Hari demi hari telah dilalui Khansa selepasnya putus dari Shawn, meski tidak sepenuhnya merelakan tapi paling tidak Khansa sudah bisa menjalani lagi kehidupannya.
Adalah Aldo, yang sekarang semakin dekat dengan Khansa, meski bukan sebagai pacar, melainkan sahabat.
Aldo bisa memahami jika pintu hati Khansa belum bisa terbuka lagi untuk cowok lain. Dia tidak memaksakan perasaannya terhadap Khansa, baginya dengan melihat gadis itu tersenyum dan bisa kembali ceria, itu sudah cukup. Dan Aldo pula yang memberi Khansa semangat untuk mengikuti kompetisi cerpen antar SMU se-Jateng, hingga akhirnya cerpennya yang berjudul 'Merelakan Kehilangan' terpilih menjadi juara pertama.
"Selamat untuk ananda Khansa Alea, siswi kelas 11 IPA 2 yang telah memenangkan kompetisi cerpen antar SMU se-Jateng. Dan prestasi tersebut membawa harum nama SMU kita. Maka dari itu, saya mewakili pihak sekolah memberikan penghargaan ini untuk ananda Khansa Alea"
Bapak Rudy, selaku Kepala Sekolah SMU Pelita saat upacara bendera berlangsung Senin pagi itu memberikan penghargaan atas prestasi yang diraih oleh Khansa.
Mata Shawn tak lepas menatap Khansa yang kini berdiri di samping Bapak KepSek. Hatinya berdesir hebat ketika secara tidak sengaja tatapan mereka beradu. Shawn segera membuang muka, tidak ingin terperangkap dengan perasaannya sendiri.
"Hey, Sa. Keren! Kamu benar-benar hebat, emang nggak diraguin lagi kalo kamu ini berbakat jadi penulis. Selamat ya buat kemenangan yang udah kamu raih."
Ryan dengan motornya sudah mensejajari langkah Khansa yang berjalan menuju halte sepulangnya sekolah.
"Eh, Ryan. Makasih ya, tapi jangan berlebihan gitu mujinya."
"Aku nggak sekedar memuji kok, emang dasarnya kamu berbakat. Btw, jalan yuk, aku mau ngerayain kemenangan kamu."
"Mmm.. nggak usah repot-repot pake ngerayain segala, Yan."
"Nggak apa-apa. Lagipula udah lama aku pengin ngajakin kamu jalan, baru ada kesempatan sekarang."
"Tapi sorry, Yan, aku udah janji sama mama buat pulang cepat," tolak Khansa yang memang tidak ingin memberi Ryan kesempatan untuk mendekatinya. Khansa merasa tidak nyaman berada di dekat cowok itu.
"Oh gitu, sayang banget. Kalo gitu ntar malam aja aku jemput kamu ke rumah ya."
Ryan masih mencoba mencari celah.
"Ntar aja aku kabarin ya, soalnya pulang sekolah ini diajakin mama ke rumah eyang, belum tahu juga baliknya jam berapa."
"Beneran aku tunggu kabarnya ya, Sa."
Khansa mengangguk.
"Aku duluan ya, Yan. Bisnya udah datang tuh."
"Oke. Hati-hati, Sa. Sampai nanti malam ya."
Shawn ternyata berada tidak jauh dari keduanya, dan mendengar percakapan mereka.
"Ternyata Ryan nggak nyerah juga buat deketin Khansa. Nggak akan aku biarin itu terjadi. Dia itu jauh lebih brengsek dariku," geram Shawn.
Dan Shawn tidak bisa lagi berdiam diri ketika keesokan harinya sepulang sekolah, lagi-lagi Ryan mencoba mendekati Khansa. Shawn dapat melihat jelas dari ekspresi Khansa bahwa gadis itu tidak nyaman dengan keberadaan Ryan.
"Khansa, tunggu."
"Ryan."
"Semalam aku tungguin kabar dari kamu, kenapa nggak ada kabar, sih?"
"Oh iya. Maaf banget ya, Yan. Aku baliknya udah malam dan langsung tidur begitu sampai rumah saking capeknya, sampai lupa mau kasih kabar."
"It's ok. Dimaafin kok, tapi sebagai gantinya kamu nggak boleh nolak lagi ajakan aku kali ini. Aku pengin ngajakin kamu ke suatu tempat," kata Ryan setengah memaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance ✔
Teen FictionKhansa Alea, gadis pindahan dari kota Bandung yang sekarang bersekolah di SMU Pelita, Surakarta, awalnya begitu jutek dengan sosok Shawn-cowok hitam manis yang hobi fotografi sekaligus jago dalam menaklukan hati cewek. Pertemuan keduanya dimulai ket...