Tanda Cinta | Indriani Susilaningdyah | Majalah Bobo

65 5 0
                                    

Sejak tiga hari lalu, Jasmine memperhatikan wajah Bu Ayu. Ia tampak sedih setiap kali anak-anak berebut jajan di warung mie tek tek-nya. Hari ini pun, beberapa kali Bu Ayu salah memberi uang kembalian.

"Yod, aku rasa ada yang aneh dengan Bu Ayu," ujar Jasmine pada Yodha. Sahabatnya itu asyik menyeruput mie tek tek buatan ibu Ayu, walaupun mie itu lebih berminyak daripada biasanya.

"Mata Bu Ayu sering sembab, ngasih uang kembalian salah melulu, bikin pesenan kita salah-salah... sssh aaah..." sambung Jasmine lagi, sambil menahan pedas. Mie tek teknya pedas, padahal ia memesan tanpa sambal.

Karena penasaran ingin tahu masalah Bu Ayu, Jasmine dan Yodha mencari Tia setelah menghabiskan mie mereka. Tia adalah anak Bu Ayu yang bersekolah di situ juga. Namun sayangnya, Tia tidak masuk. Menurut Deon, teman sekelas Tia, Tia sudah tiga hari tidak masuk karena sakit. Deon juga bercerita tentang masalah yang sedang dihadapi Bu Ayu.

"Tia pernah cerita kalau lahan kosong tempat Bu Ayu berjualan, bakal dibangun rumah. Pemilik tanah sudah meminta Bu Ayu memindahkan barang dagangan. Hanya dikasih waktu dua minggu. Tia bilang, ibunya tidak tahu harus berjualan dimana lagi. Padahal sumber penghasilan hanya dari jualan itu. Ayah Tia, kan, sudah meninggal tiga tahun lalu."

"Lo, kenapa tidak minta ijin Kepala Sekolah supaya bisa jualan di kantin?" seru Jasmine terkejut. Kini ia tahu, apa penyebab Bu Ayu tampak sedih.

"Menurut Tia, ibunya sudah jualan di sini sejak 15 tahun lalu. Sejak sekolah ini berdiri. Selama itu, Bu Kepala Sekolah sangat baik mengijinkan anak-anak sekolah ini jajan di warung Bu Ayu. Jadi, Bu Ayu tak mau merepotkan Bu Kepala Sekolah. Bu Ayu khawatir bu kantin tidak setuju kalau Bu Ayu jualan di kantin juga."

Jasmine dan Yodha sedih mendengarnya. Mereka berdua mencari cara menolong Bu Ayu.

Esok harinya, Jasmine dan Yodha terpaksa mengumpulkan 6 orang ketua kelas, perwakilan dari kelas 4 A, B, dan C sampai 6 A, B, dan C. Masalah yang dihadapi Bu Ayu sudah semakin berat. Sebab, gerobak jualan dan peralatan masaknya dirampas pemilik lahan kemarin sorenya. Alasannya, Bu Ayu terlambat memindahkan barang.

"Teman-teman, kita harus membantu Bu Ayu agar bisa kembali berjualan. Dengan begitu, kita juga membantu Tia, teman kita, agar tetap bisa bersekolah," Jasmine mulai berbicara di depan anak-anak perwakilan kelas.

"Kita akan menemui Ibu Kepala Sekolah supaya Bu Ayu diberi sedikit tempat di kantin. Masalahnya, siapa yang berani menghadap Kepala Sekolah?"

Serentak, semua mata tertuju pada Bram. Yang dipandang menghela napas panjang, lalu menggelengkan kepala tak setuju.

"Kalian tahu, kan, mamaku itu enggak mempan rayuan," jelas Bram. "Ingat enggak, saat kita berantem dengan anak-anak SD 15? Mama tidak mau membantu. Aku sendiri yang harus menghadap Kepala Sekolah SD 15 untuk meminta maaf."

"Itu, sih, masalahnya lain, Bram," potong Jasmine. "Itu, kan, karena kalian bandel. Tapi kali ini, kita berusaha menolong sesama. Itu, kan, nasihat mamamu setiap upacara hari Senin, bahwa kita harus saling tolong menolong," desak Jasmine.

Anak-anak riuh ikut mendesak Bram untuk bicara pada mamanya yang kebetulan Kepala Sekolah mereka. Akhirnya Bram menyerah.

"Tapi, tolong bantu cari ide. Bu Ayu, kan, sudah tidak punya peralatan masak. Gimana dia harus jualan?" tanya Bram.

Anak-anak kembali terdiam. Semua sibuk mencari jalan keluar.

"Untuk beli gerobak, semua anak patungan saja. Terserah mau kasih berapa," usul Reno, ketua kelas 4 B.

"Untuk alat-alat dapur, kita minta saja dari seluruh murid di sekolah untuk bawa alat-alat dapur di rumah yang tidak terpakai tapi masih bagus. Jadi tidak harus baru. Bisa piring, sendok, garpu, apa sajalah. Cukup satu atau dua buah. Murid di sekolah ini, kan, hampir 600 anak. Pasti cukup untuk melengkapi dapur Bu Ayu. Bagaimana?" Jasmine tak mau kalah memberi ide. Semua anak bersemangat mendengarnya.

"Supaya lebih seru, kita bubuhkan ucapan penyemangat dan tanda tangan kecil di alat-alat dapur yang disumbang," tambah Yodha tak kalah semangat. "Ini sebagai tanda cinta dan membuat acara jadi lebih seru. Yah, mirip-mirip artis yang menyumbang alat music mereka untuk kafe, gitu. Cuma ini alat dapur, bukan alat musik... dan jelas kita-kita bukan artis. Hehehe..."

Anak-anak ikut tertawa. Bram pun menjadi bersemangat.

Seluruh murid SD Timur Pagi pun mulai bekerja keras. Jasmine mengumpulkan uang sumbangan anak-anak. Yodha mencatat barang-barang yang akan disumbang anak-anak, sehingga jumlahnya tidak berlebihan. Deon menyediakan alat tulis permanen, meminta ucapan pembangkit semangat dan tanda tangan dari mereka.

Dalam seminggu terkumpul dan satu setengah juta rupiah dan alat-alat dapur yang sangat lengkap. Dari kompor minyak, ember, panci, cobek, ulekan, sendok, garpu, piring. Ah... lengkap deh pokoknya.

Saat Jasmine sedang mengecek barang-barang sumbangan, Bu Kepala Sekolah menghampirinya.

Beliau meraih bahu Jasmine dan memeluk erat-erat.

"Ibu bangga pada kalian," ucap Ibu Kepala Sekolah. "Hari Senin nanti, setelah upacara bendera, ada acara penyerahan sumbangan ke Ibu Ayu. Guru-guru juga ikut menyumbang agar kita bisa membeli gerobak baru untuk Bu Ayu. Ibu Kantin juga tidak keberatan Bu Ayu jualan di kantin. Sebab jenis dagangannya berbeda. Mereka bisa saling bekerja sama. Kamu hebat, Jasmine!"

Dada Jasmine serasa mau meledak mendengar pujian itu.

Senin pagi. Murid-murid berbaris rapi mengikuti upacara dengan khidmat. Hingga tiba saatnya Ibu Kepala Sekolah berpidato.

"Ibu sangat bangga pada kalian. Membantu sesame atas prakarsa sendiri, itu melebihi pelajaran moral yang selama ini kita pelajari di kelas. Sebagai hadiah, hari ini kalian semua boleh menikmati jajan gratis di kantin dan tempat jajanan Ibu Ayu. Hari ini, khusus Ibu yang traktir. Teruslah semangat membantu sesama dan tetaplah riang gembira."

Tia dan Bu Ayu tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada Jasmine dan teman-teman.

Kini, setiap kali anak-anak SD itu jajan, mereka selalu tersenyum melihat tanda tangan kecil yang mereka bubuhkan di alat-alat dapur Ibu Ayu. Tanda tangan itu adalah tanda cinta mereka pada Bu Ayu dan Tia.

Kumpulan Cerpen Dari MajalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang