"Kau mau buat permohonan?" Gill bertanya. "Aku biasanya buat permohonan saat ada bintang jatuh."
"Aku juga," aku menjawab.
Kami berdua memejamkan mata, masing-masing mengucapkan permohonan sendiri-sendiri. Aku tidak tau apa yang Gill harapkan, tapi aku berharap agar aku bisa tetap bersahabat dengan Gill sampai kapanpun.
Setelah itu kami berdua membuka mata. Gill menatapku, lalu tersenyum.
"Aku harap permohonanku terkabul," katanya.
"Aku juga." Aku menatap langit yang penuh bintang.
Namaku Anya, dan Gill adalah sahabat terbaikku. Aku berteman dengannya semenjak masuk sekolah dasar, dan sekarang—saat umur kami 12 tahun, kami masih berteman. Hanya saja, aku merasa semakin lama persahabatanku dengan Gill semakin buruk.
Kejadian saat mengucapkan permohonan pada bintang jatuh itu adalah saat terakhir aku dapat duduk di teras rumah Gill. Kejadian itu terjadi 4 tahun lalu. Sampai sekarang, entah kenapa Gill tidak pernah mengizinkanku bermain ke rumahnya. Aku yakin ia menyembunyikan sesuatu dariku.
Pagi ini, tidak seperti biasanya, Gill datang agak terlambat. Tepat 3 menit sebelum bel masuk berbunyi, Gill baru berlari masuk ke dalam kelas. Aku dapat melihat matanya berkantung, ia tampak kelelahan dan kurang tidur.
"Hmm... Gill?" aku menghampiri mejanya saat istirahat, lalu memanggil namanya. "Kau baik-baik saja, kan?"
Rasanya aneh berbicara pada Gill karena kami sudah jarang berbicara. Kalaupun berbicara, kami hanya membicarakan hal yang benar-benar penting saja.
Gill tidak menjawab, atau malah tidak mendengar suaraku. Tangannya masih terlipat di atas meja. Wajahnya ia sembunyikan dalam tangannya. Kakinya tidak bergerak. Nafasnya terdengar sangat teratur. Ia pasti sedang tertidur.
"Gill!" aku membangunkannya, seketika ia menoleh.
Ketika ia menoleh padaku, aku melihat ekspresi yang sangat ketakutan. Ekspresi itu hilang dalam waktu beberapa detik, digantikan wajah tenang. Gill hanya kaget, tapi kenapa ia harus ketakutan?
"Hei, kamu mengagetkanku," ia menopang dagu dengan tangannya. "Ada apa sih?"
"Maaf," aku tersenyum kecil. "Aku hanya ingin..."
"Anya," ia memotong kalimatku, "Apakah ini benar-benar penting? Maksudku, aku ingin tidur lagi."
"Kurasa ya," aku menjawab, tapi ragu. "Aku hanya ingin memberitahumu bahwa kurasa hubungan kita sudah tidak begitu baik, dan..."
"Ah, sudahlah," Gill memotong lagi. "Itu sama sekali tidak penting."
Aku merasa sangat sedih begitu Gill mengatakannya. Permohonan yang kusampaikan pada bintang jatuh 4 tahun yang lalu seakan tidak pernah ada.
"Dengarkan aku," aku memaksa Gill. "Aku ingin kita seperti dulu. Aku ingin tidak ada rahasia antara kau dan aku. Aku ingin kita berbicara terus, bahkan untuk hal yang tidak penting."
"Aku juga," Gill menjawab. "Oke, sekarang aku sudah mendengarmu, jadi biarkan aku tidur."
"Ayolah," aku merajuk. "Memangnya aku salah apa sih?"
Gill yang hampir saja kembali memejamkan matanya, sekarang memandangiku. Aku tidak tau apa yang ia pikirkan, namun dari wajahnya aku tau ia sedang tidak enak padaku. Ia seperti ingin memberitahuku sesuatu, tapi ia menahannya.
"Katakan saja, aku salah apa?" kataku. "Aku tidak akan marah. Aku janji."
Gill menunduk. "Anya, ini bukan salahmu. Tapi aku punya alasan untuk ini, dan aku belum siap memberitahumu."
"Beritahu aku!" aku duduk di kursi depan Gill. "Beritahu aku, Gill! Beritahu aku!"
"Kau janji tidak akan memusuhiku?" tanya Gill.
"Aku tidak akan memusuhimu," jawabku. "Tidak akan."
"Seminggu setelah kita membuat permohonan pada bintang jatuh itu, aku baru tau bahwa keluargaku berantakan," Gill menjelaskan. "Ayah dan ibuku bercerai, dan aku tinggal bersama ayahku dan seorang ibu tiri. Rumah lamaku dijual dan kami pindah ke rumah yang lebih kecil. Ibu tiriku ternyata sakit-sakitan jadi aku harus mengerjakan tugas-tugasnya sekaligus merawatnya."
"Aku tidak mengerti," aku menggelengkan kepala. "Aku tidak mengerti mengapa kau berpikir aku akan memusuhimu?"
"Karena aku harus menyembunyikan hal-hal itu darimu," ia menjawab. "Dan kalau kau tau aku menyembunyikan sesuatu darimu, kau akan sangat marah. Jadi.. kau marah sekarang?"
"Oh Gill!" aku berseru. "Aku tidak sejahat itu, tau! Aku tidak marah, dan sebenarnya aku sudah merasa bahwa kau menyembunyikan sesuatu dariku sejak tahun lalu."
Gill terdiam.
"Yang penting sekarang kita tidak menyembunyikan rahasia apapun, ya kan?" aku memastikan.
"Ya," jawab Gill.
"Aku ingin kita seperti dulu lagi," ujarku.
"Aku juga. Aku selalu ingin."
Kami berdua tertawa kecil. Aku merasa sangat egois selama ini. Aku tidak tau bahwa sebenarnya kehidupan Gill tidak sebaik yang terlihat. Aku tau, masih sangat banyak orang yang kehidupannya seperti Gill. Mereka terlihat sempurna, tapi dalam hatinya mereka menderita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Dari Majalah
Historia CortaS L O W U P D A T E KOLEKSI PRIBADI!!! Berbagai cerpen yang kutulis dari berbagai majalah seperti : • Bobo • Soca • SuperKids • Kampung Permata Berawal dari kesukaanku membaca, dan mulai mengumpulkan cerpen-cerpen. Lama-kelamaan, kertas-kertas it...