Lost In Dubai Mall | Irra Fachriyanthi | Majalah Bobo

120 7 0
                                    

Farrel menatap takjub gedung di depannya. Burj Khalifa adalah gedung tertinggi di dunia. Tingginya 828 meter, tertulis di brosur yang tadi diambilnya di depan Dubai Mall. Ya, Farrel sekarang berada di Dubai, di negara Uni Emirat Arab.

Ayah Farrel ditugaskan kantornya untuk training selama seminggu. Ayah sekalian membawa Ibu, Farrel, dan Fania liburan. Tentu saja Farrel senang sekali. Itu liburan pertamanya ke luar negeri.

Setelah puas berfoto-foto dengan latar belakang Burj Khalifa, Ayah mengajak mereka naik ke gedung itu.

Ayah memandu mereka menuju lantai dasar Dubai Mall, pintu masuk ke tower Burj Khalifa. Untung saja Ayah sudah memesan tiketnya lewat internet jauh-jauh hari. Saat itu, antrean di depan loket tiket sangat panjang.

Menurut Farrel, harga tiket masuk ke mall itu cukup mahal. Namun kata Ayah, "Tidak apa-apa mahal. Yang penting kalian punya pengalaman naik gedung tertinggi di dunia. Alhamdulillah, Ayah ada rezekinya!" hibur Ayah.

Dan, betul kata Ayah. Sekarang Farrel sudah berada di puncak gedung tertinggi dunia. Memandang jauh ke kota Dubai yang menakjubkan. Langit jingga karena senja datang. Lampu-lampu mulai menyala dari gedung-gedung pencakar langit. Serasa bukan di negeri gurun pasir yang gersang. Pemandangan paling keren yang pernah Farrel lihat.

"Wow, beautiful!" seru Fania berisik. Farrel tertawa melihat adiknya yang sok ngomong bahasa Inggris. Di sampingnya, Ibu tak henti bergumam melafalkan pujian pada Tuhan.

Di Dubai Mall itu, mereka mengunjungi souk, atau pasar tradisional. Di tempat itu, Farrel melihat pameran rumah tradisional Dubai, lengkap dengan barang-barang tradisional. Ada juga penduduk asli Dubai dengan pakaian tradisionalnya.

Ibu dan Fania paling heboh berfoto. Tangan mereka lalu dilukis dengan henna. Farrel sangat puas berfoto dengan burung falcon yang bertengger gagah di lengannya.

Di tengah Dubai Mall, ada akuarium raksasa berisi hiu dan ikan-ikan laut lainnya. Ayah mengajak mereka masuk terowongan akuarium itu. "Tunggu di sini, ya, Ayah beli tiketnya dulu!" kata Ayah sambil beranjak ke loket tiket. Ibu sibuk memotret ikan-ikan yang berenang.

"Kak, lihat! Lucu sekali. Ke sana, yuk!" Fania menunjuk ke arah toko permen di seberang akuarium. Toko yang warna-warni. Sangat menarik perhatian.

"Fania, jangan pergi ke sana," kata Farrel cemas ketika melihat Fania mendekati toko permen itu. Fania tak mendengar larangan kakaknya. Farrel pun segera menyusul Fania dengan kesal.

Setelah berada di dalam toko, mereka berdua lupa diri, asyik melihat-lihat permen dan popcorn aneka bentuk dan rasa. Fania mencoba aneka popcorn dengan riang.

"Ini gratis, Kak. Tuh, ada tulisan try. Banyak orang yang mencoba, tuh!" bisik Fania ketika Farrel melarangnya mengambil popcorn.

Setelah puas melihat-lihat, Farrel mengajak Fania kembali ke depan akuarium. Farrel terkejut ketika melihat kerumunan orang bertambah banyak di depan akuarium. Rupanya ada atraksi memberi makan hiu yang menarik banyak pengunjung. Farrel semakin panik karena tidak melihat Ayah dan Ibu.

"Ayah dan Ibu mana, Kak?" tanya Fania cemas. Farrel semakin ketakutan.

"Ini semua gara-gara kamu, Dek. Kan, udah dibilang, jangan pergi ke mana-mana!" gerutu Farrel sambil menatap tajam adiknya. Fania ketakutan dan mulai menangis.

"Udah jangan nangis! Kakak jadi gak bisa berpikir, nih!" ucap Farrel. "Ayo, kita cari satpam," ajak Farrel kemudian sambil menarik tangan Fania. Kebetulan, ia melihat seorang lelaki tinggi besar berseragam petugas keamanan.

"Sori Sir, susmi, we lost... We lost," kata Farrel gemetar, sambil memegang tangan petugas itu.

"Excuse, me," bisik Fania membenarkan ucapan Farrel tadi.

"Take it easy, kids. What can I help you?" tanya petugas keamanan ramah.

"Hello Sir, I'm Fania, this is my brother Farrel. We lost our parents," kata Fania penuh percaya diri, mengulurkan tangannya yang disambut hangat si petugas. Farrel melongo melihat keberanian adiknya yang berusia 8 tahun itu. Fania kini tampak tenang.

Petugas yang baik hati itu membawa Farrel dan Fania ke meja informasi. Dan ternyata, di sana sudah ada ayah dan ibu mereka. Ayah dan Ibu tampak lega ketika melihat Farrel dan Fania datang. Mereka berpelukan. Ayah menyalami para petugas di sana mengucapkan terima kasih.

"Gimana, masih mau masuk ke akuarium?" senyum Ayah sambil melambai-lambaikan tiket di tangannya.

"Ibu lapar, Yah. Kita makan dulu, yuk?" ajak Ibu sambil meringis, mengusap perutnya. Semua tertawa melihat Ibu. Rupanya suasana tegang membuat mereka kelelahan dan kelaparan. Ayah lalu mengajak mereka ke restoran Noodle Factory. Farrel berseru girang ketika menemukan menu nasi goreng Indonesia, makanan favoritnya.

"Hebat ya, Yah, nasi goreng Indonesia ada dalam menu. Terkenal berarti," puji Farrel bangga, disambut acungan jempol Ayah.

Saat makan, Ibu meminta maaf karena keasyikan motret jadi lalai memperhatikan Farrel dan Fania.

"Lain kali, kalau Ayah atau Ibu bilang tunggu, kalian harus menunggu. Kalau mau pergi ke tempat lain, izin dulu. Jadi Ayah dan Ibu tahu harus mencari kalian di mana," tegur Ayah lembut. Farrel melotot pada Fania yang tertunduk menyadari kesalahannya.

"Tapi tadi kalian hebat, tahu harus mencari bantuan ke mana kalau hilang seperti tadi," puji Ayah menatap bangga Farrel dan Fania.

Selesai makan, Ibu mengajak untuk pulang. Mereka semua sudah terlalu lelah. Ayah setuju dan mengajak untuk datang lagi ke Dubai Mall besok. Tiketnya masih bisa dipakai. Sekaligus, melihat kebun binatang di mall itu juga.

Sebelum pulang, Ayah mengajak mereka ke halaman Dubai Mall, melihat dancing fountain, air mancur yang menari mengikuti irama lagu.

"Wow... Amazing, I'd love it," teriak Fania penuh kekaguman. Farrel mencibir ke arah adiknya yang pamer kebolehan berbahasa Inggris.

Sebenarnya, Farrel kagum dan bangga pada adiknya yang lancar berbahasa Inggris dibanding dirinya. Farrel pun berjanji, pulang liburan, ia akan kursus Bahasa Inggris lagi seperti Fania dan tidak banyak bolos.

Hari ini Farrel sadar, betapa pentingnya bisa berbahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Tak terbayangkan, bagaimana kalau tadi Fania tak bisa bahasa Inggris. Mungkin mereka masih hilang di Dubai Mall. Hiii...

"Esusmi, Sir, esusmi...," ledek Fania. Farrel pun mengejar adiknya gemas.

Kumpulan Cerpen Dari MajalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang