerjaku " Merasakan suaminya menyikap terusan bagian belakang setinggi paha miliknya. Sulli memekik pelan saat merasakan perih dibokongnya. Minho benar-benar menamparnya dengan keras.
" Aku menginginkanmu diranjang kita malam ini "
" As your wish Babe " Kemesraan mereka terganggu saat mendengar suara deru mesin mobil yang tak biasa. Minho menaikkan alisnya, pria itu keluar lebih dahulu untuk melihat apa yang terjadi depan rumah mereka.
" Alexander, Maura, tolong kesini dulu sayang " Keduanya masuk saling berlari dan berpegangan tangan. Tawa keduanya yang menggema membuat Sulli ikut tersenyum. Alexander yang dibuat penasaran oleh panggilan dari Ibunya langsung mendekatinya dan tak segan bertanya.
" What's happen Mommy? " Tanya Alexander, Sulli menggendong Maura dan menggandeng Alex untuk ikut keluar. Disana ia melihat suaminya tengah bercengkrama dengan seorang pria asing yang tampan. Tampan? Ya.. Pria itu sangat tampan, dengan kemeja putih press body juga rambut yang sedikit berantakan.
Disampingnya ada seorang wanita cantik yang seksi luar biasa. Sulli memang memakai dress rumahan bermotif floral setinggi paha tapi dirinya masih merasa kurang seksi. Berbanding terbalik dengan wanita dihadapannya yang hanya memakai celana jeans dengan kemeja putih yang mana dua kancing atasnya terbuka, tapi aura seksinya sudah menguar.
Diam-diam ia meneliti suaminya yang tampak biasa saja, ia bernafas lega karena suaminya tidak terpesona. Tapi kalau dilihat-lihat sepertinya mereka saling kenal.
" Keenan, Hyuna, perkenalkan ini istri saya, Choi Sulli " Sulli tersenyum sopan saat keduanya menoleh. Namun kesan ramah langsung ditampilkan Hyuna saat mereka bersalaman. Bahkan wanita itu beramah tamah dengan cipika-cipiki dengan Sulli, walaupun Sulli sedikit canggung karena ini pertemuan pertama mereka.
" Hyuna Kim, ini suamiku Keenan Anderson. Apa ini anak kalian? " Tanyanya, Sulli tersenyum simpul sembari menyodorkan tangan keduanya agar mereka bisa memperkenalkan diri. Minho merangkul bahu istrinya sembari menatap kedua anaknya. Ia memperkenalkan satu persatu nama anaknya dan berapa usianya.
" Kamu tampan sekali , dan yang ini cantik. Bagaimana kalau kita membuat satu sayang " Ucapnya pada suaminya. Tapi hanya ditanggapi dingin olehnya. Sulli menatap Keenan , pria itu terlihat tak asing dimatanya. Ia seperti pernah melihatnya namun lupa .
Kenapa ia harus memikirkan pria itu. Ia menatap Minho yang tengah menatap memuja kearahnya. Wajahnya seketika memerah.
" Ayo masuk, barangkali kalian mau mencicipi menu masakan rumah kami " Hyuna terlihat antusias. Ia merangkul Alexander dan juga Sulli untuk masuk kedalam rumah. Sesekali wanita itu mencubit Maura karena tak henti-hentinya bicara.
Minho dan Keenan mengekor dibelakang mereka semua. Pria itu sesekali berbicara tentang bisnis dengan Minho. Minho mengenalnya dari Changmin, dahulu mereka bertetangga hingga akhirnya menjadi rekan bisnis. Kantor mereka bahkan bersebrangan membuat hubungan mereka semakin dekat.
Belum lagi mereka sekarang bertetangga, melihat Hyuna yang humble dirinya yakin Sulli tak akan bosan dirumah. Sebenarnya Hyuna itu lebih kearah cerewet.
TIba-tiba Hyuna menghentikkan langkahnya membuat Sulli sedikit penasaran. " Sulli, sepertinya kamu lebih muda dariku " Tanyanya. Sulli menoleh dan menatap suaminya yang tengah mengerutkan dahinya.
" Bulan depan aku tiga puluh tahun " Sahutnya pelan, matanya tak sengaja menatap Keenan yang menatap intens kepadanya. Langsung saja ia berpaling dan menatap Hyuna.
" Ah, aku lebih tua dua tahun darimu. Panggil aku Kakak saja agar tak canggung " Sulli mengangguk sambil tersenyum. Ia mendudukkan Maura dikursi yang sedikit tinggi. Minho duduk dikursi utama yang berada ditengah-tengah dan menghadap mereka semua. Sulli duduk disebelah kiri suaminya, sedangkan disebelah kanannya ada Alexander.
" Tante, apa aku boleh punya rambut merah? "Tanya Maura sembari mengelus rambut berwarna merah Hyuna. Wanita itu tersenyum dan ikut mengelus rambut panjang milik anak perempuan Sulli.
" Of course , setelah kamu tumbuh besar nanti sayang "
" Maura, kalau makan tidak boleh apa? " Tanya Minho, anaknya mencebikkan bibirnya.
" Aku hanya bertanya Daddy, tidak bicara " Sulli yang tengah menyendokkan nasi untuk Alexander tersenyum karena celotehan Maura.
Semuanya makan dengan tenang, Sulli sesekali menatap Minho yang terlihat sangat menikmati menu yang ia buat hari ini. Ia tersenyum kecil, namun saat menatap Alexander yang tengah menatap dalam padanya ia langsung memberikan senyum manis. Apa anaknya tahu kalau dirinya tengah gelisah? Alex langsung fokus pada makanannya kembali, senyuman Sulli malah pudar saat melihat Keenan ikut menatapnya juga.
Melirik Hyuna, wanita itu tengah asyik dengan Maura. Kenapa? Kenapa pria itu selalu menatapnya dengan ekspresi sama? Tubuhnya meremang, ia sangat takut dengan tatapannya. Tatapannya sama persis seperti Minho saat pertama kali mereka kenal. Apakah Keenan...
..tbc..