Meniup rambut yang jatuh menutupi sedikit wajahnya, gadis dengan seragam biru-putih khas anak SMP itu menghela nafas pelan.
Tapi dia bukan lagi anak SMP, namun calon murid SMA yang sedang dalam masa orientasi, dan dia sedang terkena sial karena datang terlambat. Yang mengakibatkan hukuman datang padanya di saat teman-temannya berada di dalam kelas. Mendengarkan penjelasan dari para pembimbing.
Marina, gadis itu menghela nafas. Dia sudah lelah mencabuti rumput yang tumbuh liar di sekitar lapangan basket.
Keringat membanjiri kening gadis dengan topi kerucut dari kertas dan kalung berbahan dasar karton bertuliskan namanya.
"Lama banget." Marina menoleh, dia menatap salah satu pembimbing mereka yang sedang berdiri dengan tangan terlipat di depan dada. Dari lambang di baju putih abu-abu yang di pakai Kakak pembimbingnya, dapat di simpulkan jika calon Kakak kelasnya itu berada di tahun terakhir.
"Apa lihat-lihat?" Marina cepat membuang muka dan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Cantik sih, tapi galak.
Marina mencabut rumput terakhir di lapangan besar itu, dia cepat-cepat membawa tempat sampah yang telah penuh itu ke tempat pengumpulan sampah yang berada tidak terlalu jauh dari lapangan.
Marina bergegas menuju toilet, mencuci tangannya yang penuh dengan pasir. Cewek itu menatap pantulan dirinya di cermin. Rambutnya sudah berantakan, bahkan keringat masih mengalir di dahinya. Panas terik, yang sejak tadi menemaninya mencabuti rumput membuat keringatnya mengalir.
Marina membuka topi kerucut yang ia gunakan, cepat-cepat dia mengikat rambutnya agar lebih rapi. Lalu memakai kembali topi kerucutnya sebelum keluar dari toilet.
"Lo di hukum?" Marina menoleh kaget, dia mengangguk pelan. Mata Marina menatap orang yang pasti adalah Kakak kelasnya. Ganteng. Kata itu langsung terlintas di kepala Marina.
Marina mengerjab pelan saat Kakak Kelas ganteng itu memberikan sebotol air mineral.
"Hadiah karena lo selesai lakuin hukuman." Kakak Kelas berwajah datar itu lalu berjalan meninggalkan Marina yang masih terpaku dengan botol air mineral di tangannya.
"Padahal, gue belum nanya namanya." Marina terus menatap pungung Kakak kelasnya itu, bahkan saat suara bel berbunyi. Tanda jam istirahat untuk mereka yang sedang dalam masa orientasi siswa baru berbunyi.
Marina meremas pelan botol air minum pemberian Kakak kelasnya itu.
"Makasih, Kak."
. . .
Holaaaaaaaaa ini cerita baru, boleh baca ini langsung boleh baca Versus dulu.
Ini ceritanya Brian, nggak tau bakal seru apa enggak jadi ikutin aja.
Jangan lupa di komen shayyyy..
Start - 26 Mei 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamaeri
Teen FictionBucin. Kalau ada alat untuk mengukur tingkat kebucinan seseorang mungkin Marina akan mendapat nilai sempurna atau mungkin lebih. Soalnya dia terlalu cinta pada Kakak kelasnya yang seperti es krim itu, manis tapi dingin. Tapi Marina suka kok. "Jang...