Tiga Gaun yang Sama | Maria Wiedyaningsih | Majalah SoCa

71 5 0
                                    

Putri Atalia ingin mencari penjahit berbakat. Tiga bulan lalu dia mengadakan lomba membuat gaun pesta. Lomba tersebut hanya boleh diikuti penjahit yang belum terkenal. Biaya pembuatannya juga harus kecil.

Leona sangat bersemangat mengikuti lomba tersebut. Dengan penuh harapan, dia menyerahkan gaunnya sebulan lalu. Sayang sekali, saat pengumuman lomba siang tadi, dia kalah. Sekarang, Leona mondar-mandir kecewa di kamarnya.

"Kalau saja aku punya lebih banyak waktu, aku pasti menang," keluh Leona, jengkel. Memang banyak sekali masalah yang harus dihadapinya.

"Benarkah?"

Leona tertegun. Dengan ketakutan dia memandang sekelilig. Tidak ada siapa-siapa.

Tiba-tiba, sesosok mungil terbang dihadapannya! Sosok itu hanya setinggi telapak tangannya, memegang tongkat. Leona mundur ketakutan. Dia terserimpet jatuh, membuat sosok itu tertawa geli.

"Aku Anabella, seorang peri," jelas sosok mungil itu. "Aku bisa mengembalikanmu ke hari dimulainya lomba. Kalau belum berhasil, kau akan mendapatkan kesempatan sekali lagi."

Saat masih terdiam bingung, Leona merasa mengantuk sekali, lalu tertidur. Kemudian, sebuah teguran membangunkannya.

"Aduh, kau pasti terlalu lama berkumpul dengan teman-temanmu semalam!"

Leona terbangun kebingungan. Dia sedang berada di toko Nyonya Wendell, tempatnya bekerja. Benarkah dia kembali ke waktu tiga bulan sebelumnya?

"Putri Atalia mengadakan lomba membuat gaun pesta," ujar Nyonya Wendell bersemangat.

Hei, ternyata benar! Anabella telah mengembalikannya ke hari dimulainya lomba. Dengan terheran-heran, Anabella mendengarkan Nyonya Wendell yang membujuknya ikut lomba. Namun, Nyonya Wendell sendiri tidak percaya diri untuk ikut.

Anehnya, Leona tidak ingat kejadian apa yang terjadi pada kesempatan pertamanya. Rupanya Anabella ingin berlaku adil pada peserta lain. Kalau Leona ingat kesalahannya, dia pasti akan memperbaikinya.

Esoknya, Leona libur. Kesempatan ini digunakannya untuk membuat rancangan gaun di tepi hutan. Leona duduk di bawah pohon, memikirkan ide untuk gaunnya.

Pluk! Tiba-tiba sesuatu jatuh di bahunya. Sesaat Leona mengamati. "Iiih ...!" ujar Leona jijik. Ternyata kotoran burung!

Pluk! Pluk! Pluk!

Banyak sekali kotoran burung yang berjatuhan. Leona sibuk menghindar. Buru-buru dipetiknya sehelai daun lebar untuk melindungi diri. Dia bergegas kembali ke rumahnya.

"Aduh, kenapa banyak sekali burung-burung!?" seru orang-orang, panik.

Entah kenapa banyak sekali burung-burung singgah di desa mereka. Untunglah warga desa Leona pecinta binatang. Tidak ada yang menyakiti burung-burung tersebut.

Dua hari kemudian, burung-burung itu tak ada lagi. Namun perlu beberapa hari untuk mengatasi kekacauan. Membersihkan kotoran, menanam kembali tanaman yang rusak.

Dua minggu kemudian, Leona belum menemukan rancangan untuk gaunnya. Lagi-lagi, dia dibuat sibuk hal baru. Nyonya Wendell tiba-tiba menerima banyak pesanan jahitan.

"Mungkin sebaiknya kau libur, agar bisa berkonsentrasi membuat gaun," ujar Nyonya Wendell, merasa bersalah.

Rasanya tidak mungkin Leona justru libur saat Nyonya Wendell sangat sedang membutuhkannya. Akhirnya, baru dua minggu kemudian Leona tidak sibuk lagi.

Tinggal sebulan lagi sampai lomba berakhir. Leona benar-benar bingung. Dia berpendapat berkumpul bersama teman-temannya akan membuatnya mendapat ide. Namun yang terjadi, dia justru lebih banyak bermain.

Saat sisa waktu hanya tinggal lima hari, Leona belum juga membuat gaunnya! Leona benar-benar kalang kabut. Akhirnya, Leona merancang gaun seadanya, lalu dibuatnya dengan buru-buru. Tentu saja, Leona kembali kalah.

Anabella kembali membawa Leona ke waktu awal lomba. Di kesempatan ketiganya ini, Leona juga kalah!

Leona kembali mondar mandir sedih di kamarnya

Tiba-tiba, Anabella telah ada di depannya. Saat dia menggerakkan tongkatnya, di meja muncul tiga buah gaun. Leona ternganga memperhatikan ketiga gaun tersebut. Bersamaan dengan itu, Leona ingat apa yang dilakukannya dalam tiga kesempatan yang didapatnya.

Burung-burung itu tetap singgah di desa mereka. Leona tetap sangat sibuk di tempat Nyonya Wendell. Mungkin peserta yang lain tidak mengalami kejadian aneh sepertinya. Namun, mereka pasti menghadapi masalahnya masing-masing.

Boleh saja Leona berkumpul dengan teman-temannya. Namun, dia melakukannya dengan berlebihan, membuatnya menyia-nyiakan waktu yang berharga. Akibatnya, dalam tiga kesempatan, dia hanya punya waktu lima hari untuk menyelesaikan gaunnya. Dan anehnya, dia membuat gaun yang sama.

"Aku punya waktu enam bulan," ujar Leona, merenung muram. "Tapi aku tetap saja aku tidak memanfaatkan kesempatanku sebaik-baiknya."

"Gaun ini kuhadiahkan untukmu!" ujar Anabella, mengedipkan mata.

Leona tersenyum malu. Dia mengerti maksud Anabella. Dia ingin Leona selalu memanfaatkan waktu dan kesempatan sebaik-baiknya, karena tidak akan ada lagi peri yang mengulang waktu untuknya.

Kumpulan Cerpen Dari MajalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang