Di Kerajaan Daha, hiduplah seorang ibu dengan dua anak kembar laki-laki yang bernama Ditodya dan Ditadya. Ayah mereka adalah panglima kerajaan yang gugur dalam peperangan.
Kedua saudara kembar ini bersekolah di istana bersama pangeran. Setiap akhir minggu mereka diizinkan pulang menemui ibunya. Setiap kali pulang Ditodya selalu memilih membawa makanan sebanyak-banyaknya. Sedangkan Ditadya memilih membawa buku-buku dari perpustakaan.
"Ditadya, untuk apa kau memilih buku? Bukankah semua itu harus dikembalikan ke perpustakaan. Lihat aku. Makanan ini boleh kubawa dan kumakan. Jadi aku tak perlu mengembalikannya," ejek Ditodya suatu ketika.
"Ibu pasti menyediakan makanan. Kita tak akan kelaparan di rumah," kata Ditodya menanggapi ejekan kakaknya.
Karena senang membaca, nilai pelajaran Ditadya selalu baik. Sebaliknya Ditodya nilainya rendah. Badannya semakin tambun karena kebanyakan makan.
Suatu hari raja akan mengirimkan pangeran untuk belajar ke negeri Cina. Pangeran mempelajari ilmu berperang. Pangeran ditemani oleh Ditadya yang cerdas. Tentu saja ibu si kembar merasa bangga. Tapi Ditodya cemberut.
"Huh, pangeran pilih kasih. Seharusnya kita berdua yang diajak. Mentang-mentang aku ini tambun," gerutu Ditodya.
Baginda mendengar berita kekesalan Ditodya. Mengingat jasa ayah mereka, akhirnya baginda memutuskan Ditodya juga berangkat. Betapa gembira hati Ditadya karena tak jadi berpisah dengan kembarannya.
Tapi sayang, kebiasaan makan Ditodya di negeri orang tak berubah. Saat Ditadya dan pangeran belajar, Ditodya mencari makanan yang beraneka ragam jenisnya di negeri Cina.
Dua tahun berlalu, ketiganya kembali ke negeri Daha. Tiba waktunya Baginda Raja menguji hasil belajar mereka di negeri Cina. Ketika mereka tiba di balairung, raja menyapa mereka dalam bahasa Cina.
Pangeran dan Ditadya menjawab dengan fasih. Selanjutnya semua pertanyaan Baginda dijawab dalam bahasa Cina.
"Ditodya, dari tadi kulihat kau diam. Apakah kau tak mengerti bahasa Cina?"
"Ampun baginda," jawab Ditodya mengaku dengan ketakutan.
"Lalu apa saja yang kau pelajari disana?" tanya baginda dengan suara keras. Ditodya gemetar ketakutan.
"Ditodya, beritahukanlah apa yang kau pelajari selama disana," kata Ditadya memberi semangat.
"Hamba belajar tentang makanan dan rasa tuanku," jawab Ditodya perlahan.
"Baiklah," kata Baginda Raja, "sebutkan apa saja yang kau ketahui."
"Hamba mengetahui nama dan mengenal rasa berbagai makanan Cina. Diantaranya capcay, puyunghai, kwetiauw, dimsum, zongzi, chou zhi tou, gan pan mian, ding bian hu, loklok.....," Ditodya menjawab dengan fasih.
"Stop. Stop. Nah, bisakah engkau memasaknya?"
"Ampun Baginda Raja. Hamba bisa memakan tapi tak bisa memasaknya," ujar Ditodya lega karena ia melihat ada senyuman di wajah Baginda Raja.
"Ketahuilah bahwa jenis makanan Cina paling beragam dibandingkan dengan bangsa lain di dunia. Memasak bagi orang Cina bukan sekedar membuat makanan. Tapi memasak adalah salah satu bentuk kesenian. Seni waktu mengolahnya dan seni saat disajikan. Minggu depan kau berangkat lagi kesana.
"Aku akan meminta izin dari Kaisar Cina untuk memperkerjakanmu di dapur istana. Belajarlah memasak dari para koki istana."
Ditodya menunduk dalam-dalam. Ia berjanji dalam hati untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan kedua yang diberikan Baginda Raja.
Setahun berlaku, Ditodya kembali dari negeri Cina.
Keesokan pagi Ditodya menyelinap ke dapur istana. Dibantu tukang masak ia mengolah makanan yang telah dipelajari.
Baginda dan permaisuri bersantap dengan lahap.
"Hai, lezat sekali rasanya. Engkaukah yang memasak?" tanya permaisuri kepada kepala dapur istana.
Dengan bangga kepala dapur memanggil Ditodya.
"Baginda dan permaisuri, inilah koki baru istana." Ditodya tersipu malu.
Sejak itu Ditodya dipekerjakan di dapur istana. Tempat yang paling sukai Ditodya. Sedangkan Ditadya mengabdikan diri sebagai pasukan pengawal kerajaan.
Baginda Raja menghargai perbedaan bakat sekalipun mereka kembar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Dari Majalah
ContoS L O W U P D A T E KOLEKSI PRIBADI!!! Berbagai cerpen yang kutulis dari berbagai majalah seperti : • Bobo • Soca • SuperKids • Kampung Permata Berawal dari kesukaanku membaca, dan mulai mengumpulkan cerpen-cerpen. Lama-kelamaan, kertas-kertas it...