" Mommy rasa ini berlebihan Minho. Kamu tidak bisa mengurungnya terus dirumah. Sulli bisa jadi gila " Ucap Ibunya. Minho menaruh ponsel Alexander dan miliknya disamping tubuhnya. Beberapa hidangan yang biasanya disajikan oleh istrinya kini berpindah alih ke Ibunya.
Wanita dan pria paruh baya itu memutuskan tinggal disini beberapa hari demi mendinginkan suasana. Saat melihat anaknya membawa kunci gerbang, Ibunya sudah yakin kalau Minho memang sengaja menutup akses untuk istrinya masuk.
Ia semakin tak mengerti , sebenarnya apa yang terjadi dengan kedua anaknya itu?
" Tidak ada yang berlebihan Mom, sekali-kali Sulli harus diberi pelajaran karena sudah menentangku " Minho hendak mengambil piring, namun gerakannya berhenti saat Ayahnya berdiri dari posisinya sembari menunjuk Minho dengan jari telunjuknya.
" Jangan pernah memaksakan kehendakmu seperti itu. Istrimu butuh udara segar. Tidak hanya dirumah dan mengurus anak. Tidakkah kamu belajar dari kesalahanmu yang dahulu. Sulli bahkan hampir membawa kabur cucuku "
" Kalian membelanya karena tidak tahu apa yang terjadi " Ibunya menghela nafas. Yang ia tahu menantunya tidak pernah melakukan kesalahan. Hidupnya lurus dan penurut. Saat anaknya memenjarakannya dirumah sendiri wanita itu tidak pernah protes.
Alexander hanya diam melihat pertengkaran antara suaminya dan Ayahnya. Anak itu terlalu polos untuk mengetahui sisi gelap ayahnya. Untung saja Maura sudah tertidur setelah menangis cukup lama.
" Aku tidak percaya kamu benar-benar tak membiarkan Sulli masuk. Dia istrimu Choi Minho! " Geramnya. Wanita paruh baya itu meraih tangan suaminya dan mengelusnya pelan. Jangan sampai penyakit jantungnya kambuh karena kelakuan anaknya ini.
" Sudah duduk, ingat penyakitmu " Pria itu menghela nafasnya karena ucapan istrinya, ia bingung kenapa anak sulungnya ini selalu saja menyulut emosinya. Lalu pandangannya mengarah pada cucunya yang terlihat tak baik-baik saja, walaupun terlihat tidak baik tapi Alexander sudah menghabiskan makanan diatas piringnya.
" Masuklah cucuku. Bukankah besok masih sekolah satu hari lagi? " Alexander mengangguk. Anak itu turun dari kursinya dan mendekatkan dirinya pada nenek dan kakeknya. Anak itu menciumnya satu persatu.
" Nite grandma, grandpa "
Namun saat melihat Minho yang mengharapkan ciuman selamat malamnya anak itu langsung pergi menaiki tangga. Ia pergi kekamarnya dan Maura yang menjadi satu.
Sebenarnya ia masih ingin mendengar Ayahnya dimarahi oleh Kakek dan Neneknya. Kedengaran jahat bukan? Tapi ia sudah tidak tahan. Alexander tahu Ibunya tersiksa. Alexander tahu Ibunya menurut karena menghormati Ayahnya sebagai suaminya. Tapi Ayahnya sudah keterlaluan.
Mungkin ia tidak tahu tentang apa yang terjadi diantara mereka. Tapi Alexander bisa merasakan kesedihan yang Ibunya rasakan saat direstoran tadi. Untung saja tak ada orang jahat yang memotret pertengkaran kedua orang tuanya. Kalau ada, mungkin sudah habis reputasi ayahnya dimata rekan bisnisnya.
Alexander menarik selimut setinggi dada untuk menyelimuti seluruh tubuhnya juga adiknya. Ponsel miliknya sudah disita oleh Ayahnya ia jadi tidak tahu kemana ibunya tidur malam ini.
" Maura, kamu harus kuat sayang. Besok pasti Mommy pulang " Ucapnya pelan. Ia menyematkan ciuman manis didahinya. Lalu mulai memejamkan matanya.
Ia berharap mimpi indah malam ini, tapi ia lebih mengharapkan Ibunya pulang dan menemani mereka berdua sampai tertidur.
.
.
.
Hyuna berhasil membawa Sulli kerumahnya setelah beberapa menit berdebat. Wanita itu sudah tak punya tenaga , tapi terus saja memaksakan dirinya dan mengatakan kalau ia masih kuat.