Ini masih pagi, tapi Marina sudah merasa kepanasan. Bahkan jika bisa dia ingin sekali berlari keluar dari kelasnya dan mencakar Ceria yang berjalan bersama Brian entah kemana. Jika saja dia tidak sedang belajar.
Krak!
Pensil yang seharusnya Marina gunakan untuk menulis patah, pensil tidak bersalah itu harus kena imbas karena emosi Marina yang tertahan.
"Delphinium, kamu kenapa?" Marina menoleh, dia menyengir ke arah guru matematika.
"Enggak, Bu. Cuma kurang enak badan aja." Marina tersenyum.
"Perlu ke UKS?"
Marina menggeleng. "Enggak, Bu."
Guru matematika itu mengangguk. "Kalau tidak sehat langsung ke UKS saja."
Marina mengangguk. "Iya, Bu."
Amelita yang duduk bersebelahan dengan Marina tersenyum penuh makna. "Pasti lo cemburu lihat Kak Brian sama Ceria."
Marina tersenyum masam. "Apa lagi yang buat gue sampe matahin pensil kalo nggak karena Kak Ian."
"Lo terlalu bucin sih." Joseline yang duduk di depan Marina dan Amelita bersuara.
"Lo nggak tau masalah cinta, diam aja." Amelita mengomeli Joseline yang tampak tidak peduli.
"Ceria makin gencar, lo harus bergerak cepat, Mar." Amelita menatap Marina yang mengangguk.
"Jangan panggil gue 'Mar', Rina jangan Mar. Gue nggak suka dengarnya."
"Kan emang nama lo."
"Bisa yang lain, nama gue panjang."
"Lebih enak Mar."
Marina hanya bisa tersenyum masam.
***
Sejak tadi adik kelasnya yang bernama Ceria yang katanya rival Marina untuk memperebutkan dirinya mengikuti kemana pun dia pergi.
"Kakak suka baca buku?" Ceria bertanya, cewek itu menatap Brian yang membaca buku dengan tenang di perpustakaan. Guru mata pelajaran Brian berhalangan masuk. Sebagai murid yang lebih memanfaatkan waktu Brian tentu lebih memilih membaca buku daripada bermain di kelas. Tidak seperti teman-temannya.
"Dia mah kutu buku." Si ketua Osis yang ikut mengekori Brian karena keberadaan Ceria, tentu saja. Brian tau jika Manggala menyukai Ceria, tapi entah bagaimana Ceria malam menyukainya. Membuat semua semakin rumit.
Ceria tersenyum, menatap Brian yang sangat fokus pada bukunya. Dia tidak tertarik untuk sekedar melirik Ceria yang tersenyum manis, atau Manggala yang mencari perhatian Ceria.
"Baca buku apa?" Brian menoleh, menemukan Marina yang duduk di sampingnya dengan senyuman yang membuat lesum pipi gadis itu terlihat di pipi kanannya.
Brian menghela nafas. Kenapa pengganggu satu ini harus muncul. Brian hanya memerlukan tempat yang tenang.
Brian beranjak, tidak peduli pada Ceria yang bertanya atau Marina yang mengikutinya hingga ke taman sekolah. Berhubung bel istirahat sudah berbunyi, Brian bebas kemana saja.
"Kita latihan lagi nanti?" Marina bertanya, cewek itu masih setia mengikuti Brian dari belakang. "Harusnya aku minta nomornya Kakak, supaya kita bisa komunikasi begitu."
Brian memang tidak pernah memberikan nomornya ke sembarang orang, bahkan hanya teman-teman terdekatnya saja yang memiliki nomor ponselnya.
Marina mengecutkan bibir, walau sudah terbiasa diacuhkan tetap saja ada rasa kesal karena selalu dihiaraukan oleh Kakak kelasnya itu.
Brian berjalan seakan tidak mendengar ucapan Marina, dia memilih duduk di salah satu kursi yang ada di taman sekolah yang tentu di ikuti oleh Marina.
"Kakak besok sibuk nggak?"
Brian melirik, tapi lalu mengalihkan pandangnya. "Hm."
