" Untuk kedepannya Saya ingin rapat diadakan setiap sebulan dua kali. Juga untuk mengevaluasi hasil kerja team masing-masing "
" Dan Saya berharap keterlambatan kalian pagi ini tidak terjadi diwaktu kedepannya. Sebagai pemimpin bagian yang baik sebaiknya kalian bisa datang lebih pagi "
" Terakhir , saya ingin kalian lebih disiplin lagi dengan jam makan siang. Usahakan kembali tepat waktu setelah makan siang. Saya minta kerja sama kalian demi memajukan perusahaan ini. Terima kasih " Minho berdiri dari tempatnya dan keluar lebih dahulu. Sulli terlihat repot karena harus mencatat serta membereskan dokumen milik Minho, belum lagi buku catatan yang harus dibawanya.
Seseorang disampingnya membantunya merapihkan barang-barang yang dibawanya. Chanyeol sedikit kasihan karena Sulli terlihat belum bisa mengimbangi Kakaknya, pria perfeksionis itu seharusnya lebih memperhatikan Sulli. Wanita ini adalah orang baru didunia kerja.
" Thanks Yeol " Ucapnya. Chanyeol mengangguk, lalu seseorang menepuknya dari belakang. Pria itu menoleh dan tersenyum pada Manager bagian keuangan.
" Sekertaris Choi sepertinya kesulitan, apa pria itu menyusahkanmu? " Sulli tersenyum pada pria bertubuh jangkung dengan kumis yang ada disamping sahabatnya. Tentu saja tidak, hanya saja ini hari pertama mungkin lama kelamaan ia akan terbiasa.
" Saya belum terbiasa Manager Jung, ini adalah pengalaman pertama Saya "
" Sayang sekali~ Padahal Direktur Choi bisa lebih lembut sedikit kan pada Calon Istrinya. Ternyata pria itu sangatlah profesional " Chanyeol mengangguk, saking profesionalnya pria itu tak kenal ampun walaupun dengan wanita yang sangat dicintainya.
" Aku kembali dahulu Yeol, Direktur Jung permisi " Pamitnya undur diri. Ia harus meminta izin pada Minho karena harus membeli ponsel. Ia sangat merindukan Alexander karena belum bertemu seharian.
Setelah menaruh catatan selama rapat tadi, Sulli langsung menuju ruangan Minho dan mengetuknya. Setelah mendapat respon dari sang empunya , ia membuka pintu tersebut dengan perlahan dan melihat pria itu tengah sibuk dengan laptopnya padahal sekarang sudah jam makan siang.
Berjalan pelan kearah meja kerjanya, Sulli dibuat takut saat pria itu tampak mengerutkan keningnya. Apakah ada yang salah dengan pekerjaannya? Satu jam yang lalu memang Minho memintanya untuk mengirim email pada koleganya.
" Ada apa? " Sahutnya dengan dingin. Dan hal itu membuat Sulli pesimis kalau Minho akan mengizinkannya keluar kantor.
" Saya izin keluar sebentar karena ingin membeli sesuatu " Ucapan Sulli membuat Minho meninggalkan pekerjaannya. Pria itu berdiri sembari menatap wajah Sulli yang terlihat sangat gugup, namun kegugupan itu membuat Minho menikmatinya.
" Membeli apa? " Minho menyandarkan bokongnya dipinggir meja yang berada tepat dihadapan Sulli. Tangannya dilipat didada, sembari menatap Sulli dengan pandangan meneliti. Padahal ia sudah tahu apa yang ada dipikiran wanita itu , ia pasti merindukan Alexander dan ingin sekali menghubunginya. Dan dengan jahatnya Minho memonopoli anaknya.
" Membeli ponsel, Saya ingin menghubungi Alexander " Benarkan tebakannya. Minho merogoh saku celananya. Pria itu mengulurkan ponselnya pada Sulli dan Sulli mengambilnya dengan pandangan tidak mengerti.
" Aku tidak mengizinkanmu keluar, hubungi Mommy, Alexander pasti bersamanya " Sulli menatap Minho ragu, pasalnya pria itu terlihat aneh, nadanya tidak sekaku dan sedingin tadi.
Saat menggeser layar ponsel Minho, pria itu mengatur fotonya dengan Alexander sebagai layar utama. Wanita itu terheran-heran karena Minho sempat-sempatnya berfoto dengan anaknya. Namun didalam hatinya wanita itu tersenyum , senang karena Alexander bisa dekat dengan Ayahnya.