"Sa, tunggu," panggil Aldo.
"Ya, kenapa, Do?" Khansa menghentikan langkahnya.
"Kamu buru-buru nggak? Ada yang mau aku omongin."
"Mau ngomong apaan?"
"Jadi gini, aku ada project baru di OSIS, bikin mading gitu, Sa. Saat ini kan mading di sekolah kita mati suri karena kurangnya minat menulis, aku pengin ngidupin lagi. Dari yang aku denger, kamu punya hobi nulis, makanya aku butuh bantuanmu."
"Bagus juga ide kamu tentang mading itu, Do. Oke, aku pasti bantuin kamu buat bikin project itu."
"Oke kalau gitu, besok sepulang sekolah kita rapat bareng sama anak-anak OSIS yang lain. Nanti aku share di grup."
"Siap. Ya udah aku balik duluan ya, Do."
Khansa berlalu dari hadapan Aldo tepat pada saat Shawn muncul di ambang pintu kelasnya. Wajah cowok itu mendadak masam melihat gadisnya baru saja mengobrol dengan Aldo.
"Ngomong apa sama Aldo?" selidik Shawn.
"Oh itu, Aldo mau bikin project buat mading sekolah."
"Oh."
"Diih.. kenapa sih mukanya pake manyun gitu?" goda Khansa yang bisa menebak jika kekasihnya itu sedang cemburu pada Aldo.
"Nggak."
"Kamu cemburu ya gara-gara aku ngobrol sama Aldo?" tembak Khansa.
"Siapa juga yang cemburu," elak Shawn.
"Yakin nggak lagi cemburu?" kejar Khansa.
"Iya. Aku cuma nggak suka lihat dia deketin kamu kayak tadi."
"Tuh kan.. sama aja, itu namanya kamu cemburu."
Shawn diam saja.
"Udah ah, jangan manyun gitu. Jelek tauk!"
"Senyum dulu dong, baru aku mau pulang sama kamu," kata Khansa sambil memegang pipi Shawn.
Shawn memaksakan untuk tersenyum.
"Senyumnya nggak ikhlas," protes Khansa.
Akhirnya Shawn pun tersenyum lebar.
"Gitu dong.. jadi makin cakep kan," puji Khansa.
"Ya udah, pulang yuk," ajak Khansa sambil menggandeng tangan Shawn.
***
"De, Khansa mana?" tanya Shawn ketika tidak menjumpai gadisnya itu di kelas.
"Lho, memangnya dia nggak ngasih tahu kalau sepulang sekolah ini ada rapat OSIS?"
Shawn menggeleng.
"Barusan juga dia ke ruang OSIS bareng sama Aldo."
"Oh, ya udah, aku tungguin dia di sana aja, De."
"Bisa-bisanya Khansa nggak bilang kalo ada rapat OSIS hari ini. Mana ada si Aldo pula," sungut Shawn.
Hampir dua jam Shawn menunggu Khansa di luar ruang OSIS. Satu persatu anggota OSIS terlihat meninggalkan ruangan itu, tapi Khansa belum nampak keluar juga.
"Ngapain sih pake lama-lama di dalam, bukannya udah kelar rapatnya," gerutu Shawn.
Dia berusaha mencuri lihat apa yang dilakukan oleh Khansa di dalam.
"Oh, pantesan aja nggak keluar-keluar, masih asyik ngobrol berdua sama Aldo. Sialan!" maki Shawn. Hatinya mulai tersulut emosi.
Shawn berdiri di samping pintu sambil bersandar pada dinding, dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Tak berapa lama kemudian Khansa keluar bersama Aldo, keduanya terlihat semringah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance ✔
Teen FictionKhansa Alea, gadis pindahan dari kota Bandung yang sekarang bersekolah di SMU Pelita, Surakarta, awalnya begitu jutek dengan sosok Shawn-cowok hitam manis yang hobi fotografi sekaligus jago dalam menaklukan hati cewek. Pertemuan keduanya dimulai ket...