Nadea baru saja keluar dari toilet saat tangannya tiba-tiba ditarik oleh seseorang.
"Aawwww.. duuh, siapa sih, sakit tahu?!" pekiknya.
"Ssstttt.. jangan berisik. Ini aku, Shawn."
Shawn membawa Nadea ke samping toilet yang sepi.
"Kenapa, sih?" protes Nadea sambil mengusap pergelangan tangannya yang memerah akibat ditarik oleh Shawn.
"De, tolongin aku, ya," pinta Shawn dengan memasang tampang memelas.
"Tolongin apaan?"
"Kasih tahu aku, apa yang paling disukai oleh Khansa."
"Penting banget, ya." Nadea pura-pura cuek.
"Penting buat hidup aku," tegas Shawn.
"Iiuuhh.. berlebihan banget sih jadi orang." Nadea mencibir.
"Serius, De."
"Emangnya kenapa sih, kamu segitu pengin tahunya tentang Khansa?"
"Aku suka sama dia, De."
"Hahahhaha.. serius kamu ngomong gitu? Ntar ujungnya Khansa bakal bernasib sama dengan cewek-cewek kamu yang lain," tuduh Nadea.
"Ini beda, De. Apa yang aku rasakan ke Khansa berbeda dengan yang sudah-sudah. Kali ini aku beneran jatuh hati sama dia."
"Trus apa yang mau kamu lakukan supaya Khansa bisa percaya dengan perasaanmu?"
"Ya, itu tadi salah satunya dengan memberikan perhatian melalui apa yang dia sukai, De."
"Mau nyogok lagi?" sindir Nadea.
"Enggaklah, De. Kamu itu bawaannya suudzon banget deh sama aku."
"Please, De.. sekali ini tolongin aku, ya." Shawn terus mendesak.
Nadea sejenak terdiam, sebelum akhirnya membocorkan kepada Shawn apa yang menjadi kesukaan Khansa.
***
Shawn membulatkan tekad untuk menyatakan perasaannya kepada Khansa malam Minggu ini, dan di sinilah dia sekarang berada, di depan teras rumah gadis itu.
"Shawn."
Khansa begitu terkejut melihat siapa yang tengah berdiri di depan terasnya, ketika gadis itu membukakan pintu.
"Hey, malam, Sa. Aku__gangguin malam mingguan kamu nggak?"
Pertanyaan seperti itu meluncur begitu saja dari bibirnya, Shawn seperti kehilangan kata-kata ketika berdiri di depan Khansa.
"Eeh.. eng-enggak.. enggak ganggu kok, Shawn."
Khansa tergeragap mendengar pertanyaan dari Shawn. Entah mengapa, degub jantungnya mendadak tak beraturan seperti itu. Gadis itu masih merasa antara percaya dan tidak, jika saat ini Shawn tengah berdiri di hadapannya.
"Masuk, Shawn."
Khansa mempersilakan Shawn untuk masuk ke ruang tamu saat gadis itu sudah mampu menguasai diri.
"Di sini aja, Sa." Shawn memilih untuk duduk di teras.
"Oh.. ya udah. Duduk, Shawn."
Keduanya pun duduk di kursi rotan berwarna putih yang ada di teras tersebut.
"Sa, ini__aku bawa sesuatu buatmu. Semoga aja kamu suka,ya."
Shawn mengulurkan sebuah kotak berwarna hitam dengan lubang-lubang beraturan di sisi sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance ✔
Teen FictionKhansa Alea, gadis pindahan dari kota Bandung yang sekarang bersekolah di SMU Pelita, Surakarta, awalnya begitu jutek dengan sosok Shawn-cowok hitam manis yang hobi fotografi sekaligus jago dalam menaklukan hati cewek. Pertemuan keduanya dimulai ket...