Toko roti yang juga merangkap menjadi kafe adalah tujuan Starla, banyak yang langsung menyerbu hanya untuk meminta foto atau tanda tangan Starla yang tentu di ladeni dengan baik.
Sedangkan Marina yang merasa tersingkir lebih memilih melihat-lihat roti dan kue-kue yang di sajikan.
"Mbak, ada cake cokelat enggak?"
"Habis mbak, tinggal roti cokelat yang ada." Marina sedikit kecewa namun, dia tidak mungkin menaksa.
"Roti cokelat yang itu mbak, lima." Marina menunjuk salah satu dari beberapa roti yang di rekomendasikan.
"Kamu pesan apa?" Marina menoleh, tampaknya telah selesai dengan urusan fans. lebih tepatnya para satpam menghalangi agar Starla si bintang yang sedang naik daun dapat membeli di toko mereka dengan leluasa.
"Emang enak ya tiap kemana ada yang kenal? Di kerumuni kayak gitu." Starla tersenyum menatap sang adik yang memperhatikan kerumunan yang perlahan mengalah dan memilih kembali ke tempat masing-masing.
"Itu resiko jadi publik figur." Starla tersenyum. "Kamu pesan apa?"
"Roti cokelat."
"Cheese cake masih ada nggak ya? Kak Asria titip itu soalnya." Starla menunjuk beberapa kue dan roti, lalu sebuah cheese cake yang tampak baru saja matang.
Pesanan Marina dibayar oleh Starla, dan dengan bantuan beberapa karyawan kue serta roti pesanan artis tenar itu dibawa masuk ke dalam mobil.
"Banyak banget." Marina memperhatikan kantung plastik yang mungkin lebih dari sepuluh dan beberapa kotak kue yang berada di jok belakang mobil Starla.
"Kak Asria sih bilang cuma mau bagi-bagi ke perawat, dokter atau nggak staf yang malam ini lembur. Tapi yang enggak juga tetap dapat sih. "
"Biasanya gini juga?"
"Kadang-kadang." Starla memarkirkan mobilnya. "Gue telefon dulu, nggak mungkin kita berdua bawa ini semua."
Marina hanya mengangguk, gadis itu menatap keluar jendela. Marina membuka pintu mobil dan berlari saat sampai di depan parkiran. Membuat Starla meneriaki adiknya itu.
"Kenapa?" Starla ikut keluar dan berlari.
"Kasian." Seekor anjing kecil berbulu hitam dengan luka hampir di seluruh leher dan kaki anjing kecil itu membuat Starla bergindik.
"Buang, jorok." Starla meringis jijik sekaligus ngeri melihat luka di tubuh anjing itu, bahkan satu telinga anjing itu terlihat terluka juga.
"Dia juga makhluk hidup, Kak." Marina membuka plastik yang masih ada di tangannya, membuka satu roti dan memberikan pada anjing kecil yang langsung memakan dengan lahap. "Dia kurus."
"Kalian ngapain disini?" Starla dan Marina menoleh. "Apa itu?"
"Anjing kecil, kasian dia luka-luka." Marina mengusap bulu anjing berwarna hitam yang masih sibuk makan itu.
"Semua sudah dibawa satpam, kamu bawa anjingnya. Biar Kakak obati." Marina mengangguk dia menggendong anjing kecil yang tampak tidak menolak saat Marina gendong. Marina menyapa beberapa dokter serta perawat yang berjaga saat melewati kumpulan orang berbaju putih itu.
Ruangan Asria masih sama, Marina meletakan anjing kecil itu di atas meja Asria sedangkan si artis papan atas memilih duduk di brankar yang biasa digunakan memeriksa pasien. Asria memakai sarung tangan lateks dan mulai mengobati anjing kecil yang tampak kesakitan saat lukanya di bersihkan.
"Kayanya dia di tabrak." Marina mengangguk, mengiyakan ucapan Asria. "Kamu suka hewan?" Asria menatap Marina.
Marina mengangguk pelan. "Gue nggak suka lihat hewan luka, kasian. Bahkan rasanya manusia itu kejam, siksa hewan mentang-mentang nggak melawan." Mata Marina tidak lepas menatap Dogi yang tampak beberapa kali bergerak tidak nyaman karena lukanya baru dibersihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamaeri
Teen FictionBucin. Kalau ada alat untuk mengukur tingkat kebucinan seseorang mungkin Marina akan mendapat nilai sempurna atau mungkin lebih. Soalnya dia terlalu cinta pada Kakak kelasnya yang seperti es krim itu, manis tapi dingin. Tapi Marina suka kok. "Jang...