Tawa keras terdengar dari Jeongyeon membuat Dahyun bingung tentu saja. "apa kau percaya kata-kataku?" tanya gadis tinggi itu membuat Dahyun mengernyit bingung. "aku bukan tunangannya Dahyun. Aku kakaknya. Lebih tepatnya kakak angkatnya"
"apa?"
"kenapa? Apa kau sebegitu terkejutnya?"
Dahyun mengangguk membuat Jeongyeon tersenyum. "um...jadi singkatnya, sewaktu Sana belum lahir aku diadopsi oleh orang tuanya. Dan Selama bekerja menjadi dokter, aku memang menggunakan marga ibunya"
Dahyun terdiam. Dia begitu terkejut dengan penjelasan Jeongyeon yang telah dia anggap kakaknya itu.
"Jadi, selama ini unnie adalah keluarga dari Sana? Kenapa berkerja sebagai dokter?"
"aku yang menginginkan pekerjaan ini. Aku tidak berminat menjadi direktur perusahaan keluarga Minatozaki itu. Lagipula orang tua angkatku tidak memaksaku" jawab Jeongyeon
"aku tidak menyangka jika unnie sekaya ini. Pantas saja lalu unnie sempat memaksaku agar biaya rumah sakit kak Nayeon ditanggung oleh unnie sendiri"
Jeongyeon terkekeh. "sudahlah lupakan hal itu. Aku butuh bantuanmu saat ini"
Dahyun mengernyit bingung. "bantuan?"
Jeongyeon mengangguk-anggukan kepalanya."bisakah kau menjaga Sana untukku?"
"ha? Menjaga?" Dahyun jelas kaget dengan permintaan itu.
"Iya. Menjaganya. Seperti menjadi bodyguardnya" Jelas Jeongyeon. "um..katakan saja jika saat ini kita bekerja sama. Aku akan membayar semua biaya rumah sakit Nayeon. Dan sebagai gantinya, kau menjaga Sana untukku"
"tapi unnie..aku dan Sana tidak pernah akur. Bagaimana bisa aku harus berada disampingnya terus menerus?"
Jeongyeon menghela napas pelan. "kenapa gadis itu selalu berbuat onar? Aku bingung, Di mana-mana dia mempunyai musuh"
Dahyun menggigit bibir bawahnya. Dia berpikir keras saat ini.
"kau tau? Orang tuaku menitipkannya padaku. Tapi karena kesibukanku dirumah sakit, aku tidak bisa mengontrolnya. Kadang kala dia pulang mabuk seperti ini, beberapa kali juga dia terlibat dengan beberapa pria yang hampir melecehkannya bahkan hampir membunuhnya karena dia pewaris selanjutnya Minatozaki World"
Helaan napas kecil terdengar dari Dahyun.
Dia sangat iba dengan Jeongyeon saat ini. Jeongyeon sudah banyak kali membantunya. Untuk saat ini, kenapa tidak untuk menerima tawarannya?"tapi unnie, apa kau benar-benar percaya padaku untuk menjaganya?"
Jeongyeon mengangguk. "aku lebih percaya padamu dari pada Sana adikku itu"
"heol! Unnie berlebihan" ujar Dahyun membuat Jeongyeon terkekeh. "baiklah unnie" Dahyun bersuara lagi. "Aku akan bekerja sama denganmu. Katakan saja jika ini simbiosis mutualisme. Sama-sama menguntungkan kedua pihak"
Senyum merekah diberikan Jeongyeon.
"terima kasih Dahyun. Dan tolong satu lagi. Tolong ubah sifat Sana. Aku benar-benar mengharapkan perubahan besar yang kau berikan untuknya"Dahyun mengangguk "aku akan berusaha unnie. Ah! Aku punya pertanyaan terakhir unnie" Jeongyeon menatapnya. "unnie tidak keberatankan dengan metode yang akan kupakai untuk melindungi dan juga untuk merubahnyakan?" tanya Dahyun
"terserahmu saja Dahyun. Yang jelas, aku tidak ingin mendengar bahwa adikku itu masuk rumah sakit" jawab Jeongyeon
Dahyun menahan senyumnya. "Tentu eonnie"
.
Pagi menyambut membangunkan tidur indah seorang gadis berparas cantik. Matanya terlihat mengerjap berlahan dan akhirnya terbuka sempurna. Terdengar sedikit ringisan darinya ketika nyeri kepala melanda.
