Khansa Alea

28 20 2
                                    

Dua minggu sudah berlalu sejak Shawn bertemu dengan gadis cantik di taman belakang sekolah. Cowok itu sebenarnya sudah mulai melupakan kejadian tersebut mengingat banyak cewek lain yang berada di sekelilingnya, tapi apa yang dilihatnya di lapangan basket pagi ini kembali membuatnya teringat bahwa ada satu sosok gadis cantik yang pernah membuatnya terpesona.

Pagi itu, Shawn sedang dihukum oleh guru BP melakukan scottjam karena datang terlambat ketika tanpa sengaja tatapannya tertumbuk pada seorang gadis yang berjalan melintasi lapangan.

Bukannya itu dia, gadis yang kulihat di taman belakang sekolah waktu itu, batin Shawn yang matanya tak lepas dari sosok gadis itu. Gerakan scottjamnya melambat karena fokusnya tertuju pada makhluk ayu tersebut.

"Shawn!!" gertak pak Robert. "Kamu mau bapak tambahin hukuman scottjamnya, heh?!"

"E-eh.. jangan, Pak."

"Ya sudah, yang benar melakukan scottjamnya!"

Ah.. kenapa, sih, cewek itu muncul di saat yang nggak tepat seperti ini, gerutu Shawn dalam hati. Dan akhirnya dia pun harus kembali merelakan gadis incarannya hilang dari pandangan.

Jam istirahat pertama di kantin..

"Eh, gila, Lo, beli sendiri kenapa, sih, main nyerobot minuman orang aja bisanya!" protes Desta pada Shawn yang tiba-tiba nongol trus main minum aja es teh manisnya.

"Alah, pelit amat, bagi dikit doang!"

"Dikit darimana, heh, udah habis setengah gelas, Lo bilang dikit doang," omel Desta.

"Ssstt.. udah jangan berisik, mau tahu enggak, tadi tuh aku ketemu lagi sama cewek yang pernah ngomelin aku itu," kata Shawn yang kali ini mencomot pisang gorengnya Desta.

"Waahh.. nih, anak, cerita sih, boleh aja, Boy.. tapi jangan pake ngambilin milik orang, dong!"

"Sama teman itu harusnya berbagi, jangan pelit kayak gitu." Dengan entengnya Shawn berkata sambil mulutnya sibuk mengunyah pisang goreng.

"Terserah, Lo, deh.." Desta udah kehilangan akal buat ngomelin temannya itu. "Trus gimana urusan sama cewek itu, udah berhasil kenalan?" sambung Desta yang tak urung penasaran juga.

"Gimana mau kenalan, kalau pas dia lewat aku lagi kena hukuman scottjam sama pak Robert," keluh Shawn.

"Hahahahahaaa.. syukurin! Kayaknya emang tuh cewek nggak ditakdirin buat berjodoh sama Lo, deh. Itu tandanya Tuhan sayang sama cewek tersebut, makanya dijauhin dari cowok kayak lo!

"Sialan," gerutu Shawn.

"Shawnnnn.. aku cariin di kelas, ternyata udah duluan ke sini." Seorang cewek datang menghampiri Shawn dan langsung duduk di sampingnya.

"Tuh, gebetan lo nyamperin. Urusin aja yang ini daripada pusing-pusing nyariin yang susah buat diraih," bisik Desta.

"Ngomongin apaan, sih, Des?" Cewek yang ternyata gebetannya Shawn itu pun dibuat penasaran melihat temannya itu membisikkan sesuatu kepada Shawn.

Shawn refleks menginjak kaki Desta.

"Anjiirrr.. sialan, Lo, Shawn!" maki Desta meringis menahan sakit.

"Enggak.. tuh, si Desta bilang, kamu cantik hari ini." Shawn mengalihkan perhatian Oryza-gebetannya itu. Alhasil pujian 'semu' itu berhasil membuat si Oryza tersenyum-senyum sendiri.

"Ntar pulang sekolah nonton, yuk, Shawn," ajak Oryza.

"Nonton? Emang ada film bagus yang lagi diputar?" tanya Shawn.

"Iya. Kan, film Dilan 1991 udah mulai diputar di bioskop, Shawn. Kita nonton, yah," kata Oryza manja.

