Janji Palsu Pussy | Nurhayati Pujiastuti | Majalah Bobo

182 7 0
                                    

Kio si ikan koi berwarna kuning keemasan, berenang cepat. Ia baru saja bersembunyi bersama teman-teman yang lain. Sekarang saatnya ke luar untuk mengambil makanan dari pemilik kolam. Makanan bulat-bulat yang ia suka.

Ada dua belas ikan koi di dalam kolam ikan, bercampur dengan ikan patin, dan ikan mas. Setiap pagi dan sore, pemiliknya menebarkan makanan. Kio harus berenang cepat agar tidak kehabisan makanan.

"Hati-hati, jangan terlalu ke pinggir kolam..," nasihat Tiktam, teman Kio yang berbintik hitam di tubuhnya. Tikrah, si bintik merah, menganggukkan kepalanya.

"Ada Pussy yang selalu siap menerkam kita di pinggir kolam," ujar mereka hampir bersamaan.

Kio menganggukkan kepalanya.

Pinggir kolam itu tidak tinggi. Anak kecil, anak pemilik kolam itu, setiap pagi duduk di pinggir kolam. Jarinya dimasukkan ke dalam kolam, lalu dijentikkan seperti orang menyentil. Kio dan teman-teman suka dengan jentikan itu, dan biasanya mereka mendekat.

Kadang anak itu menaruh makanannya di dalam tangannya. Kio tidak takut untuk mengambilnya. Teman-teman yang lain juga.

"Pussy itu kucing yang pura-pura baik..," ujar ikan patin yang selama ini banyak diam.

Kio memerhatikan. Di pinggir kolam, pada siang yang panas, biasanya ada seekor kucing. Kucing itu suka minum air di dalam kolam. Bukan, itu bukan milik si pemilik kolam. Ia kucing liar yang kadang masuk ke halaman rumah pemilik kolam.

"Namanya Pussy," ujar Kio pada teman-temannya. Hari itu, Pussy mengajak Kio berkenalan, walau Kio belum berani mendekat.

"Pussy ramah sekali..." ujar Kio.

"Tapi kucing itu senang makan ikan, bangsa kita," ujar ikan mas.

Kio menggelengkan kepalanya. "Pussy berbeda. Ia kucing yang baik aku percaya padanya."

***

Pussy menatap air kolam. Ada banyak ikan di sana. Namun semua ikan itu selalu bersembunyi di bawah hiasan kerang, jika Pussy datang.

Ikan-ikan itu baru muncul, ketika anak kecil itu memasukkan tangannya ke dalam air, dan menyentil-nyentil. Pussy tersenyum sendiri. Ikan-ikan itu membuatnya lapar.

***

"Pussy datang! Dia mengajak aku main," ujar Kio ke luar dari tempat persembunyian.

Ikan-ikan penghuni kolam memandangi Kio yang berenang menuju tepian kolam. Ada Pussy di sana, sedang memasukkan mulutnya ke dalam air. Pussy memanggil Kio.

"Kata Pussy, dia mau cerita soal hidul di daratan," ujar Kio penuh semangat.

Ikan-ikan yang lain hanya bertatapan. Kio lebih percaya pada Pussy dari pada Percaya pada teman sesama ikan. Pussy sekarang memandangi Kio yang ada di dekatnya.

"Kalau mau ke daratan, kau harus mau ikut denganku," ujar Pussy meyakinkan. "Nanti aku kembalikan lagi kamu ke sini."

Kio berenang semakin dekat. "Aku mau...," ujarnya dengan riang. "Aku mau tahu, seperti apa daratan itu. Dulu, aku hanya melihatnya sebentar ketika masih ada di dalam plastik penjual ikan."

Mulut Pussy sekarang ada di dalam kolam. "Masuklah ke mulutku..," ujarnya pada Kio.

Kio mendekat, semakin mendekat, dan sekarang ia sudah berada di mulut Pussy.

HAP!

Seketika, Pussy menutup mulutnya. Lalu melesat lari keluar rumah, karena pemilik kolam ke luar rumah dan mengejarnya.

"Kio yang malang..," ujar teman-temannya sedih.

Sekarang Pussy berhenti di bawah pohon. Perutnya sudah kenyang. Kio, ikan terlezat yang pernah ia makan.

Kumpulan Cerpen Dari MajalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang