11. (Season 2) Kemarahan yang terulang

104 10 4
                                    

" Dad, Mom " Sapa Alexander. Sulli tersenyum pada anak sulungnya. Sedangkan Minho hanya bergumam pelan sembari menyeruput kopi yang ada ditangannya.

Alexander melihat gelagat aneh dari mereka berdua. Apakah mereka kembali bertengkar? Apakah Ayahnya marah lagi sama Ibunya? Huh! Kapan sih mereka tenang barang sedikit saja, kalau lagi mesra , mesra sekali. Tapi kalau lagi marahan, ya seperti ini, saling diam dan sama sekali tak menyapa.

Anak laki-laki yang mau beranjak remaja itu sudah tahu peringai Ayahnya. Pria itu akan mempertahankan egonya kalau Ibunya belum membujuknya.

Huh! Ia harap dirinya tak mewarisi sifat ayahnya yang satu itu.

" Mom, Maura mau roti yang itu " Tunjuk anak bungsunya pada sebungkus roti selai kacang. 

Karena seharian kemarin wanita itu kerepotan dengan tamunya. Ia jadi tak bisa berbelanja, dan hari ini ia ingin ke supermarket dan membeli semua keperluan. Namun sepertinya ia harus pergi sendiri karena suaminya masih marah dengannya.

Biarkan! Ia tak akan membujuknya kali ini, sekarang baru hari kamis dan pria itu sudah marah tiga kali. Luar biasa. Sulli tak mau mengalah kali ini, kenapa pria itu selalu saja marah karena hal sepele. Sulli juga sengaja hanya menyiapkan kopi hari ini, walaupun ada beberapa bahan untuk membuat nasi goreng. Ia ingin mogok bicara dan memberi perhatian padanya. Rasakan!

" Dihabiskan sayang " Tuturnya. Maura mengangguk dengan antusias. Mungkin anaknya itu kelaparan, tapi ia bersikeras akan membuatkan sarapan setelah Minho berangkat kerja.

" Mommy tidak masak? " Sulli hanya mengedipkan matanya pada Alexander. Mengetahui kode dari Ibunya, anak itu meraih segelas susu yang sudah pasti ada dimeja makan saat sarapan.

" Sebenarnya .. aku juga masih kenyang " Sahutnya pelan. Sulli mengelus rambutnya sayang, anak laki-laki itu duduk dengan tenang dikursinya sembari meminum susunya.



Sulli melihat suaminya menutup Koran paginya dan melipatnya. Wanita itu memang diam, tapi segala keperluannya sudah dipersiapkan olehnya. Tas laptopnya, ponsel, juga dompet miliknya. Kecupan manis yang biasa suaminya layangkan tak ia dapatkan pagi. Sumpah Sulli sangat ikhlas , mengingat pria itu begitu berapi-api memarahinya semalam lebih baik ia memang tak menegur ataupun sekedar basa-basi dengannya.

Ia melenggang keluar begitu saja tanpa menoleh lagi atapun sekedar menyapa Maura yang tengah mencebikkan bibirnya kesal. Suaminya juga ikutan ngambek dengan anaknya? Khas Minho sekali.

" Aku benci saat Daddy mengacuhkan kita seperti itu. Padahal aku dan Maura kan tidak bersalah " Tuturnya sembari memutar bola matanya, bahkan Ayahnya yang biasanya menegurnya untuk buru-buru sarapan karena takut telat masuk sekolah malah tak mau menoleh sama sekali pada mereka.

" Lebih baik kamu ganti baju, kita belanja hari ini. Mommy akan sangat kerepotan kalau sendirian "

" Serius? Aku boleh bolos lagi Mom? " Tanyanya antusias. Alexander langsung berdiri dikursinya sembari berjingkrak. Sulli hanya menghela nafas karena tingkahnya.

Maura pun ikut mengangkat tangannya dengan begitu antusias. Sulli hampir saja melepaskan pegangannya karena anak bungsunya itu tiba-tiba saja berdiri dari pangkuannya. " Aku mau ikut Mommy , aku mau beli susu, mau beli roti, aku juga mau beli .. "

" Iya sayang. Syaratnya.. kamu tidak boleh bilang sama Daddy kalau hari ini kita pergi " Keduanya memeluk Sulli. Tapi syaratnya itu memang harus dipenuni keduanya. Kalau tidak tamatlah riwayat mereka semua kalau pergi tanpa izin Minho.

Wanita itu menyuruh Alexander mengganti baju. Maura memang sudah rapi karena sedari pagi Sulli sudah mendandaninya sedemikian rupa. Tinggal satu hal lagi, menelfon Hyuna dan Laura karena mereka sudah janjian sejak subuh tadi. Beruntunglah Sulli mengambil waktu yang tepat, Laura juga tengah cuti sampai hari jumat besok karena salah satu sanak keluarga dari suaminya akan menikah besok.

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang