07

7.9K 856 31
                                    

2 minggu telah berlalu semenjak Dahyun bekerja sebagai bodyguard si gadis kaya Minatozaki Sana. Tidak ada yang namanya pekerjaan mulus tanpa adanya hambatan. Sana yang masih enggan menerimanya sebagai bodyguard kadang-kadang melewati batas sehingga Dahyun harus ekstra sabar menghadapi gadis itu.

Mengerjai Dahyun tidak pernah hilang dari benaknya. Kadang kala dia lari dari pantauan Dahyun, pergi ke club dan pulang dengan beberapa pria. Kalau bukan Dahyun yang mencegat, sudah lama Sana ditiduri oleh banyak pria.

Seperti saat ini, Dahyun tengah resah karena Sana lagi-lagi menghilang tanpa sepengetahuannya. Apalagi jam telah menunjukkan pukul 21.30 .

Dahyun mengitari beberapa wilayah tempat biasa Sana pergi.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif at–

"sialan!" umpat Dahyun yang benar-benar kesal karena sedari tadi nomor Sana tidak pernah aktif.

Menanyakan keberadaan Sana pada Mina pun tidak ada gunanya. Karena kekasih sahabatnya itupun tidak tahu keberadaan Sana.

Di suatu tempat lumayan sepi, Dahyun turun dari mobil. Dia memilih berjalan hingga akhirnya keberuntungan berpihak padanya.

Terlihat siluet Sana dari kejauhan. Dahyun mempercepat langkahnya lalu menarik lengan Sana. "ayo pulang!"

"Yak! Siapa kau. Lepaskan!"

Dahyun menatap Sana kesal. "pulang sekarang!"

"yak kau! Lepaskan gadisku!" terdengar suara pria disamping Sana membuat Dahyun geram bukan main.

Tidak perduli dengan pria itu, Dahyun tetap menarik Sana.

"yaa..tolong aku" teriak Sana

Ckrakk...
Si pria itu malah memukul kepala Dahyun dengan botol bekas yang dipungutnya di pinggir jalan hingga botol itu pecah setelah membentur kepala Dahyun.

Dahyun memegang kepalanya dengan tangannya yang satu.

Darah mulai mengalir membasahi pipi mengagetkan Sana. Tatapan tajam Dahyun berikan pada pria yang berani melukainya itu.

"itu sakit brengsek!" umpat Dahyun yang dengan segera mencengkram kuat kerah pria itu.

Bukk.
Suatu pukulan Dahyun lepaskan ke perut pria itu. Terdengar ringisan.

Buk..buk..buk...
Dahyun hilang kendali hingga pria itu terkapar lemas dengan wajah bersimbah darah.

"Dahyun cukup. Kau akan membunuhnya" Tahan Sana.

Dahyun melepaskan mangsanya, kini tatapan mematikan itu diberikan untuk Sana. "ayo pulang" Dahyun menarik Sana hingga sampai ke mobil. Dia juga tidak perduli dengan beberapa orang yang nelihat aksinya.

"Da-Dahyun..biar aku yang menyetir" ujar Sana yang panik karena melihat darah Dahyun yang sekarang bertambah banyak.

Dahyun diam. Tidak menggubris. Dia malah melajukan mobil milik Sana itu hingga sampai ke kediaman milik keluarga Minatozaki.

"masuk dan segera istirahat. Aku pulang" ujar Dahyun dingin. Setelah mengucapkan itu Dahyun pergi tapi Sana tiba-tiba menahannya.

"apa lagi?"

"bi-biar ku obati lukamu dulu" ujar Sana yang merasa bersalah.

"tidak perlu. Aku bisa mengobatinya sendiri" Dahyun menolak dengan sikap dinginnya.

Sok kuat pantas disematkan pada Dahyun saat ini. Bayangkan sebuah botol mengenai kepala hingga botol itu pecah. Itu pasti sangat sakit. Untuk orang normal, mungkin saat ini sudah terkapar lemas di tanah. Tapi Dahyun dengan emosi yang masih mempengaruhinya, hal itu tidak berlaku untuknya. Di depan rumah Sana dia menghentikan taxi.

"tolong ke rumah sakit terdekat dari sini" ujar Dahyun

"nona wajah anda..."

"aku tau, jadi cepat bawa aku ke rumah sakit, sebelum aku pingsan dan mati kehabisan darah di mobilmu ini"

"ba-baik"

Di lain tempat...

Sana tidak ada hentinya berjalan mondar mandir di kamarnya sembari menggigit-gigit kecil kuku tangan ibu jarinya. Dia merasa ketakutan sekarang. Dan Rasa bersalah tiba-tiba menghinggap.

Terngiang jelas ketika teman prianya melayangkan sebuah botol ke arah kepala Dahyun sehingga gadis itu terluka. Darah segar mulai membanjiri wajah cantik Dahyun.

"apa dia baik-baik saja?" gumam Sana

Dengan cepat dia lalu mengambil handphonenya. Menghidupkan handphone itu karena tadi dia sengaja mematikannya untuk menghindari Dahyun.

Dengan lihai jemarinya mencari sebuah kontak. Baru saja akan menekan tombol panggil, Sana mengurungkan niatnya.

"cih apa yang kulakukan? Aku tidak perlu khawatir seperti ini" ujar Sana lalu melempar benda persegi panjang itu ke atas ranjang.
Setelah itu barulah dia menghempaskan tubuhnya juga ke ranjang empuknya.

Kring..kring...
Tiba-tiba terdengar deringan handphonenya. Tertera nama sang sahabat Myoui Mina di layar handphone.

Dengan malas Sana mengangkatnya

"ada apa?"

"kau ada di mana?"

"dirumah. Kenapa menelphoneku tengah malam seperti ini?"

"kau tidak mendengar jika Dahyun masuk rumah sakit saat ini?"

Sana begitu terkejut. Apa Dahyun terluka separah itu?

"memangnya apa urusanku dengan hal itu?"
Sana beracting tidak perduli.

"yak! Tadi Dahyun mencarimu. Aku yakin dia terluka akibat ulahmu" marah Mina diseberang telpone

"kau ini berpihak padaku atau gadis Kim itu sih?"

"aku tidak berpihak pada siapapun. Tapi kalau ini kesalahanmu, minta maaf padanya setelah dia sadar"

"..........."

"aku akan ke rumah sakit sekarang. Dahyun masih diruang operasi. Kau tidak mau ikut?"

"tidak!"

Pip!
Sana mematikannya sepihak.

Helaan bapas berat Sana lontarkan.

"aishh..ini membuatku gila!"

_Tbc_

My Beautiful Bodyguard ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang