12. Sedikit Lebih Dekat

2.9K 324 5
                                    

Sebagai salah satu pengurus Osis, Brian tentu memiliki jam sibuk untuk organisasi sekolah itu. Kadang rapat kadang pula harus melakukan sesuatu.

Seperti sekarang, mungkin bel pulang sudah berbunyi dari dua jam yang lalu. Dan rapat yang berlangsung sejak dua hal yang lalu ini belum juga berakhir.

"Rapat hari ini selesai." Walau terlihat tidak bertanggung jawab, Manggala akan berubah total saat dia menggunakan sisi ketua Osisnya. Cowok itu akan berubah tegas.

Brian bangkit dari tempat duduknya sejak tadi, ruang Osis yang di beri AC menjadi poin yang membuat beberapa murid lebih memilih berada di dalam ruangan itu beberapa menit sebelum keluar. Satu hari ini cuaca terasa sangat terik.

"Cari makan yuk? Gue laper." Axiel duduk di salah satu kursi, cowok itu mengusap perutnya.

"Traktir, ya?" Ishan menaik turunkan alisnya.

"Lo kira uang gue sebanyak upil Manggala sampe bisa traktir lo." Axiel mendengkus, tapi dia tidak peduli bahkan saat tatapan Manggala yang tajam mengarah padanya.

"Gimana kalo kita makan di tukang jual sate dekat rumah Brian? Di situ enak." Radeva, sebagai wakil ketua Osis yang baik dan sebagai orang yang tidak ingin mendengar perdebatan tidak masuk akal kedua temannya, akhirnya memberikan usul.

"Itu Marina bukan sih?" Lakshan yang sejak tadi berdiri di depan jendela menunjuk seorang gadis yang tidur di salah satu kursi taman sekolah dengan telinga di sumpal oleh earphone.

Brian yang tadinya sibuk merapikan kursi menoleh, dia lupa jika dia memiliki janji untuk berlatih gitar pada cewek bar-bar itu.

"Ajak aja dia ikut makan." Ishan memberikan usul yang langsung mendapatkan tatapan protes dari Brian. Tapi seakan tidak melihat, Ishan malah bangkit dan berjalan keluar dari ruang Osis.

Ishan berhenti tepat di depan Marina yang menutup matanya sambil mendengarkan lagu. Cewek itu tidak menyadari kehadiran Ishan yang menahan tawanya saat Brian datang mendekat.

Brian menatap tajam Ishan yang menjulurkan lidahnya, mengejek. Bahkan dengan sengaja hendak menarik earphone Marina. Sedangkan cewek itu tetap tenang, tidak mendengar suara kecil yang di hasilkan oleh Ishan atau Brian.

"Jangan!" Brian melotot menatap Ishan yang membuat wajahnya tampak jelek, mengejek Brian.

"Kalian ngapain?" Keduanya menoleh saat mendekat suara yang berasal dari tengah. Diantara mereka berdua. "Muka Kak Ishan jelek banget." Marina mengejek wajah Ishan yang masih dalam mode jelek.

Ishan merubah ekspresinya, dengan sengaja menarik satu earphone yang talinya sudah ia pegang sejak tadi.

Marina bangkit, cewek itu menguap. Tadi dia hampir saja tertidur, jika tidak mendengar suara aneh yang bukan berasal dari lagu yang ia dengar.

"Kakak ngapain?" Marina melirik Brian yang masih berdiri di belakang kursi, cowok berwajah datar itu menatap Marina. "Aku tau, Kakak tadi mau cium aku, 'kan? Tapi Kak Ishan halangi, jujur, iya, 'kan?" Marina tersenyum dengan pedenya.

"Terserah." Brian berdecak, cowok itu berjalan masuk ke dalam ruang Osis.

"Kak Ian pasti malu." Marina menarik satu lagi earphonenya, lalu menghentikan lagu yang sejak tadi ia dengarkan. "Kenapa senyum gitu?" Marina menatap bingung Ishan yang tersenyum geli.

"Kalian berdua itu lucu, yang satu pedenya luar biasa yang satu lagi malas tau." Ishan berdiri, membuat Marina juga ikut berdiri. Cewek itu menggendong tasnya. "Ayo ikut, gue sama yang lain mau pergi makan. Gue traktir."

"Beneran?" Mata Marina seketika berbinar. "Ini baru Kakak Kelas yang baik. Ayo!" Marina menarik tangan Ishan menuju ruang Osis yang baru saja di kunci oleh sang Ketua Osis.

GamaeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang