Sarah sangat boros. Uang jajannya selalu habis sebelum akhir bulan. Tidak peduli berapa banyak uang yang diberikan Mama, Sarah akan menghabiskannya. Begitu juga dengan uang hadiah Lebaran atau ulang tahun, tidak sedikitpun yang bisa ditabungnya.
Sarah memang gemar sekali jajan. Ia akan membelanjakan uangnya untuk membeli apa saja yang menarik perhatiannya.
Suatu hari, Lisa membawa boneka Barbie yang cantik. Teman-teman langsung saja mengerumuni Lisa.
"Ini model terbaru di toko. Harganya mahal. Yang paling murah saja dua ratus ribu rupiah," pamer Lisa. "Bonekaku rambutnya bisa disisir. Halus, kan? Ini sisir kecilnya. Bajunya juga bisa diganti. Aku sudah punya tiga pasang. Ayo, kalian kapan mau beli?"
"Wah, cantik sekali. Aku juga mau minta dibelikan, ah," begitu komentar teman-teman Sarah.
Sarah menggigit bibirnya. Bonekanya memang sudah banyak, namun ia belum punya boneka Barbie seperti ini. Tetapi olala... harganya pasti mahal sekali! Paling murah saja dua ratus ribu rupiah. Itu dua bulan uang jajan Sarah. Sarah melirik ke dompetnya, hanya ada selembar uang sepuluh ribuan yang tersisa.
"Ma, aku kepingin punya boneka Barbie," rengek Sarah sepulang sekolah. "Belikan, dong, Ma."
"Kamu, kan, baru dapat uang jajan. Belilah dengan uangmu."
"Sudah habis uangnya, Ma, untuk beli komik. Lagian boneka itu mahal. Uang jajanku mana cukup. Belikan dong, Ma...," Sarah masih merengek.
"Sudah habis? Kamu ini boros sekali, Sarah," komentar Mama kaget. "Kamu tidak tahu susahnya mencari uang. Uang jajanmu, kan, lebih dari cukup. Kalau kamu rajin menabung setiap bulan, pasti bisa beli boneka itu. Pokoknya, Mama tidak mau membelikan. Kamu harus beli sendiri."
Sarah merengut. Keputusan Mama tidak bisa diganggu gugat.
Semakin hari, semakin banyak saja teman Sarah yang memiliki Barbie. Mereka saling memamerkan baju dan juga furnitur mini yang lucu. Sarah hanya bisa menggigit bibir.
Akhirnya, liburan sekolah tiba juga. Mama mendapat ide untuk membuat Sarah sadar. Ide itu Mama dapat setelah ngobrol dengan Bu Min, penjual makanan di kantin kantor Mama.
Di hari pertama liburan sekolah, Mama masuk ke kamar Sarah. "Sarah masih mau beli boneka Barbie?" tanya Mama. Sarah mengangguk semangat.
"Sarah tahu, Bu Min, kan? Yang jualan makanan di kantin kantor Mama?" Sarah mengangguk lagi.
"Biasanya di hari liburan sekolah, Bu Min, kan, dibantu Dea, anaknya. Tetapi, liburan kali ini, Dea berlibur ke rumah neneknya. Kalau Sarah mau, selama liburan sebulan ini, Sarah membantu Bu Min jualan. Kata Bu Min, Sarah bisa membantu menyiapkan es jeruk, kopi, atau susu. Di akhir bulan, Bu Min akan memberi Sarah honor. Sanggup?"
Sarah mengangguk cepat, karena ia ingin sekali punya boneka Barbie.
Hari-hari Sarah membantu di kantin pun dimulai. Pagi-pagi, ia harus bersiap-siap ikut Mama ke kantor. Padahal biasanya, di hari libur, ia bangun siang sekali.
Setiba di kantor, Mama mengantar Sarah ke kantin pegawai. Di situ, Bu Min sudah ada. Sarah membantu Bu Min mengelap gelas, piring, dan sendok. Juga merapikan toples gula, susu, teh, dan untaian kopi-kopi sachet di meja. Tak lupa mencuci bersih jeruk-jeruk untuk es jeruk.
Awalnya, terasa berat. Seluruh badannya pegal-pegal. Pinggang dan pundaknya nyeri. Namun, setelah seminggu, Sarah mulai menikmati juga. Ia ikut senang bila dagangan Bu Min laku semua. Dan ikut sedih saat melihat banyak makanan jualan yang tersisa.
"Bu Min, sebaiknya Bu Min menyediakan makanan kecil seperti keripik, kue pisang, atau roti juga. Kalau sore-sore, karyawan di kantor ini pasti ingin ngemil. Kantor ini, kan, jauh dari restoran," usul Sarah suatu hari.
Sejak itu, kantin Bu Min juga menjual keripik, kue pisang, bika ambon, dan roti isi selai. Hasilnya, kedai Bu Min semakin ramai. Jenis minuman pun bertambah. Sarah sudah bisa bikin sendiri es alpukat spesial.
Tak terasa, sebulan telah berlalu. Bu Min senang karena keuntungannya bertambah.
"Ini hadiah untukmu, karena kedai Bu Min semakin laris," kata Bu Min ketika memberi amplop uang.
Setibanya di rumah, Sarah membuka amplop itu. Wuaaah, tiga helai uang lima puluh ribuan. Sarah tak menyangka mendapat uang sebanyak itu. Sarah menceritakan hal itu pada Mama.
"Kata Bu Min, Sarah memang rajin dan banyak ide. Jadi, Mama juga kasih hadiah ini untuk Sarah," kata Mama sambil memberikan amplop juga.
Isinya, tiga helai uang lima puluh ribuan juga. Jadi, kini Sarah punya uang tiga ratus ribu rupiah.
"Jadi, besok kita beli boneka?" tanya Mama.
Tiba-tiba, Sarah merasa sayang membelanjakan uang yang susah payah ia dapatkan. Mendadak, boneka Barbie menjadi tidak penting.
Sarah menggeleng yakin. "Sayang, Ma. Uangnya lebih baik ditabung saja. Lagian boneka Sarah sudah banyak."
Mama tersenyum dan memeluk Sarah dengan bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Dari Majalah
ContoS L O W U P D A T E KOLEKSI PRIBADI!!! Berbagai cerpen yang kutulis dari berbagai majalah seperti : • Bobo • Soca • SuperKids • Kampung Permata Berawal dari kesukaanku membaca, dan mulai mengumpulkan cerpen-cerpen. Lama-kelamaan, kertas-kertas it...