Mendadak perhatian Shawn teralih saat dari arah pintu, dilihatnya sosok gadis cantik yang sudah berhasil mengobrak-abrik hatinya belakangan ini memasuki kantin. Refleks Shawn menyikut siku Desta dan memberi isyarat lewat mata.

"Anjiirrr.. cantik banget," puji Desta.

Lagi-lagi Shawn menginjak kaki Desta.

"Sialan, Lo! Sakit tahu?!"

Oryza yang mendengar Desta memuji seseorang pun spontan mengikuti arah pandang temannya tersebut. "Oh, cewek itu," gumamnya.

"Kamu kenal?" Spontan Shawn bertanya pada Oryza dan gadis itu terlihat tidak suka ketika cowok gebetannya itu menanyakan sosok yang baru saja memasuki kantin tersebut.

"Kenapa? Jangan bilang kamu suka?" Dengan ketus Oryza menyahut.

"E-eh.. enggaklah! Kamu itu jangan suudzon gitu, dong." Shawn berkilah.

"Emang itu cewek siapa, Za? Anak kelas mana? Perasaan gue belum pernah lihat dia sebelumnya." Desta mengambil alih keadaan, karena sebenarnya dia sendiri juga dibuat penasaran sama cewek cantik tersebut.

"Dia itu anak baru, pindahan dari Bandung," jawab Oryza. "Anak kelas 11 IPA-2," sambungnya.

"Kalian kenapa, sih, ngelihatin cewek itu, mulu?!" Oryza dibuat kesal saat dia melihat dua cowok itu masih saja memperhatikan cewek baru itu. Kurang cantik gimana coba dirinya, sampai dua makhluk ini masih saja melihat cewek itu, gerutu Oryza dalam hati.

"Siapa namanya?" Desta kembali  bertanya, sementara Shawn memilih diam. Cari aman.

"Khansa. Khansa Alea."

"Ccckkkckkk.. namanya juga secantik wajahnya," gumam Desta yang kontan mendapat lirikan sadis dari Shawn.

Berani-beraninya temannya itu ikut mengagumi gadis incarannya tersebut, batin Shawn geram.

"Shawn!" seru Oryza.

"Kenapa, sih, Za?" kalem Shawn.

"Jadinya gimana, mau kan kita nonton sepulang sekolah?" tanya Oryza lagi.

"Mmm.. lihat ntar aja, ya," jawab Shawn enggan. Pikirannya sedang terpusat kepada sosok gadis cantik yang bernama Khansa Alea.

"Iisshhh.. kamu nyebelin!" omel Oryza sambil berdiri, beranjak meninggalkan Shawn dan Desta. Kedua cowok itu saling berpandangan ketika Oryza memutuskan untuk pergi dari situ.

"Boy, lo bakalan diem doang di sini atau mau nyamperin dia?" tanya Desta ketika dilihatnya Shawn hanya diam terpana memandangi Khansa.

"Kalo elo cuman diem gini, gue yang bakalan nyamperin tuh cewek!" ancam Desta.

"Eitss.. enak aja! Itu cewek gebetanku, jangan sembarangan main deketin dia, ya!" sewot Shawn.

"Ya udah, buruan sana deketin dia, keburu ngilang lagi baru tahu rasa, Lo."

Tanpa disuruh dua kali, Shawn berdiri hendak menghampiri Khansa yang tengah asyik mengobrol dengan teman ceweknya. Tapi langkahnya tertahan ketika tiba-tiba datang seorang cowok menyapa gadis itu.

"Sialan!" umpat Shawn. "Si Aldo ngapain tuh, sok kegantengan nyamperin Khansa," tunjuknya pada Desta.

"Huahahahahaaa.. elo, sih, kelamaan! Atau emang dasarnya Khansa bukan rezeki, Lo!" seloroh Desta.

Shawn hanya mampu menatap tajam ke arah meja di mana Khansa sedang menanggapi Aldo-ketua OSIS SMA Pelita.

Nggak bener, nih, pasti Aldo lagi pedekate sama Khansa, geram Shawn dalam hati.

Dada Shawn seketika seperti terbakar bara cemburu saat dilihatnya Khansa tersenyum riang bersama Aldo. Dan kesempatan Shawn untuk mendekati Khansa hari itu pun kembali kandas, membuatnya harus memggigit jari untuk kesekian kalinya.

Bersambung...

Second Chance ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang