4. (Season 2) Marah

154 15 3
                                    



Sulli merasakan pusing dikepalanya , semalaman ia memikirkan bagaimana caranya membujuk suaminya agar tidur bersamanya. Tapi pria itu sama sekali tak menganggap kehadirannya. Ia sudah merenungkan kesalahannya, ia sudah menangis sampai matanya membengkak tapi hasilnya nihil.

Akhirnya dengan gontai ia masuk kedalam kamar dan menarik selimut. Tidur seorang diri setelah tiga tahun menikah dengan Minho membuat Sulli sangat kesepian. 

Walaupun sehari-harinya ia ditinggal Minho bekerja, ia tak pernah kesepian karena ada kedua buah hatinya. Niatnya untuk menelfon Alexander dan meminta pulang ia urungkan. Mereka butuh liburan, mereka pasti akan mati kebosanan kalau tidak jalan-jalan. Berbeda dengan dirinya yang senang dirumah.



Sulli sudah siap memulai hari baru, sekarang hari senin. Mungkin saja mood suaminya berubah dan sudah tak marah lagi dengannya. Turun dari tangga sembari membawa novel terbaru juga ponselnya, dirinya takut mertuanya menelfon atau mengabari anaknya.

Dari tangga langkahnya terhenti saat ia melihatnya tengah duduk dimeja makan dengan koran juga kopi favoritnya. Suaminya bahkan sudah rapi, melanjutkan langkah kakinya yang sengaja ia hentakkan sedikit kencang sama sekali tak membuat Minho menoleh. Sulli merasa gagal menjadi istri saat melihat Minho memakan roti panggang yang dibuat sendiri. 

Padahal sekarang masih pukul enam, masih ada waktu satu jam lagi sebelum suaminya berangkat. Biasanya pria itu belum rapi, kalau Sulli tak menyiapkan pakaian juga sarapan suaminya mungkin belum turun ke meja makan.

Tapi semuanya sudah pria itu siapkan seorang diri. Lantas Minho menganggapnya dirinya apa dirumah ini?

Sulli berdiri mendekatinya. Ia sudah melakukan yang terbaik, sudah menuruti kemauan Minho untuk masuk kedalam kamar dan merenungkan kesalahannya. Kalau pria itu masih tak mau memaafkannya ia akan menerimanya.



" Aku sudah merenungkannya semalaman. Kalau kamu masih belum memaafkanku aku akan menerimanya " Ia baru ingat kalau Minho akan ada pertemuan hari ini. Malam sabtu kemarin suaminya mengatakannya.

" Hati-hati, kabari aku kalau sudah sampai " Minho merasakan tangan istrinya bergetar saat menyentuh lengannya. 

Sapuan lembut dilayangkan Sulli dipipinya membuat pria itu memejamkan matanya. Saat Sulli melepaskan ciumannya, Minho membuka matanya dan melihat wanita itu sudah pergi kearah pintu yang menghubungkannya dengan taman dibelakang rumah.

Langkahnya terlihat gontai, Minho juga bisa mendengar getaran suaranya yang seperti menahan tangis. Apakah hukumannya terlalu berat untuk istrinya? 

Minho melihat pembantu rumah tangga yang biasa bekerja dirumahnya datang bersama adiknya. Keduanya tersenyum dan mendekati Minho yang tengah duduk seorang diri. Biasanya rumah ini sudah disambut gelak tawa anak bungsu keluarga mereka.

" Mbak, sebelum bekerja saya minta tolong belikan bubur untuk istri saya " Pinta Minho, pria itu memberikan uang pecahan seratus ribuan.

" Baik Pak, tapi ini terlalu banyak " Ungkapnya. Minho berdiri dari posisinya dan menatap keduanya.

" Kembalinya ambil saja untuk kalian, kalau sudah langsung kasih istri saya. Dia ada ditaman belakang " Berlalu dari mereka berdua yang mematung. Minho langsung berjalan sembari membawa tas kerjanya tanpa menoleh bahkan mendekat kearah Sulli lagi.

Kedua pekerja rumah tangga dirumahnya bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi. Biasanya mereka selalu harmonis kalau pagi hari apalagi dihari senin.



Sulli masuk setelah mendengar suara mesin mobil suaminya mulai keluar dari pekarangan rumah mereka. Saat dirinya masuk, ia melihat kedua pekerja rumah tangga menatapnya.

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang