30. Pindah

3K 307 59
                                    

Sekarang pukul tujuh malam, dan yang Marina lakukan hanyalah berbaring tanpa melakukan apa-apa. Dia masih dirumah Mamanya, sejujurnya dia juga malas untuk pulang ke rumah Papanya. Kehadiran sepupunya membuat ia tidak betah disana.

Ketukan pintu membuat Marina bangkit dari tempat tidurnya, ternyata Starla. Marina kembali menjatuhkan tubuhnya diatas kasur, bahkan memejamkan matanya.

"Mau ikut nggak?" Starla tampak rapi dengan gaun berwarna putih yang dipadukan dengan jaket jins, bertanya pada Marina.

"Kemana?" Marina bertanya tanpa merubah posisi bahkan matanya masih terpejam.

"Ke tempat kerja gue. Gue mau pemotretan." Starla menarik tangan Marina yang membalas dengan decakan kesal, masih dengan keadaan mata tertutup.

"Gue males ke tempat ramai. Kerja aja sana." Marina menarik kembali tangannya, malah memeluk guling.

"Temani ayo, pulang dari situ kita pergi belanja."

"Gue nggak suka belanja." Marina menggeleng kuat.

"Gue dengar idola lo keluar album lagi, emang nggak mau?" Starla tersenyum saat Marina menghela nafas, yang artinya Marina kalah berdebat. "Cepat ganti baju."

"Gue nggak punya baju." Marina duduk, menatap Kakaknya malas. "Ini aja baju kemarin."

Starla menggeleng pelan. "Kasian banget, punya Kakak artis masa adenya pake baju bekas kemarin. Lo mandi, kan?"

Marina menatap Starla datar. "Nggak jadi ikut ah."

"Jangan ngambek adikku sayang." Starla tertawa. "Tunggu disini." Starla berjalan, setengah berlari keluar dari kamar Marina.

"Gue nggak mau pake rok!" Marina berteriak, namun tampaknya Kakaknya itu tidak mendengar atau mungkin mendengar tapi tidak peduli.

***

Dengan rok selutut dan hoodie berwarna soft pink Marina berjalan di belakang Starla yang dengan anggun memasuki sebuah studio foto. Tepatnya studio foto dari sebuah majalah terkenal di tanah air.

"Starla." Sang fotografer langsung mengarahkan Starla untuk make-up. Sedangkan Marina memperhatikan proses pemotretan.

"Kak Manggala?" Manggala yang baru menyelesaikan sesi fotonya menatap Marina kaget.

"Loh, kok lo bisa disini?" Manggala yang menggunakan celana jeans dan kaos yang dipadukan dengan kemeja berjalan mendekat. Tampak sangat berbeda saat ketua Osis itu berada di sekolah.

Marina menggaruk kepalanya. "Temani Kakak gue."

"Gue baru tau lo punya Kakak." Manggala meraih botol air mineral yang tersedia dan meneguknya. "Lo pake rok?" Manggala menatap geli pada penampilan Marina yang tampak feminin, jarang sekali Marina berpenampilan seperti ini.

"Terpaksa, nggak usah lihat gue kayak gitu!" Marina mendorong bahu Manggala kesal, cowok itu malah tertawa.

"Masa gara-gara Brian selamatkan elo mendadak otak lo geser terus lo jadi feminin."

"Selamatkan?" Manggala menghentikan tawanya, sedangkan Marina menegang, dengan mata memberikan isyarat agar Manggala tidak buka suara. "Maksud kamu apa?" Starla menatap Manggala yang mendadak gugup.

"Ah, ini tadi pagi Marina hampir kejatuhan pot bunga, tapi teman saya tolong dia, masih belum ada yang tau siapa yang hampir celakain Marina. Kak Starla kenal sama Marina?" Manggala bertanya, dia menatap Starla dan Marina yang tampak menatapnya tajam setelah dia mengatakan semua itu.

"Siapa teman kamu itu?" Starla tersenyum menatap Manggala.

"Brian."

"Duduk disini, sampai gue selesai jangan buat gerakan tambahan." Starla menetap Marina tajam, dan baru pertamakalinya Marina merasa tidak bisa melawan padahal biasanya dia selalu melawan pada Starla ataupun Asria.

GamaeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang