Jam telah menunjukkan pukul 23.20 kst saat ini. Dan Tidak henti-hentinya Dahyun merengek ingin pulang cepat pada Chaeyoung yang membawanya paksa berkeliling kota Seoul.
"Yak! Kalau anak-anak sampai tau sifat kekanakkanmu ini, aku berani bertaruh mereka ak–"
"aku ingin pulang Chaeyoung~" Dahyun memotong ucapannya. Bahkan semakin merengek.
"aishh. Kau begitu menjijikan" kesal Chaeyoung yang malah membuat Dahyun terkekeh. "aku mau menjemput kekasihku dulu baru aku mengantarmu pulang" sambung gadis Son itu. Dahyunpun mengangguk mengiyakan.
Chaeyoung melajukan mobilnya menembus jalanan yang terlihat sepi. Hingga akhirnya mereka telah sampai di tempat tujuan.
"Chae?"
"hm?"
"aku turun disini saja"
"uh? kau yakin?"
Dahyun mengangguk. "aku harus ke minimarket dulu membeli sesuatu. Lagipula ini daerah rumahku" Ucapnya lalu turun dari mobil.
"yak! Besok aku akan menjemputmu" teriak Chaeyoung dari dalam mobilnya
"iya bawel. Dan ingat satu hal. Jangan terlalu memarahi kekasihmu itu jika kau tidak ingin putus dengannya lagi" peringat Dahyun
"hm. Aku tahu"
Dahyun mengangguk-anggukan kepalanya lalu berlalu pergi. Dan tanpa sengaja, dia malah berpapasan dengan kekasih sahabatnya itu. Yang terlihat baru keluar dari sebuah club didaerah itu.
"Dahyun?" gadis itu menegurnya.
"eoh? Mina? Chaeyoung sudah menunggumu diparkiran" ucap Dahyun
"oh. Arra. Aku berharap dia tidak memarahiku lagi"
Dahyun terkekeh. "Bilang padaku kalau dia memarahimu. Biar aku yang balas dendam"
Mina ikutan terkekeh. "kau ada-ada saja"
"Kalau begitu segeralah pulang. Sampai ketemu besok"
"baiklah. Hati-hati Dahyun"
10 menit telah berlalu semenjak kejadian itu. Dan Dahyun baru saja kembali dari minimarket. Langkahnya pelan menikmati angin malam sembari memakan ice cream.
Dan tanpa sengaja, matanya menangkap siluet pasangan yang sepertinya sedang bercumbu."aishh. Dasar! Mereka mengotori mataku!" umpat Dahyun.
Merasa sedikit aneh, Dahyun terus menatap pasangan itu. Hingga helaan napas kasar terdengar. "kenapa pria brengsek selalu ada di mana-mana?" ujarnya seraya mendekat.Ditepuknya bahu sang pria. Si pria berbalik menatapnya.
"pria brengsek!"
Bukk...
Sebuah pukulan diarahkan Dahyun.
Dan karena sekali pukulan itupun si pria tersungkur tidak berdaya di tanah.Dahyun mendekati gadis yang terlihat ketakutan itu. "kau tidak apa-apa?"
Si gadis mendongak. "Dahyun?"
Dahyun kaget bukan main. Ternyata gadis yang hampir dilecehkan barusan adalah Sana. Gadis yang selalu bertengkar dengannya.
Dan lebih parahnya, Sana tiba-tiba pingsan.
"Yak! Sana?" Dahyun jadi kalut karena gadis itu tidak juga sadar. Hingga akhirnya Dahyun memutuskan untuk membawanya pulang. Dengan cepat dia membuka pintu mobil Sana dan menggendong gadis itu masuk kedalam.Dengan panik, Dahyun masuk ke tempat mengemudi. Tapi dia tiba-tiba menyadari sesuatu. "Sialan. Aku tidak tau alamat rumahnya!" Dahyun menggerutu sembari menatap Sana yang berada disampingnya."yaa pabo! Kau tinggal di mana?" Dahyun malah bertanya pada Sana yang jelas-jelas tidak akan menjawabnya.
Lama bergelut dengan pikirannya hingga akhirnya tanpa permisi Dahyun merogoh dompet Sana yang berada di dalam tas yang tergeletak di bangku belakang.
Dahyun mengambil sebuah kartu. Jelas terpampang alamat gadis itu. Dengan cepat dia mengemudikan mobil Sana hingga akhirnya mereka tiba di depan sebuah rumah mewah. Gerbang yang terbuka otomatis mengagetkan Dahyun.
Dahyun menjalankan mobil itu masuk berlahan. Tiba di depan teras rumah itu, Dahyun berhenti. Dia turun dan membuka pintu mobil disamping Sana.
"nona Sana?" Suara itu mengambil atensi Dahyun. Seorang pria paruh baya berdiri dibelakangnya.
"maaf. Saya teman gadis ini. Dia mabuk" ujar Dahyun memperkenalkan diri. Dia takut dituduh macam-macam.
"Saya Jung Pyo Gil. Kepala pelayan keluarga Minatozaki" pria paruh baya itu juga memperkenalkan dirinya.
Dahyun mengangguk. "aku akan mengantar Sana ke kamarnya. Beritahukan saja letak kamarnya paman"
"tapi nona...."
"tidak apa-apa paman" ujar Dahyun lalu mengangkat tubuh Sana ala bridal style.
"silahkan lewat sini nona"
Dahyun mengangguk lalu mengikuti kepala pelayan itu dan beberapa saat kemudian, mereka tiba di depan sebuah pintu. Kepala pelayan Jung membukakan pintu itu. Berlahan Dahyun masuk. Sedikit terkejut dengan luasnya kamar Sana. Gadis di gendongannya ini memang luar biasa kaya.
Dahyun menidurkan Sana berlahan diatas ranjangnya. Dia bahkan membukakan high heels gadis itu dan menyelimutinya.
"andai saja kau tenang seperti ini jika bertemu denganku" gumam Dahyun lalu beranjak menjauh. Tapi sebuah erangan menghentikan langkahnya.
Tubuh berbalik. Terlihat Sana turun dari kasurnya sembari menutup mulut.
Dahyun mendekat. Memegang bahu Sana."kau baik-baik saja?"
Sana menatapnya dan...
Ueekkk...
Gadis itu malah muntah di baju milik Dahyun."yaaakk!" teriak Dahyun jijik
Brak..
Pintu kamar Sana terbuka."Sana ada ap– Dahyun?"
Suara itu mengambil atensi Dahyun.
Mata menatap ke arah ambang pintu.
"Jeongyeon unnie?" herannya"Butler Jung tolong panggilkan Bibi Lee untuk membantu Sana" ujar Jeongyeon pada pria paruh baya yang barusan datang.
"baik nona"
Jeongyeon lalu mendekat ke arah Dahyun. Dia juga sedikit jijik melihat muntahan Sana di baju Dahyun. "pergilah ke kamar mandi. Akan ku bawakan baju ganti untukmu"
"Tapi unnie..."
"sudah cepatlah. Itu sangat menjijikan"
Dahyun yang memang merasa resah dengan bau muntahan Sana dengan segera masuk ke kamar mandi gadis itu.
10 menit kemudian, Ia terlihat keluar dari kamar mandi dengan baju yang diberikan Jeongyeon.
Mata Dahyun langsung terpaku pada sosok yeoja berperawakan tinggi itu. Jeongyeon terlihat berada disamping ranjang Sana sembari bersedekap dada. "ayo keluar. Kita harus bicara" ujak Jeongyeon yang masih menatap Sana yang terlelap lalu akhirnya berjalan keluar.
Dahyun mengikuti langkah Jeongyeon.
Di ruang tamu, Dahyun diam tak bersuara. Entah kenapa dia merasa takut. "kau kenal dengan Sana?" tanya Jeongyeon memecah keheningan.Dahyun mengangguk, lalu menatap Jeongyeon. "boleh aku bertanya padamu unnie?" tanya Dahyun. "unnie ada hubungan apa dengannya?" sambungnya tanpa menunggu persetujuan Jeongyeon.
"aku?"
Dahyun lagi-lagi mengangguk-anggukan kepalanya.
"aku tunangannya!"
"apa?"
_Tbc_