Khansa mulai terbiasa dengan status barunya sebagai pacar Shawn--si flamboyan SMA Pelita. Nyinyiran dari teman-teman yang tidak menyukai hubungannya dengan Shawn yang pada awalnya sangat mengganggu bahkan menyakiti hatinya pun perlahan mulai dia abaikan. Yang sekarang Khansa rasakan hanyalah bahagia menjalani hari-harinya sebagai kekasih Shawn. Seperti kata kebanyakan orang jika tiga bulan awal sebuah hubungan merupakan masa yang paling indah, dan memang seperti itulah hari-harinya bersama Shawn saat ini.
"Nih, cobain deh nasi goreng spesial buatan mamaku."
Shawn menyodorkan kotak makan yang sengaja dibawanya dari rumah.
Khansa segera membukanya.
"Wah, dari penampilan dan harumnya saja udah begitu menarik gini, gimana rasanya."
Mata Khansa berbinar melihat nasi goreng dalam kotak makan tersebut.
"Cobain deh."
Shawn mengambil sesendok nasi goreng dan menyuapkannya ke Khansa.
"Hhmmmmmm.. ini bukan lagi enak, Shawn, tapi enak pake banget bin lezato," ujar Khansa sembari terus mengunyah nasi goreng dalam mulutnya.
"Aku bilang juga apa, Sa. Masakan mamaku memang paling enak."
"Sekarang aku percaya," jawab Khansa yang kembali menyendok nasi goreng di hadapannya.
"Sa, aku mau ngajakin kamu ke rumah, ngenalin sama mama."
"Uhukk.. uhhukk.."
Khansa tersedak mendengarnya. Bertemu dengan camer, duuhhh.., batinnya gelisah.
"Kenapa, Sa. Pelan-pelan dong makannya. Ini diminum dulu deh."
Shawn menyodorkan segelas es teh dan mengelus punggung Khansa.
"Eng-enggak, Shawn, tapiii__itu__apa nggak terlalu cepat buat aku ketemu sama mama kamu."
Khansa terlihat ragu.
"Ya enggaklah.. justru aku seneng kalo bisa segera mengenalkanmu ke mama."
"Tapi gimana kalau mama kamu nggak suka sama aku."
"Nggak mungkinlah, kamu itu gadis yang baik, santun, mana mungkin mamaku sampai nggak suka sama pilihan anaknya ini."
Khansa terdiam. Ragu.
"Udah.. tenang aja, Sa. Nggak perlu tegang gitu juga kali, mamaku baik kok."
Shawn berusaha menenangkan hati kekasihnya, diusapnya kepala Khansa.
Setidaknya rasa lega mengaliri hatinya saat ini. Tapi entah nanti, ketika dirinya benar-benar bertemu dengan mamanya Shawn.
***
"De, ntar jadi ya nganterin aku cari baju."
Nadea yang baru saja datang pun mengedipkan sebelah matanya pada temannya itu.
"Siap, Sa."
"Aku nggak bisa tidur semalam gara-gara acara nanti malam," keluh Khansa.
"Ya ampun, Sa.. ngapain juga kamu seperti itu, dibawa santai aja."
"Gimana bisa, aku benar-benar kepikiran mau ketemu camer."
"Iya sih, aku ngerti, tapi coba deh, kamu anggap saja mamanya Shawn itu sebagai teman, jadi kamu nggak ngerasa tertekan gini," saran Nadea.
Khansa menghela napasnya. "Andai mudah ngelakuin itu. Ini pertama kalinya buat aku, De. Shawn itu pacar pertamaku."
Nadea tersenyum melihat temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance ✔
Teen FictionKhansa Alea, gadis pindahan dari kota Bandung yang sekarang bersekolah di SMU Pelita, Surakarta, awalnya begitu jutek dengan sosok Shawn-cowok hitam manis yang hobi fotografi sekaligus jago dalam menaklukan hati cewek. Pertemuan keduanya dimulai ket...