1. Sang Kakak Kelas

7.3K 542 22
                                    

Dengan wajah malas, seorang gadis dengan seragam berlengan panjang dan rok lipit abu-abu selutut berjalan. Gadis itu menguap saat sampai di gerbang sekolahnya.

Namanya Delphiniumarina Janelis Parmayuda, panjang? Singkatnya, panggil saja ia Marina. Bukan marina yang di televisi loh.

Sebenarnya hari ini ia tak ingin masuk sekolah, namun jika dia tidak masuk hari ini dia akan rindu pada Kakak kelasnya yang tersayang.

"Kak Ian!" Marina menemukan seorang cowok yang sedang berjalan di koridor dengan jaket biru melapisi baju seragamnya. Marina bergegas menuju Kakak kelasnya itu. "Pagi, Kak."

Sang Kakak kelas hanya menatap lurus, masih berjalan. Cowok itu hanya mengangguk tanpa ingin bersusah payah membuka suara hanya untuk membalas ucapan Marina.

"Hari ini pelajaran apa aja, Kak?" Marina membuka percakapan lagi. Tetapi di tanggapi dengan diam. "Aku ke kelas dulu deh, bye Kak. Jangan rindu aku." Marina mengedipkan sebelah matanya dengan genit sebelum berlari menuju kelasnya.

Gaellene Abrian Dyaksa, hanya dapat menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Adik kelas sinting itu selalu saja menempel padanya, padahal Brian berusaha untuk selalu mengabaikan gadis itu.

***

Marina memainkan sepatunya, sejujurnya ia sudah sangat kepanasan dan rasanya ingin berteriak pada guru BP di depannya jika dia kepanasan, tapi masalahnya mulut guru itu tidak kunjung berhenti mengomel. Padahal yang Marina lakukan hanya hal kecil.

"Kamu dengar apa kata saya?" Marina mengangguk. "Capek saya ngomong sama kamu, saya akan laporkan kamu ke kepala sekolah."

Marina memutar bola matanya. "Lapor aja, Pak."

"Eh, kamu melawan saya?" Wajah marah guru BP itu memmuat senyum masam di wajah Marina. "Pokoknya keliling lapangan lima kali, kalau tidak nilai sikap kamu akan saya kurangi lagi!"

"Iya, Pak!" Marina berbalik, mulai berlari mengitari lapangan besar itu dengan lari kecil. Marina melirik, guru itu sudah pergi. Membuat Marina berjalan untuk menyelesaikan hukumannya.

Padahal, Marina hanya tak sengaja mengerjai salah satu Kakak kelasnya yang ganjen pada Brian-nya. Marina benci jika ada perempuan lain yang dekat pada Brian-nya selain dirinya.

"Kak Ian!" Marina melambaikan tangannya pada Brian yang tengah berjalan menuju Perpustakaan bersama teman-temannya. Brian mengalihkan pandangannya tempat lain.

Marina sedikit kecewa, tetapi cewek itu tetap melanjutkan hukumannya hingga selesai.

Nafas gadis itu memburu, tetapi tak mengurungkan niatnya untuk menuju perpustakaan. Tempat sang pujaan hati sedang berada, bahkan mengabaikan ucapan guru BP-nya tentang kepala sekolah.

Bodo lah.

"Bukannya kamu lagi di hukum?" Marina hanya menyengir lebar pada guru yang menjaga perpustakaan. "Ganjen ya kamu." Di cubitnya lengan Marina.

Marina mengusap lengannya yang di cubit. "Ganjen apa sih, Bu." Bibir Marina maju beberapa centi.

Guru bahasa indonesia yang kekinian walau dengan umur yang tidak lagi muda itu menatap Marina dengan tatapan mengejek. "Kayak saya nggak tau kamu saja. Pasti kamu mau lihat Gaellene, kan?"

Marina menyengir lebar. "Ibu peramal, ya?"

Para guru memang memanggil si jenius berwajah ganteng itu dengan panggilan Gaellene, sedangkan yang seumuran memanggil Brian.

Bu Raian berdecak. "Kayak nggak tau kamu saja." Marina menggaruk tengkuknya dengan senyuman bodoh. "Boleh, tapi jangan ribut. Saya panggil kepala sekolah kalau kamu bertingkah."

Marina mengacungkan kedua ibu jarinya. "Tenang aja, Bu. Saya setengah ninja, Ibu bahkan nggak bakal sadar kalau saya ada di sini."

Bu Raian berdeham tidak peduli, guru wanita itu lebih memilih duduk di salah satu meja sambil membaca buku tebal yang diambil dari salah satu rak.

Marina melayangkan matanya guna mencari keberadaan Kakak kelas yang menjadi pujaan hati dan jiwa raganya. Marina menemukan Brian berada di salah satu meja bersama lima temannya yang terlihat bermain game secara diam-diam.

Marina bergegas mendekat, kemudian duduk di samping Brian yang sedang menulis, membuat cowok itu menoleh kaget.

Brian berdecak melihat wajah tidak bersalah Marina. Cengiran lebar gadis itu membuat Brian membuang nafas kesal.

"Bukannya lo di hukum?" Axiel, teman Brian yang duduk tepat di hadapan Marina bertanya.

"Cuma tiga putaran aja sih. Ini aja masih capek." Marina menjatuhkan kepalanya di atas meja yang di penuhi buku. "Nggak ada yang bawa minum?"

"Ada larangan untuk tidak membawa makanan ke dalam perpustakaan." Manggala bersuara, sebagai Ketua Osis yang baik ia harus menegakan semua peraturan yang ada.

Marina tersenyum meremehkan. "Ada juga larangan jangan main game di jam pelajaran, tapi banyak tuh yang lain." Marina tersenyum menyebalkan.

Merasa di sindir, Manggala yang juga ikut bermain menyimpan ponselnya di dalam saku dan meraih buku-buku yang tadinya ia abaikan.

Marina tersenyum menang, gadis itu beralih pada Brian yang begitu tenang dalam menjawab soal-soal yang ada. "Tugasnya banyak, Kak?"

Brian mengangguk. "Karena itu jangan ganggu gue."

Suara tawa di tahan berasal dari Lakshan dan Ikhsan membuat Marina menatap tajam dua Kakak kelasnya itu.

"Paan sih." Ketus gadis itu kesal.

"Berharap banget Brian respon baik-baik." Lakshan tersenyum dengan wajah menyebalkan, membuat Marina ingin sekali mencakar wajah cowok itu. "Nggak level kali."

"Bumi terbalik kalo kalo Brian baik sama lo." Ikhsan menambahkan. "Cantik sih, tapi bego buat apa?"

"Kalo gue pintar gimana?" Balas Marina sewot. "Kalian mau ngapain?" Tantang Marina.

Lakshan hampir saja tertawa jika tidak sadar sedang berada di perpustakaan.

"Lo? Pintar? Bukannya kerajaan lo cuma bikin masalah ya?" Marina menggigit bagian dalam pipinya. "Kalaupun nilai lo bagus, paling hasil nyontek."

"Kalo enggak gimana?" Marina menatap Lakshan. "Kalo gue dapat nilai bagus, gimana?"

Lakshan tampak berfikir. "Kalo lo dapat nilai bagus, gue bakal traktir lo seminggu di kantin, tapi..." Lakshan menggantungkan ucapannya. "Kalo lo kalah, lo harus jadi anak baik selama seminggu dan jauhi Brian."

"Enggak mau!" Marina menggeleng, menolak tegas. "Enak aja gue jauh-jauh dari Kak Ian."

"Kalo gitu jadi anak baik aja."

Marina mengangguk. "Oke. Besok gue ada ulangan matematika, lihat aja nilai gue maka sempurna."

Lakshan tersenyum. "Hm, gue percaya deh."

. . .

Hayoooo, mana komennya?? Masih awal, konflik belum seru-seru amat..

GamaeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang