Dulu, Tito adalah tikus yang baik, suka menolong tanpa pamrih. Semua teman-teman di hutan sangat menyukainya. Namun sekarang Tito berubah. Itu gara-gara ia berhasil melepaskan Paman Bobon banteng dari jeratan pemburu. Tito merasa bangga dan terkadang lupa diri karena merasa ada Paman Bobon yang melindunginya. Setiap kali teman-temannya protes jika Tito melakukan kesalahan, pasti Tito akan mengancam, "Awas, ya, aku laporkan ke Paman Bobon!"
Siapa yang tidak kenal Paman Bobon? Banteng terkuat di hutan Anosia. Singa dan serigala saja takut kepadanya. Selain itu, Paman Bobon juga bijaksana dan salah satu penasihat di hutan itu. Mungkin karena berhutang nyawa, Paman Bobon lebih mempercayai manisnya ucapan Tito.
Siang itu, ibu beruang sedang mengadakan pesta. Berry, anaknya, berulang tahun. Seluruh penghuni hutan di undang, termasuk Tito.
"Awas, ini tempat dudukku!" Tito mengusir Tutu Tupai yang telah duduk di kursi paling depan.
"Enak saja! Yang datang terlambat, duduk di belakang, dong!" protes Tutu Tupai.
"Hey, Tutu! Kamu lupa siapa aku?" bentak Tito.
"Tentu aku tidak lupa! Kamu adalah tikus sombong!" ucap Tutu. Namun ia lalu pergi karena melihat Paman Bobon mendekat.
"Ada apa, Tito?" tanya Paman Bobon, bijaksana.
"Eng...ahh, tadi Tutu mau merebut kursiku. Tapi dia sudah kulawan!" jawab Tito gugup.
"Ya, sudah, lanjutkan pestamu!" Paman Bobon mengucek rambut Tito, kemudian berlalu pergi. Tito memamerkan senyum kemenangan kepada teman-teman lain yang ada di pesta itu.
Setiap hari, pasti ada hewan yang bersedih karena ulah Tito.
Selo Kelinci menangis sesenggukan karena kue kacang hijau kesukaannya dirampas Tito. Ayi si Ayam Hutan juga menjerit histeris, jagung kering rasa madunya diambil Tito.
Teman-teman Tito akhirnya sepakat untuk menghentikan ulah Tito. Mereka ingin Paman Bobon melihat sendiri ulah Tito.
Suatu sore, teman-teman Tito bermain di halaman rumah Selo Kelinci. Awalnya semua tampak gembira dan akrab. Tiba-tiba datang Tito. Ia mulai beraksi.
"Huh... ganti, dong, permainannya. Ih, kelereng Ayi jelek sekali. Sandal Selo kuno dan kotor. Walah, baju Berry, kok, sobek. Tidak punya baju baru, ya?" Tito meledek semua sambil tertawa riang.
"Kenapa, sih, kamu suka mengejek kami?" Selo memberanikan diri protes.
"Aku senang kalau melihat kalian menangis. Rasanya puasss..." Tito tertawa sambil menari-nari.
"Oh, lalu, kalau kami melawan, kamu pasti akan bilang begini... Awas! Aku laporkan kalian ke Paman Bobon! begitu, kan, Tito?"
"Betul sekali, Selo. Paman Bobon pasti membelaku. Karena aku pernah menyelamatkannya."
Tito tak tahu, ada sepasang telinga yang me dengar semua ucapannya dari balik pohon jati. Ia adalah Paman Bobon. Banteng besar itu hanya geleng kepala.
"Cukup Tito!" seru Paman Bobon sambil keluar dari persembunyiannya.
"Maaf, Paman. Mereka yang duluan meledekku!" Tito mencoba berbohong seperti biasa agar dibela.
"Tidak usah berbohong! Kali ini, Paman mendengar semua percakapan kalian sejak tadi. Paman tidak akan membelamu, karena memang kamu yang salah."
"Paman jahat! Paman lupa kalau aku pernah menyelamatkan Paman?!" seru Tito kesal.
"Tentu Paman tidak melupakan itu, Tito. Bukankah hidup rukun, damai, dan berbagi itu lebih indah. Daripada menyombongkan diri terus seperti itu!" ucap Paman Bobon bijaksana.
"Paman jahat, semua jahat!" ucap Tito sambil melompat pergi.
"Tito, mau kemana? Sebentar lagi hujan," teriak Paman Bobon. Namun Tito terlanjur malu dan marah.
***
Perkiraan Paman Bobon ternyata benar. Sore itu, hujan turun lebat. Semua penghuni hutan sudah berada di rumahnya masing-masing. Hanya Tito yang berada di luar rumah. Ia berteduh di bawah pohon dan terjebak hujan besar. Ia tidak bisa pulang.
Hujan turun semakin deras. Tito menggigil kedinginan. Perutnya juga sangat lapar.
Akhh... tiba-tiba Tito jatuh pingsan. Untungnya, pohon tempatnya berteduh itu adalah rumah Tutu Tupai. Tutu yang kebetulan melihat Tito, segera turun dan menolong Tito.
Di dalam rumahnya, Tutu memberikan secangkir susu hangat pada Tito. Juga meminjamkannya baju kering.
"Terima kasih Tutu. Untung ada kamu..." ucap Tito masih dalam keadaan menggigil.
"Sesama teman memang harus saling menolong. Minumlah susu hangatmu," jawab Tutu ramah.
"Maafkan aku, dulu pernah menyaikitimu di pesta Berry," sesal Tito.
"Aku sudah melupakannya," senyum Tutu mengembang.
Hujan mulai reda. Dari kejauhan, terdengar teriakan Paman Bobon dan teman-teman Tito lainnya. Semuanya cemas mencari Tito.
Tito terharu dan menangis. Walaupun ia telah berbuat jahat, tetapi teman-temannya masih sayang padanya.
Tito bergegas keluar dari rumah Tutu. "Maafkan aku, teman-teman!" serunya pada teman-temannya.
Semua teman Tito kini senang, karena Tito telah menjadi tikus yang baik lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/180276197-288-k169840.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Dari Majalah
Truyện NgắnS L O W U P D A T E KOLEKSI PRIBADI!!! Berbagai cerpen yang kutulis dari berbagai majalah seperti : • Bobo • Soca • SuperKids • Kampung Permata Berawal dari kesukaanku membaca, dan mulai mengumpulkan cerpen-cerpen. Lama-kelamaan, kertas-kertas it...