Mata sibuk ke arah handphone. Siulan-siulan juga terdengar menjadi backsound game yang sedang dimainkannya.
"Kim Dahyun!" panggilan dengan nada kekesalan itu hanya di balas dengan gumamam."hm?"
"apa kau akan terus memainkan handphonemu dan tidak menggubris aku dan Mina yang sudah jauh-jauh kesini?" kekesalan Chaeyoung sudah di ambang batas.
Mendengar ucapan sang sahabat, Dahyun melepaskan handphonenya."Jadi apa mau kalian datang kesini?" tanya Dahyun
"heol! Apakah kau berhak bertanya seperti itu padahal jelas-jelas ini adalah kediaman keluarga Minatozaki?" balas Chaeyoung lagi.
"nah itu kau paham jika ini adalah rumah Sana. Lalu kenapa dari tadi menggangguku?" Dahyun tidak mau kalah
"hey..kenapa kalian malah berkelahi?" seperti biasa Mina ada untuk melerai."hentikan sikap kekanakan kalian. Dan Dahyun tolong panggilkan Sana" sambungnya
"huft..allaseo" ujar Dahyun lalu berdiri dari duduknya dan menuju kamar kekasihnya.
Pintu kamar di bukanya tanpa permisi. Dan
Ujung mata langsung menangkap siluet sang kekasih di balkon. Langkah berlahan mendekati. Dan..Hug~
Dahyun memeluk Sana dari belakang. Tangan melingkar dengan erat di pinggang ramping gadis itu."aku menunggumu dari tadi dibawah" ujar Dahyun sembari sesekali mencium pundak Sana yang terbuka karena gadis itu hanya menggunakan tanktop.
"maaf sayang. Aku tadi harus menerima telpone dari ayahku" ucap Sana sembari mengelus tangan sang kekasih yang melingkar dipinggangnya.
Dahyun mengangguk lalu melepaskan pelukannya. Tubuh Sana diputarnya untuk menghadapnya.
Cup~
Dahyun mengecup bibirnya."ada apa tiba-tiba menciumku?" bingung Sana
"tidak ada alasan. Aku hanya suka menciummu. Katakan saja hal itu menjadi candu untukku" jawab Dahyun dengan cengingirannya.
Dan Sana hanya terkekeh."dasar byun"
Dahyun tersenyum lalu kembali memeluk gadisnya itu. Menenggelamkan wajahnya di leher si gadis Jepang. Lama dalam keaadaan seperti itu hingga Dahyun tersadar akan sesuatu. "astaga..." Dahyun melepas pelukan
"wae? Wae?" kaget Sana.
"aku lupa kalau aku kesini untuk memanggilmu. Ada Mina dan chaeyoung dibawah!"
Sana menghela napas."sayang~ sepertinya kau yang akan membunuhku secara berlahan"
"kau tahu aku tidak akan melakukan itu bukan? Kenapa berbicara seperti itu?"
"karena kau selalu mengagetkanku. Bagaimana kalau aku terkena serangan jantung? Kau siap kehilanganku?"
"shirreo~" Dahyun menjawabnya dengan agyeo membuat Sana menjadi gemas bukan main."Dahyun tidak sanggup hidup jika gadisku ini pergi" Dahyun masih melanjutkan agyeonya.
Sana terkekeh. Dengan cepat mengecup bibir si gadis Kim."ayo turun kebawah. Jika tidak aku pasti akan melemparmu ke ranjang"
Dahyun tersenyum."um...bisakah kita melakukannya sekarang? Biarkan saja mereka menunggu kita dibawah" ujar Dahyun sembari tangan mulai mengelus paha Sana yang terbuka karena hanya menggunakan hotpants.
Plak..
Sana segera memukul tangan nakal itu.
"kita harus turun secepatnya" ucapnya."ayolah sayang~"
"tidak Dahyun!"
"mereka pasti datang hanya untuk menanyakan hubungan kita. Dan itu tidak penting. Yang terpenting sekarang adalah memuaskan nafsuku yang sudah terlanjur timbul" rengek Dahyun