Marina menggigit bibir bawahnya. "Padahal aku mau ajak Kakak jalan-jalan."
Brian tidak menoleh, lebih memilih menatap ke atas. Menatap pohon besar yang menaungi tempat mereka sekarang.
"Kakak jangan dekat-dekat sama si Ceria itu ya."
Brian melirik, tapi lalu memutar bola matanya malas. "Bukan urusan lo."
Marina mengecutkan bibirnya kesal. Dia hanya ingin menjaga Kakak Kelas pujaan hatinya agar tidak dekat-dekat dengan Ceria. Karena itu membuatnya sedikit cemburu.
"Aku nggak suka." Brian menoleh, menatap Marina yang menunduk dengan tangan yang terkepal. "Bisa?" Marina menatap Brian yang juga menatapnya. Mata keduanya bertemu.
Brian mendengkus, cowok itu berdiri sedangkan Marina masih duduk dengan kepala mendongak menatap Brian yang memasukan tangannya ke dalam saku.
"Gue dekat dengan siapa, bukan urusan lo. Lo itu cuma pengganggu aja." Brian tersenyum sinis. "Kenapa juga lo harus dekat-dekat gue lagi? Risih tau nggak. Jijik gue lama-lama." Brian berjalan meninggalkan Marina yang tetap menunduk.
***
Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, Marina yang tadinya sedang mengantuk langsung segar bugar.
"Lo mau ikut nggak?" Amelita bertanya pada Marina yang memasukan barang-barangnya ke dalam tas.
"Kemana?"
"Makan-makan di rumah gue, Mama gue baru pulang bawa oleh-oleh banyak banget." Amelita memang memiliki orang tua yang sering bepergian keluar negeri, tidak mengherankan jika pulang selalu membawa banyak oleh-oleh khas dari negara lain.
Marina ingin mengatakan iya, tapi dia ingat jika harus mengajari Kakak kelasnya untuk bermain gitar.
"Datang jam berapa aja, gue tau lo mau ajarin Kak Brian main gitar." Seakan tau isi kepala Marina, Amelita menepuk bahu temannya itu. "Gue tunggu."
Marina tersenyum. "Oke, secepatnya gue bakal ke rumah lo."
Amelita mengangguk. Marina segera berlari keluar saat melihat Brian bersama teman-temannya.
"Jadi latihannya, Kak?" Marina bertanya begitu sampai di hadapan Brian.
Brian mengangguk, cowok itu berjalan melewati Marina begitu saja. Membuat cewek itu mengecutkan bibir.
"Nggak cocok, jelek!" Ishan langsung menghina apa yang Marina lakukan. "Jijik kalo lo yang gitu."
Marina menatap tajam Ishan, yang tentu saja tidak berpengaruh pada cowok ini.
"Jangan gitu, Marina itu aslinya cantik." Axiel merangkul bahu Marina. "Kalo dilihat dari rooftop sekolah."
Marina memukul Axiel, tapi dengan sigap cowok itu mengelak. Membuat cowok itu tertawa.
"Jangan gitu, ini ade kelas kesayangannya Brian." Lakshan tentu tidak mau ketinggalan. "Tapi bohong." Cowok itu lalu tertawa.
Marin mendengkus, dia berlari mengejar Brian yang sudah terlebih dahulu sampai di parkiran.
"Kita mau latihan dimana? Aku nggak bawa gitar." Brian mengabaikan, cowok itu lebih memilih memakai helmnya.
"Lo naik taxi ikuti gue, nanti gue bayar. Gue nggak mau boncengan sama lo." Brian melirik Marina yang hanya mengangguk lesu, padahal dia mau memeluk Brian dari belakang kalau di bonceng.
Tapi, yang namanya Brian memang begitu. Tegaan orangnya.
. . .
Brian nyebelin nggak? Atau kurang nyebelin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamaeri
Teen FictionBucin. Kalau ada alat untuk mengukur tingkat kebucinan seseorang mungkin Marina akan mendapat nilai sempurna atau mungkin lebih. Soalnya dia terlalu cinta pada Kakak kelasnya yang seperti es krim itu, manis tapi dingin. Tapi Marina suka kok. "Jang...