Marina berjalan memasuki sekolah, tempat yang masih sepi berhubung dia datang agak pagi.
Semalam Manggala memberitahukan jika Brian setuju untuk Marina ajari bermain gitar, tentu saja Marina merasa senang. Dia punya kesempatan emas untuk dapat dekat dengan Kakak Kelas pujaan hatinya.
"Gue nggak percaya lo pacarnya Kak Brian." Langkah Marina berhenti, cewek itu membalikan badan. Marina tersenyum tipis, dia mendapatkan lawan yang kuat ternyata.
"Urusannya dengan lo apa?" Marina menatap Ceria yang tersenyum tipis.
"Kelihatannya Kak Brian nggak suka sama lo, dia sering abaikan elo. Bagaimana bisa dia pacar lo."
Marina mengangguk pelan, dengan senyuman miring cewek itu menjawab. "Kenapa? Lo suka sama Kak Brian?"
Ceria membalas tatapan Marina padanya. "Selama dia belum punya siapa-siapa, siapa pun bebas buat deketin, kan?"
Marina tersenyum lebar, tapi senyumannya hilang begitu saja. Cewek itu menatap Ceria dengan serius. "Itu artinya lo harus langkahi gue dulu untuk dapatkan Kak Brian." Marina tersenyum, lalu menepuk bahu Ceria dan berjalan menuju kelasnya.
Ceria berbalik, menatap pungung Marina yang berjalan menuju kelasnya.
***
Bel istirahat baru saja berbunyi, Brian yang berada di kelas langsung di tarik oleh teman-temannya menuju kantin.
Kata mereka akan ada tontonan menyenangkan jika ada Brian di kantin. Berita tentang Marina memang sangat mudah tersebar. Sekolah kini sedang di penuhi oleh gosip yang mengatakan jika Marina dan Ceria bertanding untuk mendapatkan Brian.
Padahal Brian tidak peduli. Sangat tidak peduli.
Saat Brian baru saja duduk di kursi, Ceria langsung datang dan duduk di samping Brian.
Marina yang melihat itu tentu tidak tinggal diam, cewek itu berjalan menuju meja yang di tempati Brian.
"Aku punya lagu buat Kakak." Marina menatap Brian yang menghela nafas pelan. "Ini lagi dari dalam hatiku.."
"Lo bisa nyanyi?" Ceria menatap Marina dengan senyuman tipis.
"Semua orang bisa nyanyi, cuma ada yang suaranya bagus ada yang enggak." Marina tersenyum hingga lesum pipinya terlihat.
"Sikat, Mar!" Lakshan berteriak heboh.
"Mar, Mar. Kakak kira nama gue Marwan?" Marina melempar tempat tisu ke arah Lakshan yang di tangkap sigap oleh cowok itu.
"Lagu yang gue nggak ngerti coba lo nyanyi." Lakshan menaik turunkan alisnya.
"Males, gue jadi males nyanyi." Marina melipat tangannya di depan dada. Tapi matanya menangkap Ceria yang tampak hendak menepuk bahu Brian. Dengan sangat sigap, Marina menepis tangan cewek itu.
"Nggak boleh pegang-pegang, ada undang-undangnya." Ceria menarik tangannya kembali. Mengusap pungung tangannya.
"Mana yang sakit, sini." Manggala yang duduk berhadapan dengan Ceria menarik tangan cewek itu. Dia mengusap pungung tangan Ceria yang agak memerah.
"Dia jahat banget." Ceria mengadu pada Manggala tapi si pelaku malah menjulurkan lidah dengan tidak peduli.
"Cengeng." Marina tersenyum mengejek.
Brian yang berada diantara kedua cewek itu menghela nafas. Brian beranjak, membuat semua orang di meja itu menatapnya, tapi dia tidak peduli.
"Kak Ian mau kemana?" Marina beranjak dari tempatnya, cewek itu mengejar Brian yang berjalan keluar dari kantin.
Ceria ingin beranjak tapi Manggala menahan tangannya, membuat cewek itu kembali duduk di tempatnya.
"Kakak mau kemana?" Marina berjalan bersisian dengan Brian yang hanya berjalan lurus dengan wajah datar. "Kak Ian."
Brian menghela nafas. "Gue mau ke toilet." Cowok itu lalu berbelok dan masuk ke dalam toilet.
Marina menggaruk pipinya dengan bibir bawah yang dimajukan karena kesal.
"Kak Ian ih."
***
Ceria menatap Brian yang sedang bermain basket dengan sangat lihat, bagai dia lah bintang di lapangan. Walau kenyataanya memang seperti itu, si kapten basket yang selalu dapat perhatian. Entah karena permainannya atau karena wajahnya yang dapat memikat banyak perempuan, walau wajahnya selalu datar.
"Jadi, lo beneran naksir sama Kak Brian?" Hanin teman baik Ceria bertanya, cewek itu ikut memperhatikan Brian yang bermain basket dengan sangat lincah.
Ceria mengangguk. "Hem. Tapi cewek itu ganggu terus."
"Siapa?" Hanin menatap Ceria yang diam menatap lurus ke depan. "Marina? Dia kan emang ganjen, kegatelan sama Kak Brian dari dulu. Nggak tau malu." Hanin meminum air mineral yang sejak tadi ia pegang.
Saat ekskul basket sedang berlatih pasti selalu ada suporter dadakan, entah dari ekskul lain atau beberapa murid yang sengaja datang hanya untuk menonton.
"Biasa aja dong lihatnya, awas bola mata lo keluar." Ceria menoleh, menemukan Marina yang berdiri beberapa meter darinya. Cewek itu menatap Ceria dengan senyuman miring, senyuman yang sering di berikan Marina padanya.
Ceria tersenyum. "Gue lihat biasa aja kok."
Marina mengangguk beberapa kali, cewek itu menatap Brian yang mengenakan seragam basket sedang bermain lalu menatap Ceria. "Jangan terlalu banyak berharap, kadang harapan ada bukan untuk jadi nyata. Cuma jadi halusinasi." Marina tersenyum, cewek dengan tas gitar berada di punggungnya itu berjalan menjauh.
"Songong banget sih." Hanin yang melihat tingkah Marina menatap tidak suka pada gadis itu. "Nggak cantik-cantik amat juga."
Ceria diam, cewek itu hanya menatap pungung Marina yang menghilang saat memasuki ruang musik.
. . .
Makin panassssss...
Komen jangan lupa...
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamaeri
Teen FictionBucin. Kalau ada alat untuk mengukur tingkat kebucinan seseorang mungkin Marina akan mendapat nilai sempurna atau mungkin lebih. Soalnya dia terlalu cinta pada Kakak kelasnya yang seperti es krim itu, manis tapi dingin. Tapi Marina suka kok. "Jang...